x. bantuan

395 60 4
                                    

¡Ay! Esta imagen no sigue nuestras pautas de contenido. Para continuar la publicación, intente quitarla o subir otra.

Jimin mengutuk dirinya yang terlalu tenggelam dalam buku ketika membaca. Lagi-lagi ia harus ketinggalan kereta terakhir menyebabkan dirinya terpaksa jalan kaki.

Seminggu yang lalu di tempat ini seorang gadis bernama Seohyun ditemukan tewas. Dan sejak kejadian itu, tempat ini menjadi jauh lebih sepi. Tak ayal jika Jiminpun ketakutan melewati tempat ini.

Sejak seminggu pula ia tidak bertemu Yoongi. Apartmentnya nampak kosong sejak hari di mana gadis bernama Seohyun meninggal. Hari di mana Taehyung meminta Jimin menjauhi Yoongi atau bahkan pindah kalau bisa.

Taehyung? Pemuda itu masih setia mengunjungi Jimin atau sesekali mengajaknya hang out. Mereka benar-benar sudah menjadi sepasang sahabat.

Jimin membersihkan sepatunya yang kemasukan salju. Kakinya terasa mati rasa akibat menahan dingin terlalu lama. Perjalanannya masih beberapa puluh meter lagi, tapi kakinya sudah tidak sanggup digerakan sama sekali.

"Ugh..kenapa aku harus bernasib semenyedihkan ini?" Jimin meraung pelan sambil mendudukan tubuhnya di trotoar yang sepi. Bibirnya sudah membiru akibat udara yang begitu dingin.

"Sepertinya kau lebih memilih mati kedinginan daripada harus mati ditangan pembunuh," ucap sebuah suara cukup berat dari arah belakang Jimin membuat jantung Jimin berdegub kuat.

Yoongi berdiri dengan jaket kulit tebalnya. Berdiri angkuh bagaikan tidak merasakan dingin sama sekali. Ekspresi wajahnya bahkan jauh lebih dingin ketimbang udara di sana.

"Kau

¡Ay! Esta imagen no sigue nuestras pautas de contenido. Para continuar la publicación, intente quitarla o subir otra.

"Kau...se-seee"

"Aku kebetulan lewat. Sudah lama aku pergi untuk urusan kantor dan apa yang tengah kau lakukan di tengah jalan begini?" tanya Yoongi dengan wajah masih dingin.

Jimin menahan nafasnya sambil menatap Yoongi dalam. Will I die this way? Lirihnya dalam hati.

"Jimin-ssi, apakah kau butuh bantuanku?" tawar Yoongi sambil selangkah maju.

Jimin menggeleng. "Ani.. Aku bisa sendiri!"

"Yakin? Kurasa kau kesulitan berjalan dalam keadaan kaki mati rasa begitu."

Jimin menatap sendu ke arah kakinya. Beginikah cara Yoongi untuk membunuhnya? Berpura-pura akan menolongnya lalu akhirnya menyekiknya? Benarkah? Tapi kan Jimin laki-laki dan pembunuh mawar berdarah itu hanya mengincar perempuan. Apa jangan-jangan Yoongi tau kalau Jimin curiga padanya?

"A.."

"Tidak apa Jimin-ssi. Aku akan membantumu. Apa kau mau kugendong?"

Jimin yang seperti kerbau di cucuk hidungnya dengan segera menurut dan menerima rangkulan Yoongi. Ia sendiri tidak percaya bahwa otak dan tubuhnya tidak sejalan. Ingin sekali Jimin menolak Yoongi namun tubuhnya begitu mudahnya menerima bantuan itu.

Mereka berjalan dalam diam. Keheningan menyelimuti keduanya sepanjang perjalanan. "Jimin-ssi..."

"Eung?"

"Seberapa lama kau mengenal Taehyung?"

Jimin mengerang. Ia paling tidak suka dengan pertanyaan terlalu privasi. Seperti dulu, Yoongi juga pernah menanyakan hal yang sama tentang Taehyung. Dan masih sama pula, Jimin tidak senang dengan pertanyaan Yoongi. "Yoongi-ssi, kau tau itu privasiku?"

"Kau tidak boleh menilai orang dari luarnya, Jimin-ssi," ucap Yoongi pada akhirnya.

Setelah ucapan itu keduanya kembali terbelenggu dalam keheningan. Seakan semua topik pembicaraan telah habis dibicarakan padahal tidak ada satupun yang mereka bahas.

At the Next DoorDonde viven las historias. Descúbrelo ahora