Chapter 4

16.6K 1.9K 163
                                    

[ Meski kau tidak menemukanku malam ini, aku tetap ada disana. Berdiri menatapmu. ]

◾◽◾

          Dulu ketika Yoojung masih berumur 8 tahun, mama selalu membawanya pergi ke pantai. Terletak agak jauh dari Seoul, yaitu di Provinsi Chungcheong. Dengan mengendarai mobil sendiri, hanya berdua tanpa mengajak ayah, mama dan Yoojung akan pergi kesana sesekali jika mama sedang tidak sibuk.

Terkadang kegiatan mama sebagai model membuatnya sangat jarang pulang ke rumah. Namun meski begitu, mama akan menyempatkan mengosongkan waktunya untuk Yoojung. Bahkan terkadang membatalkan jadwal pentingnya jika itu berkaitan dengan Yoojung, semisal undangan wali murid untuk datang ke sekolah dan hari ulang tahunnya.

Di pantai, mama akan menggendong Yoojung di punggung dan berlari melawan ombak. Lantas dengan jahil melempar Yoojung ke air asin tersebut, tertawa melihat putrinya bersungut-sungut kesal.

Ia dan mama akan menghabiskan waktu di pantai dari pagi hingga menjelang sore. Tak ada bosannya berada disana meski mereka telah puluhan kali mendatangi pantai yang sama. Satu hal yang mereka dapatkan disana dan selalu sama tak pernah membuat mereka jenuh, kebahagiaan adalah satu-satunya yang membuat pantai menjadi tempat favoritnya dan mama menghabiskan waktu bersama seharian penuh.

Namun hingga suatu waktu, mama benar-benar telah berubah. Yoojung pikir mungkin semua ini salah ayah. Namun berapa kalipun ia berpikir, bahkan ayahnya tak pernah berbuat sesuatu pun yang berarti bagi hidup mama dan dirinya. Mama hanya berubah. Dengan sendirinya.

Wanita tersebut menjadi lebih sering menatap cermin, dan jika Yoojung bisa bandingkan. Waktunya yang dulu sering ia habiskan bersama mamanya di pantai kini berubah dengan waktu yang bergulir cepat sedang mama masih terus memandangi dirinya di depan cermin. Mengusap wajah, memolesnya dan tersenyum bangga akan kecantikan alami yang mamanya miliki.

Yoojung membencinya. Meninggalkan mamanya dan seluruh kegaduhan di rumah yang mama sebabkan bersama ayahnya.

Namun Yoojung tak bisa membenci mamanya sepenuhnya. Meski mamahnya terlalu mefokuskan diri akan kecantikannya, setidaknya wanita itulah satu-satunya orang tua yang masih mempedulikannya disaat ayahnya bahkan selalu memalingkan wajah darinya.

Setiap malam ia akan selalu mendapatkan pesan yan berisi sama dari mamanya.

|Kau sudah makan malam?|

|Kau sudah tidur, sayang?|

|Apakah semua baik-baik saja hari ini?|

Dan berbagai pesan yang menunjukkan betapa mama masih mencintainya. Ia tak bisa mengabaikan mamanya kendati ia benci perubahan sikap mamanya. Meskipun ia lelah dengan semua hal yang ia hadapi terutama tentang mengapa ayah tak perna memandang dirinya, mamanya selalu berhasil membuatnya tersenyum.

Bandingkan dengan ayah yang bahkan tak pernah memandangnya lama, apalagi mengiriminya pesan menanyakan kabarnya. Ayahnya bahkan juga tak peduli dengan urusan sekolah Yoojung. Mungkin bagi ayah, dengan memberi putrinya uang bulanan, itu sudah cukup.

Meskipun ia selalu menghela nafas lelah melihat mama yang sibuk di depan cermin berjam-jam, kemudian menangis tertekan entah karena apa, Yoojung tak akan pernah bisa mengabaikan mamanya.

Ia tak pernah tahu alasan dibalik perubahan sikap mama. Mengapa wanita tersebut selalu memandang cermin berjam-jam, tersenyum pada awalnya kemudian menangis tersedu-sedu. Mengusap air mata dengan tissue, menghilangkan make up di wajahnya kemudian memolesnya kembali.

Mama terlihat nampak begitu frustasi.

Jika ia bertanya, "Ada apa?"

Mama hanya akan menjawab, "Tidak apa-apa." Kemudian mengalihkan pembicaraan dengan menanyakan bagaimana harinya berjalan, bagaimana dengan sekolahnya dan sebagainya. Kemudian jika mama merasakan bahwa dirinya merasa tertekan, mama akan tersenyum sambil mencubit pipinya dan berkata, "Mau ke pantai?"

Begitulah mama. Wanita itu akan selalu tertawa dihadapannya, namun ia juga menangis dihadapannya. Tak pernah mengatakan apa yang sebenarnya mama rasakan kepada Yoojung. Mama menunjukkan betapa frustasinya mama, namun tak pernah mengatakan semua masalahnya pada Yoojung.

Mama selalu ingin melindungi Yoojung.

Begitulah, Yoojung akhirnya memutuskan untuk melindungi mamanya. Meskipun ia tak pernah tahu bagaimana cara ia melindungi wanita yang ia sayangi, namun meski begitu Yoojung berusaha untuk terus tersenyum untuk mamanya.

"Kau tak perlu melindungi mama, sayang. Karena mama sangat kuat. Cukup kuat untuk melindungi diri mama sendiri dan dirimu, sayang." Ucap mama suatu hari. Terdengar begitu meyakinkan dan menenangkan Yoojung. Dan Yojung mempercayai ucapan mamanya.

Namun, sepertinya semua itu tak akan berlangsung selamanya. Mama tak akan melindunginya lagi. Ia tak akan bisa melindungi mama lagi.

Mama telah pergi meninggalkannya. Selamanya.

---

Yoojung mengintip di balik tirai kamarnya. Bersembunyi dengan mata menyipit memperhatikan sosok pemuda di balik jedela apartemen 126. Terlihat sosok pemuda bernama Ten tersebut tengah mengangkat kameranya memeriksa sesuatu.

Yoojung menggertakkan giginya kuat. Terlintas dalam benaknya saat pemuda tersebut tempo hari mengangkat kameranya disaat mama mengalami kecelakaan yang merenggangkan nyawanya. Teringat bagaimana wajah tersebut terlihat datar, tak berperasaan dan menatapnya dengan tatapan dingin.

Tanpa sadar yoojung keluar dari balik tirai. Memandang lurus jendela kamar Ten dimana pemuda tersebut tengah berdiri membersihkan lensa kameranya. Seakan menyadari seseorang tengah memperhatikannya, Ten menoleh. Irisnya langsung tertuju pada Yoojung yang berdiri di balik jendela kamar memperhatikannya.

Ten menghentikan aktifitasnya dan meletakkan kamera ke atas meja. Dia menghadapkan dirinya ke jendela tepat menatap lurus Yoojung yang juga tengah menatapnya. Mereka berdua saling tatap dan tak ada yang berniat melepas pandangan mereka.

Yoojung mengepalkan tangannya tanpa sadar. Entah mengapa ia merasakan ada sesuatu yang misterius dengan Ten dan kameranya.

Bagaimana caranya ia dapat melihat isi kamera Ten?

Yoojung yakin sekali, sesuatu apapun itu pasti berhubungan dengan apartemen 127. Yoojung menghitung waktu. Jika tebakannya benar sesuai seperti yang selalu terjadi,—sebentar lagi jam menunjukkan pukul 2 dini hari. Jika di apartemen 127 menunjukkan seseorang berada disana dan muncul blitz, maka itu akan semakin merumitkan rasa curiganya pada Ten.

Yoojung menghitung detik jam. Jam kini tepat menunjukkan pukul 2 dini hari. Ten masih berdiri disana menatap Yoojung tak bergerak sedikitpun. Yoojung melirik apartemen 127. Namun jendela disana tak menunjukkan seseorang berada disana. Masih tenang seperti tak ada siapapun disana.

Yoojung mengernyitkan dahi. Pandangannya kembali tertuju pada sosok Ten yang masih berdiri disana memandangnya. Irisnya kembali melirik jendela apartemen 127 yang gelap. Kemana blitz itu? Kenapa ia tak muncul-muncul?

Sudah lewat sepulut menit dan seharusnya seseorang sudah berdiri di balik jendela apartemen 127. Namun bahkan Yoojung tak mendapati blitz itu malam ini. Pandangannya kembali menatap Ten yang kini memiringkan kepalanya, kemudian membalikkan badan dan menutup tirai kamarnya.

30 menit berlalu.

Yoojung menelan salivanya berat.

Malam ini, blitz kamera itu tak muncul. Namun Ten berdiri di balik jendela kamarnya untuk waktu yang lumayan lama dan terus memperhatikannya sedari tadi.

Meski semua yang dirasakannya terdengar masuk akal, Yoojung memutuskan untuk mencari bukti. Dan satu-satunya yang terpikirkan dalam benaknya adalah, ia harus mendapatkan kamera Ten dan mencari tahu apa yang diambil Ten dari kamera tersebut. Mungkin ia juga dapat memastikan apa alasan Ten memotret kecelakaan ibunya disana kala itu.

Jika benar Ten adalah dalang di balik blitz dari jendela apartemen 127, jika memang benar, apa yang harus ia lakukan?

Yoojung benar-benar tidak tahu, dan tak ingin memikirkannya saat ini.

Untuk sekarang, ia harus memastikannya terlebih dahulu.

Siapa Ten. Dan apa isi kamera Ten.




To Be Continued.

APARTMENT 127 [SUDAH TERBIT - PREORDER DIBUKA]Where stories live. Discover now