Chapter 3

21.1K 2.1K 345
                                    

[Dia lebih senang mengambil hal paling berharga dalam hidup mu. Dan selanjutnya, kau tahu pasti apa yang dia inginkan.]

◾◽◾


          Yoojung mengerjap pelan, menggeliat sembari mengusap matanya. Menguap kecil kemudian merenggangkan tangannya. Dua obsidiannya terbuka sempurna, langsung menatap satu objek sebuah jam dinding bulat berwarna putih. Jam menunjukkan pukul 22:05 malam.

Sudah malam rupanya. Yoojung menghela nafas pelan dan merasakan dirinya telah nyaman akan posisinya dan merasa segar. Belum pernah ia terbangun sesegar ini lantaran ini adalah pertama kalinya ia tertidur amat pulas. Namun kenyataan lain membuatnya segera bangkit dan tersadar bahwa ini bukanlah saatnya untuk menyadari betapa nikmat tidurnya dan meneruskan mimpinya.

Alih-alih melanjutkan mimpi, Yoojung segera membulatkan matanya mengusir kantuknya. Bukan ide yang bagus melanjutkan tidurnya dalam rumah seseorang yang bahkan bukanlah seseorang yang dekat denganmu. Bahkan kini ia diliputi rasa malu dan bersalah. Ingatannya mengingat betul bagaimana terakhir kali ia menikmati coklat hangat buatan Taeyong sembari mendengarkan alunan musiknya.

Yoojung mengusap punggungnya pelan. Ada rasa sakit disana. Pasti karena ia tertidur di sofa.

Mengamati sekitar ruangan, mencari sosok pemilik apartemen, nampaknya Taeyong sedang pergi ke suatu tempat. Kemudian memutuskan membiarkannya tidur disini sendiri. Namun ia salah karena beberapa detik kemudian terdengar suara langkah kaki mendekat.

"Kau sudah bangun rupanya." Tegur Taeyong dengan rambut yang setengah basah sedang tangannya sibuk mengusapkan handuk mengeringkan rambut merahnya. Buru-buru Yoojung bangkit salah tingkah. Merapikan selimut yang tadi ia gunakan dan tentunya berkata, "Maafkan aku."

Ya, tentu Yoojung harus meminta maaf. Entah apa yang dipirkan pemuda itu tentangnya, Yoojung harus segera pergi dari sini. Rasanya aneh sekali ia berada dalam satu apartemen dengan lelaki asing pada malam hari. Mungkin jika seseorang melihatnya mereka akan berpikiran buruk.

Oh, okey, itu hanyalah sebuah alasan agar Yoojung segera pergi dari sini. Nyatanya ia tak pernah peduli tanggapan orang lain tentangnya.

"Kau mau makan malam bersama denganku sebelum pulang?"

Setelah coklat panas, Taeyong menawarkannya makan malam? Tidak, terima kasih.

"Maaf, tapi aku harus segera pulang."

Taeyong berjalan menuju dapur. "Makan malamlah disini dulu. Aku yakin kau akan meninggalkan makan malammu nanti disana."

Yoojung menggigit bibir bagian bawahnya. Tebakan yang tepat sekali! Namun ia tak ingin makan malam bersama dengan pria asing yang bahkan baru saja ia tertidur di apartemennya. Ia tak mau mendapatkan 4 kali kebaikan pemuda ini dalam satu hari, padahal ia selalu saja merepotkannya. Ia tak ingin berbalas budi.

Coklat panas. Permainan gitar. Tidur nyenyak. Dan sekarang makan malam? Yoojung akan menolaknya.

"Tidak terimakasih. Aku harus segera pulang. Aku belum memberi makan kucingku." Bohong sekali. Yoojung alergi bulu hewan, tentu ia tak mempunyai hewan peliharaan apapun di rumah. Lagipula ia bukan gadis yang mau repot-repot mengurusi makhluk hidup sedang dirinya sendiri tak terawat.

Taeyong menipiskan bibirnya dan mengangguk pelan. "Baiklah. Mau kuantar?"

Yoojung mengambil tas ransel dan juga belanjaannya sepulang sekolah tadi, menyingkirkan anak rambutnya dan tersenyum tipis. "Tidak perlu. Terima kasih untuk coklat panas dan permainan gitarmu tadi Taeyong-ssi. Maaf sudah merepotkanmu."

APARTMENT 127 [SUDAH TERBIT - PREORDER DIBUKA]Where stories live. Discover now