Chapter 14

10.2K 1.5K 442
                                    

[Firasat buruk terkadang sering kali benar. Kau tidak boleh mengabaikannya.]

◾◽◾

         Yoojung menjadi semakin waspada akan sekitarnya selepas apa yang ia ketahui tentang website bernama Astaroth. Meski itu hanya dugaanya belaka, namun apa yang ia ketahui semua terdengar masuk akal. Terlebih cerita baru yang berjudul Maria yang sama dengan nama baptisnya membuatnya was-was.

Jika benar ia adalah korban selanjutnya, terlebih didukung dengan tatto yang tergambar di punggungnya, maka tidaklah aman jika Yoojung tinggal sendirian dalam apartemennya. Gadis itu akhirnya memilih untuk kembali ke rumah dan tinggal kembali bersama ayahnya.

Yoojung hanya membawa satu ransel yang berisi keperluannya untuk sekolah saat kembali ke rumah. Toh, di rumah masih banyak pakaiannya karena itu memang tempat tinggalnya. Akhirnya setelah sekian lama ia akan kembali menempati kamarnya. Yah, sebenarnya saat ia pertama kali pindah ke Seoul pun ia hanya menempati kamarnya selama beberapa hari karena setelah itu ia pindah ke apartemen sendiri.

Ia sudah mencoba menghubungi ayah namun ayahnya tak menjawab telpon atau membaca pesannya. Ayah mungkin masih sibuk dengan urusannya di luar negri, atau barangkali sebenarnya liburan bersama kekasih barunya.

Yoojung menghela nafas pelan sembari mendengarkan alunan lagu lewat earphonenya menunggu bus di halte yang berada tak jauh dari gedung apartemennya. Irisnya secara tak terduga menangkap presensi Ten yang berjalan di seberang jalan membawa sebuah kotak yang dibungkus dengan kertas coklat.

Melihat kotak yang dibawa Ten membuatnya teringat akan paket berisi foto polaroid dirinya yang telah dua kali ia terima. Ia memang bukan tipe gadis yang senang berprasangka buruk. Namun apa yang ia lihat membuatnya curiga.

Di seberang jalan terlihat Ten tengah menghentikan sebuah taksi kemudian masuk ke dalam taksi yang entah hendak membawa pemuda itu kemana. Mata Yoojung tak henti menatap kepergian taksi itu hingga menghilang di kelokan jalan. Sedang otaknya terus berputar penasaran apa isi kotak tersebut.

Yoojung akhirnya tiba di rumah 30 menit kemudian. Bibi Baek dengan senang hati langsung menyiapkan air hangat untuk Yoojung mandi. Bagi wanita berusia 45 tahun tersebut, Yoojung sudah bagaikan putrinya sendiri. Mengingat Bibi Baek telah merawat Yoojung sedari kecil dan menghabiskan waktu lebih lama daripada mama, pastilah ia sangat menyayangi Yoojung.

"Bibi memasak sup rumput laut? Aku kan sedang tidak ulang tahun?"

Bibi Baek menepuk pelan punggung Yoojung dan tertawa. "Memangnya sup rumput laut hanya untuk saat kau ulang tahun? Bibi akan menyiapkannya setiap hari spesial. Seperti kembalinya Yoojungku ke rumah. Ayo makan sebelum dingin!"

Yoojung tersenyum menampakkan deretan giginya, lantas duduk setelah Bibi Baek menggeretkan kursi untuknya. Masakan bibi selalu lezat. Jika boleh jujur bahkan lebih enak daripada masakan mama yang lebih sering keasinan. Masakan mama yang enak hanyalah sup ikan, selain itu Yoojung harus banyak minum air putih karena garam yang diberikan mama pada masakannya selalu berlebihan.

Ah, ia jadi merindukan mama.

"Ayah belum pulang?" tanya Yoojung disela makannya. Bibi Bae mengangguk dan menjawab, "harusnya, sih, sudah pulang sejak sehari yang lalu. Tapi entahlah, mungkin ada urusan mendadak di Amerika, jadi tidak bisa pulang. Kenapa?"

"Tidak. Hanya saja ayah tak menjawab telponku atau membalas pesanku."

Bibi Bae mengerutkan keningnya. "Eoh, tidak seperti biasanya." Gumamnya. Kemudian ia melanjutkan, "Ah, bagaimana sekolahmu?"

"Yah, tidak ada yang spesial. Biasa saja. Aku malah ingin cepat lulus dan kuliah."

"Eiy, jangan ingin cepat lulus! Semakin kau dewasa permasalahanmu akan semain rumit. Jika kau masih SMA, kau masih bisa bermain-main dan menikmati keseharianmu." Ujar Bibi Baek sebelum bangkit dari duduknya. Yoojung hanya mencibir dan segera menghabiskan makannya. Ia tak sabar ingin segera berendam di bathup kemudian segera tidur.

APARTMENT 127 [SUDAH TERBIT - PREORDER DIBUKA]Where stories live. Discover now