12

159 13 0
                                    

April 2015

"Bill ada masalah apaan sih?" Sakti menyentuh bahu Billy yang langsung ditepis oleh cowok itu.

Satria memilih diam memikirkan alasan apa yang membuat Billy sampai bertengkar seperti ini. Billy bungkam, matanya merah masih didominasi amarah. Juga telapak tangannya yang masih mengepal erat - erat.

Harusnya tadi ia patahkan saja tangan orang itu , atau lehernya saja sekalian. Rasanya sudah cukup baik untuk Billy tidak membunuhnya.

Sakti menghela napas saat Dora masuk membawa obat untuk memar dan beberapa luka kecil di wajah Billy. Satria mengambil alih kotak obat dari tangan Dora, mengeluarkan perban dan obat merah dari dalamnya.

Billy mengangkat tangannya mengisyaratkan agar Satria tidak melanjutkan aksinya "Udah deh, gak usah sok supermen" tukas Satria menempelkan perban di kening Billy secara paksa.

"Kenapa lo pakai berantem segala? Gak biasanya lo gini"

Satria menyilangkan tangannya di depan dada "Lo ada masalah apa?"

"Seinget gue lo gak ada hubungan sama Dendi, gue aja kaget denger lo gebukin anak orang"

"Emang Dendi ngapain lo sih? Kok gue jadi kepo ya"

Dora mengulurkan es batu yang dibungkus sapu tangan ke Satria "Muka lo jadi ancur gini kaya masa depannya Sakti"

"Tau" jawab Sakti "Ehh.. Enak aja masa depan gue ancur. Dasar kembaran setan" oceh Sakti setelah otaknya selesai mencerna ucapan Satria.

Satria tertawa kecil sambil mengompres memar diwajah Billy. Sesekali Billy mendesis saat Satria menekan lukanya terlalu kencang.

Billy mendongakkan kepalanya setelah mendengar dehaman yang tak asing di telinganya. Bara tersenyum seolah semuanya baik - baik saja.

"Gimana?" tanya Sakti

Sontak semua mata tertuju padanya. Satria menyudahi kegiatan mengompresnya, sedangkan Billy sudah berdiri mematung menunggu penjelasan kakaknya.

Bara tersenyum lebar memperlihatkan secarik kertas di tangan kananya yang terlipat rapih "Gue dikasih ijin liburan 3 hari"

Billy mengerutkan keningnya, melangkah lebar merampas kertas itu kemudian membacanya. Setelah membaca satu kata kunci yang membuat amarahnya semakin memuncak.

"Dia yang salah, dan gue yang gebukkin. Terus kenapa lo yang di skors?!" bentak Billy berapi - api.

"Dendi setan ! Minta dihajar !! " tambahnya membuang kertas itu setelah puas meremasnya hingga tak berbentuk. Bara menahan lengan adiknya "Duduk"

"Lo gila hah? Gue gak..."

"Gue bilang duduk" potong Bara mencengkram lengan Billy.

"Lo diskors gara - gara itu anjing, tapi lo masih setenang ini dan nyuruh gue duduk??"

Bara mengeratkan cengkramannya, memperkuat aura gelap dari dalam dirinya. Dengan sangat terpaksa Billy harus mengurungkan niatnya, dan memilih duduk mengikuti perintah Bara.

"Mulai sekarang lo harus jaga jarak sama Dendi, apapun alasanya. Gue gak mau dengar lo berantem kaya gini lagi" ujar Bara

Billy bangkit tidak terima "Yang harusnya jaga jarak itu dia, bukan gue!!"

Bara memang harus ekstra bersabar menghadapi adiknya ini "Gue tau. Tapi disini yang salah itu lo, terlepas dari dia yang mulai duluan, karena lo yang mukul dia. Paham?"

"Lo pikir gue bisa diam aja kalau ada yang gak punya otak ngehina lo. Masih untung gak gue cabut lidahnya"

Bara memukul kepala Billy pelan, membuat Billy mengaduh dramatis seraya mengusap kepalanya "Dendi itu cuma mau mancing emosi lo, dia cuma bisa ngomong. Gue gak keberatan dihina, lo tau itu. Gue gak pernah peduli apa kata orang"

Bara mencengkram pundak adiknya, menatapnya lurus. Billy menyentakkan tangan Bara yang ada di pundaknya "Lo gak peduli. Tapi gue peduli"

"Kalau lo kepancing sama Dendi, itu sama aja lo gak punya otak sama kaya dia. Lo mau Mama tau kalau lo berantem hah?"

"Lo pikir mama gak bakal tau kalau lo diskors"

Bara menggeleng "Mama gak akan tahu kalau lo tutup mulut" Bara tersenyum tipis "Lo cuma perlu diam, sembunyiin muka bonyok lo itu. Sisanya biar gue yang atur" ujar Bara meraih tasnya, memasukkan buku - bukunya yang masih ada di atas meja

"Obatin muka lo" Bara mengambil tangan Billy, menaruh sekantong masker ke tangannya "Pakai ini, pakai jaket lo juga biar jidat lo gak terpampang gitu"

Bara tersenyum tipis menggantungkan tas ranselnya di salah satu bahu, lalu berbalik meninggalkan empat pasang mata yang masih memandangnya takjub "Gue pulang"

*****
Haloo semoga sukaa 😘 jangan lupa tinggalkan jejakk 😄😄 lovv yuuuu 😘😘

Ini lagi satu, di skors malah liburan benerann 😒

Ini lagi satu, di skors malah liburan benerann 😒

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

TBC

RASVAWhere stories live. Discover now