Second ~ Gadis Bersuara Merdu

232 20 0
                                    

"Mau langsung ke kantin?" tanya Dava sambil memasukkan buku-bukunya ke tas

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Mau langsung ke kantin?" tanya Dava sambil memasukkan buku-bukunya ke tas. Lalu, pemuda itu mengambil duduk di kursi sebelah Giska. Ia menatap lembut manik mata coklat gadis berambut sebahu itu.

"Gue mau ke ruang musik dulu. Latihan buat kompetisi band dua minggu lagi." jawab Giska lembut. Memang hanya pada Davalah gadis itu bersikap manis dan lembut. Ya, mungkin karena hatinya telah dibutakan oleh cinta sepihaknya. Padahal jelas-jelas Dava masih mencintai mantan kekasihnya. Namun, Giska tetap setia mencintai pemuda itu. Sungguh beruntungnya Dava bisa dicintai gadis yang dingin tetapi setia seperti Giska.

"Oke deh. Kalau gitu, gue ke kantin ya. Semangat latihannya." ujar Dava sambil tersenyum manis lalu mengusap lembut rambut pendek sebahu Giska. Seketika hal tersebut membuat gadis itu tidak karuan setiap Dava memperlakukannya dengan begitu manis.

"Jangan makan sembarangan. Inget kesehatan lo," nasihat Giska santai namun serius. Dava hanya memutar bola matanya. Semua orang selalu saja berlebihan seolah ia akan mati besok.

"Siap Giska cerewet." sahutnya mengejek.

"Ya udah sana ke kantin." usir Giska berharap Dava berhenti menggodanya.

"Ngusir nih?" namun, Dava masih saja menggoda Giska. Gadis itu memutar bola matanya malas.

"Dava, please. Nggak usah mulai."

Dava justru terkekeh melihat kekesalan Giska. "Iya-iya oke. Bye Giska dingin dan jutek." Giska hanya menghela napas dengan sifat Dava yang begitu ramah dan menyebalkan disaat yang bersamaan. Namun, ia bahagia setiap melihat Dava tersenyum ceria seperti itu. Seperti beban yang menimpa pemuda itu hilang seketika. Ia juga lebih suka Dava menjahilinya daripada harus melihat pemuda itu kesakitan karena penyakitnya. Sungguh ia tidak sanggup setiap melihat Dava menderita karena ia lebih mencintai Dava daripada dirinya sendiri.

Giska melangkah menuju ruang musik untuk latihan band bersama teman-temannya. Ia harus latihan semaksimal mungkin supaya kompetisi band dua minggu lagi berjalan dengan lancar. Sejak SMP, gadis itu memang selalu bergabung dengan ekstrakulikuler band. Ia mendirikan grup band bersama ketiga sahabatnya yang diberi nama powerful star.

"Hai gais!" sapa Giska begitu sampai di ruang musik yang sekarang sudah menjadi ruang latihan khusus bandnya.

"Nah ini dia si nona vokalis. Dari mana aja lo?" ujar dan tanya Michel begitu melihat Giska yang datang dengan wajah masam.

"Dari kelas lah. Dari mana lagi." jawab Giska lalu mengambil microfone dan menempati posisinya.

"Jagain Dava?" tebak Intan seolah tahu segala hal tentang Giska. Biasanya, jika Giska terlambat datang sudah pasti karena Dava. Entah Giska yang harus menjaga pemuda itu saat kambuh atau mengantar Dava transfusi darah rutin di rumah sakit. Bahkan Giska rela begadang semalaman untuk menemani Dava saat pemuda itu mendapat serangan. Sifat baik dan perhatian Giska memang hanya terlihat saat bersama Dava. Selama ini sifat Giska yang itu sering tertutupi dengan sifat dingin dan juteknya.

Our Youth (On Going)Where stories live. Discover now