8

177 21 0
                                    

Mei 2012

“Lo kenal Sasya?” tanya Bara pada adiknya setelah pintu kamar mereka tertutup

Billy mengangguk “Kok bisa ?”tanya Bara lagi

“Ya bisa lah... Lah lo kenal Sasya juga kan?” tanya Billy

Sekarang giliran Bara yang mengangguk “Kok bisa?”

Bara mengusap bagian belakang kepalanya “Itu... Ya karena dia adeknya Sakti”

Billy menopang dagu menatap kakaknya yang lebih tua darinya satu menit itu “Sama. Gue kenal karena dia adeknya Satria”

Bara mendengus kemudian duduk disamping Billy sembari menenteng beberapa buku pelajaran di tangannya.

“Lo mau ngapain?”

“Belajar”

“Lo tahu ini hari apa?”

“Sabtu”

“Lo tahu besok hari apa?”

“Minggu. Lo kenapa nanya itu ke gue?”

Billy menakup wajah Bara dengan kedua telapak tangannya “Gue gak akan biarin hari libur lo jadi suram karena buku yang tebelnya melebihi tembok cina ini” ujarnya mengangkan salah satu buku milik Bara yang paling tebal sepanjang sejarah.

“Ikut gue” tambahnya. Tanpa penolakkan, Bara dengan senang hati mengikuti Billy.

Bara menyilangkan lengannya didepan dada saat Billy melongokan kepalanya di bawah mobil mencari sesuatu “Mau ngapain?”

“Bentar” Billy memiringkan tubuhnya, meraih bola “Dapat”

“Mau ngapain?”tanya Bara lagi

“Main basket lah... Masa iya main egrang”

Bara berkacak pinggang memandangi Billy yang saat ini asik men-dribble bola “Gue gak bisa main gituan”

“Ya karena itu gue buka les privat buat lo”

“Gue masuk ya” Bara mulai beranjak menuju pintu

“Ehh.. ehh.... Main bentar dongg... Bosen nih gue, ya? Plis..”

Langkah Bara terhenti selanjutnya terdengar desahan pasrah “Tapi jangan salahin gue kalau lo kalah”

Kekehan Billy terdengar bersamaan dengan bunyi pantulan bola yang melaju ke arah Bara. Dengan sigap Bara menangkap bola itu. Bara memantulkannya lagi ke arah Billy, Billy memimpin permainan.

Billy berlari ke kanan dan ke kiri membentuk zigzag juga mempraktikkan strategi-strategi permainan yang diberikan pelatih tim basketnya disekolah. Bara mengikuti arah permainan Billy, mengamati sejenak taktik apa yang sedang diperankan Billy, dan saat pertahanan Billy mulai goyah, dengan mudahnya Bara mengambil sisi lengah merebut bola lalu menembakkannya ke ring dengan sempurna “Cuma segitu kemampuan lo?”

Billy tertawa kecil, sejenak Billy merasa beban di hatinya terangkat. Kenangan yang sejak lama berusaha ia lupakan kembali muncul “Gue tahu lo bisa”

Bara bergeming, berlarian kesana – kemari menguasai bola sebelum menembakkannya ke ring lagi.

“Kenapa lo gak ikut eskul basket?”

“Gue gak suka disuruh – suruh” jawab Bara menembakkan bola ke arah ring dari jarak yang cukup jauh “Yap” gumamnya setelah bolanya berhasil menembus ring dengan mudah.

Billy meraih bola, melemparkannya ke Bara “Karena bokap?” tanya Billy

“Maksud lo?” Bara meraih bola memasukkannya ke dalam ring untuk kesekian kalinya.

“Bokap yang buat lo kaya gini?”

“Gue gak ngerti lo ngomong apa”

Billy membiarkan Bara menguasai permainan tanpa penyerangan sedikitpun, sudah lama Billy tidak melihat kakaknya se-semangat ini, sudah lama Billy tidak melihat sorot mata Bara seperti saat ini.

“Semenjak Papa meninggal, gue tau ada yang salah sama lo”

Bara mendadak mengehentikan permainannya, menatap Billy menunggu kalimat selanjutnya “Gue gak pernah tanya atau nyinggung apapun ke lo, karena gue tau waktunya gak tepat. Tapi ini udah 4 tahun Bar, apa lo masih mau sembunyiin itu dari gue?”

Bara mendekat, melempar bola basket yang tadi dipeluknya ke sembarang arah “Maksud lo apa?”

“Gue yakin lo tahu apa maksud omongan gue”

Bara terlihat menghela napas, Bara mendekat memegang kedua bahu Billy “Gue tegasin ke lo sekarang, gak ada yang gue sembunyiin, gak ada apapun yang terjadi. Lo mau tanya kenapa gue berubah? Ya gue berubah karena Papa meninggal, dan itu pilihan gue, bukan paksaan atau faktor apapun. Murni kemauan gue”

Billy mendengus, menyingkirkan telapak tangan Bara di bahunya “Gue udah tau semuanya, gue cuma mau lo jujur, gue cuma mau dengar semuanya langsung dari mulut lo”

Pandangan Bara beralih ke arah lain, tidak ada pilihan lain “Terserah lo mau ngomong apa. Yang jelas gue udah kasih tahu lo apa yang sebenarnya. Gue gak mau bahas ini lagi” tukas Bara menjadi penghujung pembicaraan mereka.

Bara masuk ke dalam rumah setelah mengatakan kalimat yang sudah ia tetapkan sebagai keputusan akhir untuk tidak membahas hal yang sama lagi.

Sudah cukup. Bara tidak suka jika ada orang yang mencampuri hidupnya, sekalipun orang itu Billy, adiknya. 

Biarlah masa lalu, tetap menjadi rahasianya. Tidak boleh ada yang mengetahui rahasia itu selain dirinya. Tidak boleh. Bara tidak akan membiarkan itu terjadi.

*****
Terimakasih sudah membaca 😘 Jangan lupa tinggalkan jejak yaa 😄😄 anw, ada pergantian cast Bara dan Billy, aku baru aja nemuin sosok yang aku rasa lebih cocok buat meranin Bara dan Billy di cerita ini.. Semoga kalian sependapat sama aku 😄😄 lov yuuuu 😘💕💕

Billy > Bara

Billy > Bara

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

TBC

RASVAWhere stories live. Discover now