14

188 16 1
                                    

Mei 2015

Bara hari itu sedang sibuk di ruangan OSIS, banyak pekerjaan yang harus ia selesaikan. Event ini, event itu, beberapa kunjungan, outbound , dan banyak lagi.

Bara sudah menginformasikan pada anggota OSIS yang lain untuk rapat setengah jam lagi, karena itu Bara harus mempersiapkan bahan yang akan dibahas nanti.

Brakkk... Suara pintu yang terbuka paksa mengejutkan Bara yang saat itu sibuk menulis seluruh daftar kegiatan di jurnal hariannya.

Sakti dengan napas terengah - engah muncul bersamaan dengan terbukanya pintu "Bar... itu si Billy berantem lagi. Buruan ikut gue!"

Tanpa instruksi Bara berlari sekencang - kencangnya menuju TKP perkelahian. Saat sampai di tempat, Bara terkejut melihat Billy yang sudah menjatuhkan lawannya ke lantai, bak Floyd Mayweather yang mengalahkan Manny Pacquaio dengan pukulannya yang membuat Pacquaio KO di pertandingan tinju semalam.

Bara menarik kerah baju Billy "Ikut gue"

"Sekali lagi sampah keluar dari mulut lo, lo gak akan bisa lari dari gue!!" bentak Billy menunjuk wajah Dendi yang sudah memar sana sini.

"Sekarang apa lagi? Lo kenapa sih?" tanya Bara berusaha tenang

Sakti dan Satria memilih diam mendengarkan tanpa berkomentar.

"Ini udah keempat kalinya lo berantem sama orang yang sama. Lo gak capek?"

"Dendi setan itu yang mulai duluan, bukan gue!!" teriak Billy

"Tapi lo yang mukul dia ! Lo bisa gak sih kontrol emosi lo!"

"Dia dorong gue ! Gue udah sabar, tapi gue gak bisa biarin setan itu nyentuh badan gue ! Ngerti lo!!"

"Maaf kak, gue ganggu" ujar seorang siswi menyela "Itu kak... Lo disuruh ke ruang BP" tambah siswi itu yang ditujukan untuk Billy.

Billy mengepalkan tangannya kuat - kuat "Biar gue" ujar Bara

Billy menahan lengan Bara, menyuruhnya berhenti "Gue gak mau semua malah makin kacau. Lo disini, biar gue yang kesana" Bara melepaskan tangan Billy dari lengannya.

"Bar !!" teriak Billy berusaha menghentikan Bara saat Sakti dan Satria menghalangi langkahnya menyusul.

***

Setelah keluar dari ruang BP, bukan hukuman skors yang ia dapatkan, melainkan hukuman yang memang sepantasnya ia peroleh. Tidak, Bara tidak menyalahkan Billy atas semua yang terjadi. Bara sendiri yang mempertaruhkannya atas kemauannya sendiri, bukan karena Billy.

Bara berusaha tersenyum menjawab sapaan anggota OSIS yang berpapasan dengannyaa. Bara mempercepat langkahnya dengan sedikit berlari menuju lorong kecil yang tempatnya ada di belakang lab fisika.

Lorong ini selalu sepi seperti biasanya, disaat seperti ini, Bara hanya membutuhkan ruang untuk menyendiri.

"Kak Bara?" saat suara itu terdengar Bara memilih bergeming, meski ia tahu benar siapa pemilik suara itu.

"Lo ngapain disini?" tanyanya lagi

Dora melangkah mendekat "Udah jam masuk, tumben lo gak masuk kelas?" Dora melirik jam tangannya

"Lo kenapa? Mau gue panggilin abang gue?"

Bara membuang muka tidak berniat menjawab sepatah kata pun.

Dora masih berdiri dihadapannya, sesekali Bara melirik adik sahabatnya itu melalui ujung matanya.

"Gue gak tau lo sariawan apa gimana, tapi meskipun lo puasa ngomong, lo tetap harus makan"

Dora meraih tangan Bara memberikan sepotong roti miliknya. Waktu seakan terhenti saat itu, saat Dora meraih tangannya. Kenangan kembali mengingatkan pada masa lalunya.

Bara mengingat betul kejadian itu. Saat ia meraih tangan Dora ditaman waktu itu. Namun sekarang, gadis itu yang meraih tangannya.

Dora mungkin tidak mengingat kejadian itu atau bahkan sudah melupakannya, tapi tidak Bara. Bara masih mengingat setiap detailnya, bahkan senyuman manis yang Bara dapatkan untuk kali pertama.

"Udah bel masuk, lo makan roti gue aja ya" ujar Dora sebelum menghilang di ujung lorong, kembali ke kelasnya.

Saat tidak lagi merasakan kehadiran Dora. Lorong kembali sepi, senyap tanpa suara. Bara terkekeh melihat roti pemberian Dora.

Bara membuka bungkusnya kemudian memakan roti itu dengan senyuman yang masih bertengger di wajahnya. Perasaannya membaik begitu cepat hanya karena sepotong roti?

Bara tertawa sembari mengunyah gigita roti yang ada di mulutnya. Mungkin penyebab utama moodnya hancur bukan karena jabatan ketua OSISnya dicopot, melainkan karena perutnya lapar. Ya, mungkin saja.

*****
Halooo ✋✋✋ Semoga sukaaa 😚 jangan lupa tinggalkan jejakk 😘 lovv yuuu 😘😘

Senyum yang bikin hati Bara ademmmmm cem aer dari sumber kaki pegunungan 😂😂

Senyum yang bikin hati Bara ademmmmm cem aer dari sumber kaki pegunungan 😂😂

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

TBC

RASVATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang