ii. Penghuni Baru

851 106 0
                                    

Hoppla! Dieses Bild entspricht nicht unseren inhaltlichen Richtlinien. Um mit dem Veröffentlichen fortfahren zu können, entferne es bitte oder lade ein anderes Bild hoch.

Malam ke dua puluh tiga di bulan Januari nampak lebih dingin dari malam lainnya. Seorang pemuda dengan pakaian tebal melangkahkan kakinya menerjang dinginnya malam. Jalanan nampak jauh lebih sepi, kemungkinan besar karena udara yang terasa dingin menusuk kulit membuat orang-orang memilih meringkuk di balik selimut atau duduk nyaman di depan pemanas.

Ya, sepertinya begitu. Kecuali pemuda yang tengah merapatkan coat tebal yang dikenakannya sambil mempercepat langkah itu. Sebenarnya ini salahnya. Andai saja ia tidak terlalu asyik dengan buku-bukunya, tentu ia tidak harus ketinggalan kereta terakhir dan berakhir dengan keadaan harus berjalan kaki sejauh setengah kilometer untuk mencapai apartment sederhananya.

Oh, sebenarnya itu bukan masalah besar jika hanya berjalan kaki sejauh itu, tapi tidak di malam yang sangat dingin ini

Hoppla! Dieses Bild entspricht nicht unseren inhaltlichen Richtlinien. Um mit dem Veröffentlichen fortfahren zu können, entferne es bitte oder lade ein anderes Bild hoch.

Oh, sebenarnya itu bukan masalah besar jika hanya berjalan kaki sejauh itu, tapi tidak di malam yang sangat dingin ini. Oh hello, siapapun tidak ada yang ingin menghabiskan waktu berlama-lama di luar ketika udara hampir mencapai dua derajat celcius.

"Jiminie! Kau darimana, huh?" Panggil sebuah suara membuat pemuda yang dipanggil Jimin itu hampir terpeleset di trotoar ketika ia akan menyebrang menuju apartmentnya.

Jimin menstabilkan berdirinya lalu membungkuk ramah ke arah pria bertubuh gempal yang baru saja menyapanya. "Perpustakaan umum, Ahjjeossi."

Pria bernama Tn. Han itu mengangguk paham. Kemana lagi Jimin pergi setiap akhir pekan kalau bukan berkunjung ke perpustakaan umum kota. "Dasar! Cepatlah masuk, udara sangat dingin. Istriku memasak kari pedas, kau bisa ke flat kami untuk makan malam," ucap Tn. Han sambil mengeratkan mantelnya.

Jimin tersenyum. "Baik ahjjeossi, gomawo. Ah, kau sendiri ingin pergi ke mana malam-malam begini?" tanya Jimin heran karena Tn. Han terlihat memakai pakaian dinasnya di balik mantel tebalnya, tidak seperti biasanya.

Tn. Han menepuk pelan dahinya, hampir saja lupa jika ia sedang terburu-buru. "Ah... aku mau ke kantor, ada kasus pembunuhan akhir-akhir ini. Kau berhati-hatilah, korban pembunuhan ini rata-rata anak muda." Tn. Han berkata dengan raut khawatir.

Jimin mengangguk mengerti, lalu setelahnya Tn. Han berpamitan pergi dan Jimin masuk ke apartmentnya. Keadaan redup menyapanya ketika ia membuka pintu utama dengan kartu miliknya.

At the Next DoorWo Geschichten leben. Entdecke jetzt