Chapter 30

10.1K 1.1K 164
                                    

          Yoojung meringis ketika Lucas menarik rambutnya dan memaksanya duduk di sebuah kursi yang di sediakan di sebuah ruangan yang berisi lemari-lemari pakaian para korban. Ada dua kursi. Saling berhadapan lumayan dekat.

Setelah beberapa saat, Taeyong datang menyeret Yuri yang menangis ketakutan. Mark menyusul di belakangnya dengan palu di tangannya yang berlumuran darah.

"Kumohon, lepaskan aku.. hiks.. hiks..." Yuri tergugu, pasrah ketika Taeyong mengikatnya di atas kursi. Yoojung hanya terus diam. Ia tak ingin mengeluarkan sepatah katapun karena ia berusaha tak memakan umpan permainan yang disiapkan oleh tiga psiko sinting ini.

"Wah, entah kenapa aku bersemangat sekali!" Ujar Mark memutar-mutar palu di tangannya. Kemudian ia mengusap palu itu di pipi Yuri membuat gadis itu semakin ketakutan.

"Jangan sentuh dia, sialan!" Umpat Yoojung. Dirinya telah terikat di atas kursi yang kini berhadapan dengan kursi Yuri. Mark memiringkan kepala sedikit terkejut mendengar amarah Yoojung. "Kenapa aku tak boleh menyentuhnya? Kenapa kau marah? Dia kan bukan siapa-siapamu?"

Yoojung mendecih. "Cih, dasar sinting. Dengar, jika kalian berani menyentuhnya sedikitpun," Yoojung menjeda sejenak menatap satu persatu wajah para psiko sinting yang kini tengah menatapnya. "Aku akan membunuh kalian."

Mendengarnya sontak membuat tawa ketiga pemuda itu lepas.

          "Kau mau menjadi pahlawan, huh, cantik?" Tanya Taeyong mendekatkan wajahnya pada Yoojung. Ia sudah cukup tertarik dengan gadis ini dan Yoojung membuatnya semakin tertarik.

Lucas menarik Taeyong menjauh dari Yoojung. "Kita mulai dari mana?'

Yuri bergetar mendengar suara Lucas terlebih palu yang di pegang Mark mengusap wajahnya. Taeyong mengeluarkan sebuah pisau lipat dari saku celananya. "Bagaimana kalau kita mulai dari dirimu, Yoo?" Tanya Taeyong dengan seringainya. Namun dengan cepat ia menggeleng. "Tidak-tidak. Bagaimana jika kita mulai denganmu, Yuri-ssi?"

Yuri terisak. "Kumohon lepaskan aku.. huhuhuuu... Jangan sakiti aku.. kumohon.."

Yoojung menelan salivanya berat menatap Yuri. Ia menggeleng begitu matanya bertemu dengan Yuri. Namun Yuri tidak mengerti.

Lucas terkekeh. "Kalau begitu kita mulai dengan Yuri."

"Tidaak! Hiks hiks.. kumohon.. jangan sakiti aku.. hiks hiks.. ak.. akuu akan melakukan semua yang kalian mau. Tapi kumohon jangan sakiti aku.." pinta Yuri. Air matanya terus turun. Yoojung menggigit bibirnya. "Jangan menangis!" Teriak Yoojung pada Yuri.

Namun Yuri malah semakin terisak hebat. "Kubilang jangan menangis!"

Sia-sia. Yoojung tahu apa yang diinginkan tiga pemuda sinting ini. Mereka ingin mangsanya terlihat lemah. Dari semua buku psiko yang ia baca, beberapa psiko senang melihat mangsanya memohon. Mereka akan merasa bahwa diri mereka berada di atas para korban itu.

Itulah mengapa Yoojung terus menahan diri sejak ia ditangkap. Ia tak boleh menunjukkan ketakutannya.

Lucas menyambar pisau di tangan Taeyong. "Bukankah ia belum kita tandai?" Tanyanya. Taeyong menggeleng. "Belum."

"Tunggu!" Taeyong berseru menahan Lucas. Ia berlari keluar ruangan menuju ruang tengah dan mengambil kameranya di atas meja makan. Ia kembali lagi dengan senyum melebar. "Kita harus mengabadikannya. Cepat, lanjutkan!"

Lucas menarik kemeja gadis itu hingga menunjukkan bahu pualamnya. Masih bersih tanpa satu goresan pun. "Baiklah, aku akan membuatnya menjadi lebih cantik, nona." Lirih Lucas mulai menggoreskan pisaunya di dada Yuri.

Yuri berteriak kesakitan seiring goresan pisau yang ditekan dalam dagingnya. Darah segar mengalir membasahi kemejanya.

"Aaaakkkhhhhh!!! Hentikkaaan!!" Teriak Yuri kesakitan.

APARTMENT 127 [SUDAH TERBIT - PREORDER DIBUKA]Where stories live. Discover now