9

186 21 0
                                    

Agustus 2017

“Billy ... Billy... Billy.. Billy... Billy” pemilik suara yang mayoritas gadis itu mulai terdengar memenuhi lapangan olahraga yang lebarnya sudah seperti stadion sepak bola.

Dora hanya bisa menunduk, mematung disamping Sakti dan Satria yang ikut – ikutan menyemangati Billy dengan semangat '45. Dora berdo’a dalam hati, memohon dengan penuh ketulusan dan kerendahan hati agar mimpi buruknya tidak akan terjadi.

Pritttt.... Suara peluit tanda permainan dimulai terdengar nyaring memekakkan telinga Dora. Dora menutupi mukanya dengan satu tangan, memberikan sedikit celah di jarinya untuk sekadar memastikaan apa yang terjadi.

Seorang laki – laki dibarisan terdepan mengambil bola pertama di mangkuk berisi bola bekel yang terendam penuh cairan kental bernama kecap. Setelah bola berhasil tertangkap mulutnya, laki – laki itu berbalik memberikan bola ke teman di belakangnya.

Tidakk... Tidakk.. Jangann.... Tiba saat gadis itu akan mengantarkan bola ke mulut Billy. Dora menutup matanya rapat – rapat diiringi teriakkan siswi lain yang merasakan hal yang sama dengannya, yang paling menyebalkan adalah mendengar teriakkan para kaum berburung yang terus saja meneriakkan kata nista yang entah apa maksudnya seperti ‘tempel’, ‘sosor’, ‘masukkin’, ‘mantapppp’, ditambah dengan desahan – desahan laknat lainnya, membuat hasrat Dora menyumpal mulut mereka dengan rumput lapangan semakin menjadi. Mereka pikir ini lomba apa? Desahan mengerikan itu? Apakah hanya Dora waras disini?! Menyebalkan.

“Yahhhh gak seru nihh... Bill, tempelinnnn ah lo mahh” kali ini suara Sakti seolah memulai peperangan. Dengan segenap kekuatan, jiwa, dan raga, Dora menginjak kaki Sakti sekuat – kuatnya. Persetan dengan rintihan kakaknya, Dora tidak peduli.

“Apaan sih lo? Ngajak ribut nih bocah” Sakti melotot mengelus ujung kakinya yang baru saja terlindas bulldozer.

“Lo sih berisik” timpal Dora

Dora mengalihkan pandangannya kembali fokus pada Billy yang akan memberikan bola itu ke gadis minuman itu. Dora menekan dadanya melihat detik-detik kehancurannya.

Satu

Dua

Tiga

Huhhh... Dora menghela napas lega saat Billy berhasil mengantarkan bola itu tanpa terkontaminasi bibir gadis minuman sedikitpun . Tim Billy masih memimpin permainan. Tidak peduli dengan tim lainnya, semua siswa tampaknya sibuk mengerubungi tim kelas Billy, masa bodo dengan kelasnya masing – masing. Dimana ada Billy, disitu juga perhatian semua mata terarah.

Kali ini putaran ke lima, waktu hampir berakhir. Tim Billy sangat cepat dan kompak tentunya, Dora senang karena minuman itu ternyata tidak mengambil kesempatan dalam kesempitan. Dora lebih tenan, tidak setegang di awal permainan.

“Sepuluh... sembilan.... delapan.... tujuh.....” Sakti menghitung mundur waktu yang tersisa. Bola baru diterima Billy saat hitungan ke tiga. Tepuk tangan, dan teriakan saling bersautan, suasana menjadi tegang seketika. Semua tatapan terfokus pada Billy dan Ale di detik – detik terakhir.

“Tigaa... duaa.... sattt..” hitungan Sakti terhenti berlanjut dengan celetukkan, tepuk tangan, juga teriakkan riuh.

Dadanya mencelos, saat melihat peristiwa keramat itu. Dora tidak sempat menutup matanya saat itu terjadi. Billy salah tingkah setelah ciuman tanpa sengaja itu terjadi. Dora yakin itu tidak sengaja, Dora melihatnya dengan mata kepalanya sendiri tanpa berkedip. Dora melihat Billy terburu-buru karena waktu yang semakin menipis, tanpa sengaja bola itu terjatuh tepat saat hampir sampai di bibir Ale.

Dora yakin, matanya tidak pernah salah. Gadis minuman gelas itu juga terkejut, pertanda semua itu terjadi tanpa kesengajaan. Ya, benar.

Tapi meski begitu, meskipun Dora mengetahui kalau semua itu tidak di sengaja, Dora masih  merasa kesal. Semuanya begitu menyebalkan dimatanya.

Dora melangkah mundur dari keramaian. Bukan untuk menangisi idolanya yang tercyduk berciuman dengan orang lain seperti yang kalian pikirkan. Dora bukan tipe manusia yang dengan mudah menangis seperti itu. Kalian mau tahu kapan terakhir kali Dora menangis? Hmm. Entah, Dora tidak ingat kapan terakhir kali ia menangis.

Lagi pula kejadian itu bukan salah Billy, melainkan kesalahannya, seharusnya Dora tidak mengusulkan ide gila seperti itu, karena kecerobohannya, pada akhirnya Dora sendiri yang kena batunya. Jadi sudahlah, tidak masalah , setelah ini Dora akan berusaha mengikhlaskan first kiss calon suaminya yang ter-renggut sia-sia.

Dora menuju lapangan basket di depan kelasnya, mengatur napas mencoba menenangkan hatinya. Bukan, apa – apa. Hanya saja Dora masih sangat kesal. Ya, kesal. Itu saja.

“Gue mau ...” ucapan Bara terpotong karena pekikkan Dora “SETAN!”

Bara ikut terkejut melihat reaksi Dora. Dora yang menyadari sosok tampan dihadapannya itu bukan setan, tersenyum malu “Maaf, maaf, gue kira.. lo... aduh ... maaf yaa.. gue kaget, abis lo gak ada suaranya udah nongol aja” kalimat terpanjang yang pernah Dora katakan saat berhadapan dengan Bara. Menyadari ucapannya, Dora membekap mulutnya dengan satu tangan.

Bara tersenyum tipis kemudian duduk di samping Dora tanpa disuruh juga tanpa meminta izin.

“Gue gak sengaja lihat lo disini. Gue cuma mau ngucapin makasih karena berkat ide lo, acara hari ini lancar dan sukses banget, anak – anak pada suka sama lomba – lombanya, juga ide lo buat ngehias lapangan yang beda dari sebelumnya. Makasih ya”

‘Apa dia bilang? Acaranya sukses? Suka lombanya?? Suka apanyaaaaaa???!! Dasar sinting, emang dia gak tau ya gimana keselnya gue, emang wajah gue gak kelihatan apa kalau lagi pengin makan orang! Ngeselin ya nih orang’ omel Dora dalam hati.

Tunggu, Dora baru sadar. Hari ini, Bara berbicara padanya. Bara mendatanginya, dan berterimakasih padanya. Sungguh kejadian langka. Selama ini Dora menunggu saat-saat seperti ini terjadi, Dora selalu ingin bicara dengan Bara. Tapi karena Bara menyeramkan, Dora jadi mengurungkan niatnya untuk bicara. Tapi hari ini, Bara yang menegurnya terlebih dahulu.

Bukankah seharusnya Dora senang? Ya , Dora senang Bara mau bicara dengannya. Tapi.. Tapi kenapa Bara harus bicara soal lomba hina ini. Kenapa Bara tidak membahas hal lain? Sejarah? Bu Tomo? Peristiwa Rengasdengklok? Lubang Buaya? Kisah cinta Habibie Ainun mungkin? Atau apa saja lah, asalkan jangan topik menyebalkan ini.

Bara memandang lurus ke depan, menunggu jawaban. Dora ingin bicara panjang lebar dengan Bara, ya mungkin saja setelah ini Dora bisa lebih dekat dengan sahabat kakaknya yang satu itu, karena selama ini Dora mengira kalau Bara tidak menyukainya, karena Bara seringkali menghindar dan membuang muka jika berpapasan dengan Dora, ditambah ekspresi datar dan jawaban singkatnya yang semakin membuat Dora takut jika berhadapan dengannya.

Berbeda dengan Billy, Dora selalu suka dan bahagia bercampur sangat gembira jika berhadapan dengan Billy. Jika Dora harus bertahan satu abad berhadapan dengan Billy, Dora akan melakukannya dengan senang hati.

Tapi apalah daya, Dora harus melewatkan kesempatan bagus ini karena moodnya sedang tidak baik. Saat ini Dora hanya ingin makan, tidak bicara, karena dengan banyak bicara energinya akan semakin berkurang, jika energinya berkurang tanpa asupan makanan yang masuk, itu artinya Dora harus merelakan lemak manjanya untuk di jadikan pengganti energi. Tidak, Dora akan melindungi anak – anaknya (baca lemaknya).

“Iya sama – sama” hanya kalimat itu yang terlontar sebelum Dora bangkit menuju kelasnya, meninggalkan Bara yang masih memandangnya dari jauh hingga dinding kelas menghalangi pengelihatannya.

*****
Happy reading 😍😘 semoga sukaa... Jangan lupa tinggalkan jejak 😄 lovv yuu 💖💖💖

Dapat selamat malam dari Babang Sakticuu 😚

Dapat selamat malam dari Babang Sakticuu 😚

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


TBC

RASVATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang