Chapter 8

11.6K 1.6K 403
                                    

"Apakah kau mendengarnya? Suara bisikan ini. Aku ada disana. Tepat di sisimu."

'Xxx'

▪ 📷 ▪

          Yoojung terbangun begitu ia mendengar suara gemerisik dari luar. Matanya langsung terbuka sempurna mengusir kantuk begitu ia sadar bahwa ia masih berada di dalam gudang. Buru-buru ia mengambil handphone di kantong mantel yang menutupi seragamnya. 

Jam menunjukkan pukul tepat tengah malam. Yoojung mendesah resah, betapa bodohnya ia ketiduran di dalam gudang. Ia memukul kepalanya pelan mengutuki kebodohannya. "Kau sudah bangun?" suara Mark nyaris membuatnya jantungan.

Ia buru-buru bangkit dari kursi dan mendapati Mark duduk di atas sofa, tersenyum menatapnya. "Tidurmu nyenyak sekali. Aku tak enak membangunkanmu."

"Ah.. harusnya kau membangunkanku saja."

Mark bangkit dari duduknya meraih tas ranselnya. "Hehe, maaf. Ayo kuantar kau pulang!"

Yoojung tak bisa menolak. Ini sudah tengah malam dan di luar sana sangat gelap. Tak mungkin kan ia pulang sendiri mengingat teror yang akhir-akhir ini ia dapatkan. Siapa yang tahu penguntit itu sedang melakukan apa di luar sana? Bisa jadi mengikuti Yoojung seharian dan menunggu waktu yang tepat untuk mencelakainya.

"Eoh, ayo!"

Mark dan Yoojung berjalan beriringan melewati hutan kecil buatan tersebut. Gedung sekolah tampak mengerikan di malam hari. Meski Yoojung bukan gadis penakut yang anti dengan hantu, fyi, ia lebih takut manusia daripada hantu.

Manusia bisa mencelakainya, sedangkan hantu tidak. 

Namun tak bisa dipungkiri bahwa aura sekolahnya terkesan sangat horror di malam hari. Karena bis tak lagi beroperasi, dan beruntungnya Mark membawa motor untuk ke sekolah, Yoojung pulang ke rumah menaiki motor bersama Mark.

Mark menyodorkan helm kecil kepada Yoojung. Namun tepat ketika gadis itu hendak memakaikan helm ke kepalanya, sebuah flash mengejutkannya. Yoojung terpaku seketika menghentikan geraknya sementara matanya mencari-cari setiap sudut darimana asal blitz tersebut.

Kengerian mendadak kembali muncul dalam benaknya. "Mark.."

Mark menoleh mendengar Yoojung memanggilnya. "Hmm?"

"Tidakkah kau merasakan blitz kamera barusan?"

Mark menggeleng dengan raut ekspresi bingung. "Aku tak merasakan apapun, tuh. Kenapa?" Yoojung heran. Mengapa Mark tak merasakannya sama sekali padahal cahaya blitz itu terlihat jelas dan mengejutkannya. Ia menggigit bibirnya kuat dan segera naik ke atas boncengan Mark. Bulu kuduknya meremang. Ia akui bahwa ia ketakutan sekarang.

Motor segera melaju menerobos heningnya malam. Angin malam menelisik wajahnya. Yoojung memeluk erat Mark di belakang. Keningnya terus berkerut tak henti-hentinya memikirkan blitz kamera barusan. 20 menit kemudian, mereka telah sampai di depan gedung apartemen Yoojung. Gadis itu berterimakasih sebelum masuk ke apartemennya.

Mark pergi setelah melihat Yoojung masuk ke dalam gedung, memastikan bahwa gadis itu baik-baik saja. Yoojung melangkah cepat masuk ke dalam apartemen dan meloloskan nafas lega. Di dalam apartemen selalu membuatnya merasa tenang. Ia merasa aman di dalam sini.

Malam ini, Yoojung tak ingin tidur di dalam kamarnya, mungkin di ruang tengah di atas sofa. Ia menutup rapat seluruh jendela di apartemennya dan menyalakan seluruh lampu. Mungkin malam ini akan lebih baik jika ia dalam penerangan yang lebih. 

Sebelum ia beranjak tidur, tentu saja Yoojung harus membersihkan diri. Ia masuk ke dalam kamar mandi dan segera melepas seragamnya. Menyalakan shower dan mulai menikmati sensasi segar yang mengguyur mendinginkan isi kepalanya yang kacau.

Tepat di bawah showernya, tertempel kaca setinggi badannya. Sembari air mengguyur badannya, Yoojung mengelap embun di kaca dengan tangannya dan menatap pantulan dirinya disana. Kemudian ia berbalik guna melihat punggungnya. 

Namun irisnya memicing begitu mendapati sebuah titik di punggungnya yang terlihat samar karena embun pada kaca. Yoojung mengusap kaca tersebut dan segera mengernyit bingung menatap sebuah tatto kupu-kupu tercetak disana.

 Yoojung mengusap kaca tersebut dan segera mengernyit bingung menatap sebuah tatto kupu-kupu tercetak disana

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Sejak kapan ia punya tato?

Yoojung mengusap tatto tersebut. Sepertinya sudah dibuat sejak lama. Atau mungkin baru saja dibuat. Kenapa ia tak ingat pernah membuat tatto?

Lagipula Yoojung pun membenci tatto. Lantas mengapa ia bisa mempunyai tatto di punggungnya? Yoojung berusaha memutar otak. Tatto ini terlihat tidak asing. 

Pembunuhan di Busan!

Yoojung buru-buru membelalakkan matanya. Benar! Paman Jae pernah mengirimkan foto gambar tatto yang selalu ada di setiap tubuh korbannya. Tattonya sama persis seperti apa yang sekarang tercetak di punggungnya. Bedanya disini tergambar dua kupu-kupu sedang para korban di busan hanya memiliki satu kupu-kupu.

Yoojung menelan salivanya berat.

Tunggu dulu!

Dua pemuda itu!

Ten dan Taeyong. Bukankah Yoojung sama-sama pernah tidur di apartemen mereka. Sungguh Yoojung bukan tipe orang yang senang berpikiran buruk tentang orang lain. Namun di situasi ini membuatnya mencurigai banyak orang.

Ia pernah tidur di apartemen Ten dan Taeyong. Pertama di tempat Taeyong lantaran ia ketiduran selepas meminum coklat pemberian pemuda dan mendengar alunan musiknya, yang kedua kalinya adalah di apartemen Ten dimana tempo hari ia pingsan kamar apartemen 127.

Bukankah bisa jadi salah satu dari mereka membuat tatto tersebut saat ia tertidur?

Mendadak Yoojung bergidik ngeri. Kakinya terasa lemas sedang tubuhnya mulai bergetar takut. Ketakutannya tak berhenti hingga disana, tiba-tiba saja lampu apartemennya padam. Yoojung membelalakkan matanya kaget dan segera mundur ke sudut ruangan.

Apartemennya menjadi gelap dan hening. Terlebih kini Yoojung berada di kamar mandi dan telanjang. Pendengaran Yoojung kini menjadi lebih tajam akibat rasa cemas dan takut yang menyergapnya. Ia dapat mendegar suara langkah kaki di luar kamar mandi.

Di dalam kamar mandi dengan pintu yang terbuat dari kaca buram, Yoojung dapat melihat siluet seseorang berdiri di balik pintu kamar mandi. Degup jantung Yoojung berpacu cepat. Ia tak menemukan satupun alat di kamar mandi yang dapat melindunginya. Yoojung melihat sosok tersebut tengah mengangkat tangannya.

Sepersekon detik kemudian ia dapat merasakan blitz kamera menyerangnya di balik pintu kamar mandi yang buram tersebut.

"KYAAAAAAAAAAAAAAA!!!"


..

Tak!

Seluruh lampu menyala tepat ditengah teriakannya. Dibarengi hilangnya siluet seseorang dari luar kamar mandinya.










To be continued.

         

APARTMENT 127 [SUDAH TERBIT - PREORDER DIBUKA]Where stories live. Discover now