xiv. tangkai terakhir

433 59 1
                                    

Sebulan sudah sejak kejadian di mana Yoongi membongkar jati dirinya. Sejak saat itu Jimin tidak pernah mendengar kabar tentang pembunuhan ataupun tentang Taehyung lagi.

Mungkin para petugas kepolisian menutupi kasus ini dengan sangat rapi. Sejak kejadian itu pula Jimin dan Yoongi kian dekat. Yoongi benar-benar memperlakukan Jimin seperti adik laki-lakinya. Mereka kerap kali menghabiskan waktu bersama. Bahkan beberapa kali Yoongi sengaja menjemput Jimin di kantornya lalu mereka makan malam bersama di perjalanan pulang.

Namun malam ini sedikit berbeda. Jimin dan Yoongi memilih menghabiskan waktu mereka di dalam apartment Jimin. Keduanya tengah asyik menonton film di atas sofa. Tidak jarang mereka tertawa atas lelucon masing-masing. Namun beberapa detik kemudian keadaan menjadi hening.

Yoongi menatap Jimin dengan begitu dalam.

"Hyung? Ada apa?"

Yoongi meraih jemari Jimin dan menggenggamnya erat.

"Aku...menyukaimu, Jimin."

Jimin tersentak. "Hyung maaf, tapi aku bukan gay..."

Yoongi tersenyum lembut. "Aku tau. Maksudku, aku menyukaimu sebagai adikku, Jiminie."

Jimin menghela napas lega. "Ya ampun hyung, ku kira kau baru saja menyatakan cinta padaku! Bagaimana kalau aku salah paham?" Jimin meninju lengan Yoongi main-main.

Yoongi sendiri tak bergeming. Ia masih di posisinya, menatap Jimin. "Jimin."

"Hmm?"

"Ingat tentang, don't judge the book by it's cover?" tanya Yoongi serius.

Jimin mengiyakan, tatapannya sudah kembali lagi ke layar TV.

"Jiminie..."

"Ahh...K..Hyung...apphaa..."

Yoongi menyeringai. Tangannya sudah mencekik Jimin dengan sempurna. Jimin mengejang keras berusaha melepaskan cekikan Yoongi sekuat tenaga. Kejadian begitu cepat sehingga Jimin tidak bisa menghindar dan hanya bisa meronta. "Akkkk! Hyung!"

"Kau melakukan kesalahan fatal, Jiminie," ucap Yoongi dingin.

Jimin menggeleng-geleng sambil berusaha melepaskan cekikan Yoongi. "Akulah pembunuh itu! Dan kau sendiri yang mengantarkan dirimu padaku."

Jimin akhirnya lepas dari cekikan Yoongi. Ia berlari namun sayangnya pintu telah dikunci oleh Yoongi. Jimin berteriak dan menggedor pintu dengan kuat. Matanya mulai berair dan ia ketakutan.

"Sialan! Kau...jadi kau berbohong?"

jadi kau berbohong?"

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Dan kau percaya. Ahahahahah! Seharusnya kau belajar dari buku-buku misteri yang kau baca, kalau psikopat itu pembohong yang sempurna," ucap Yoongi lantang.

Jimin menggeleng-geleng sambil menangis. Ia yakin, Yoongi akan menghabisinya.

"Lalu Taehyung?"

"Taehyung sudah mati sejak saat itu! Aku benci karena ia menganggu jalanku untuk membunuhmu lebih cepat!"

Jimin mengerutkan tubuhnya ketakutan. Gemetar. Tubuhnya bahkan sudah dibanjiri keringat dingin.

Yoongi menyeringai dan mendekati Jimin. "Cantik...kau berbeda dengan yang lain. Kau adalah laki-laki tetapi kau cantik. Membuatku merasakan perasaan yang berbeda. Perasaan ingin membunuh dan menyiksa yang lebih kuat, Jiminie..." ucap Yoongi lembut. Berbeda dengan ekspresi sebelumnya yang begitu dingin dan menyeramkan.

"Kau akan menjadi milikku, Jiminie..."

Jimin pasrah ketika Yoongi mencekiknya lebih keras. Bahkan ketika perlahan nafasnya tercekat dan pandangannya memburuam hingga akhirnya kegelapan menyelimutinya.

"Di neraka! Kau akan menjadi milikku di neraka, Park Jimin!"

Dan seperti biasa. Yoongi meraih sekuntum mawar dan melakukan hal yang sama dengan korbannya yang lain. Bedanya, Yoongi menyiapkan mawar merah kali ini. Merah darah dan merah mawar bersatu membuat warna merahnya semakin pekat dan menyala.


Yoongi tersenyum puas saat menyelipkan setangkai mawar berdarah itu di antara bibir tebal Jimin.

Yoongi tersenyum puas saat menyelipkan setangkai mawar berdarah itu di antara bibir tebal Jimin

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.


At the Next DoorWhere stories live. Discover now