Third : Sebuah Kesalahan

234 24 4
                                    

Tidak ada ceritanya seorang laki-laki dan perempuan yang bersahabat sejak lama, benar-benar murni bersahabat

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Tidak ada ceritanya seorang laki-laki dan perempuan yang bersahabat sejak lama, benar-benar murni bersahabat. Tanpa dilandasi benih-benih cinta yang tumbuh. Sungguh, jarang hal semacam itu tidak terjadi. Timbulnya rasa nyaman karena terlalu sering bersama, tentunya wajar akan menumbuhkan rasa sayang yang sedikit berbeda.

Seperti yang sekarang tengah Giska rasakan. Ia tidak pernah bisa berhenti mencintai Dava bahkan sejak mereka masih kecil. Dava yang menurutnya selalu ada dan menjadi penyemangatnya dikala ia sedih, kecewa, dan terpuruk. Hanya pemuda itu yang selalu mendukung cita-citanya menjadi seorang penyanyi setelah sang kakak meninggal. Disaat kedua orang tua Giska memaksakan kehendak pada gadis berkulit putih susu itu, Davalah yang dengan setia menyemangatinya. Giska merasa, Dava selalu memahami dirinya lebih dari siapapun. Bahkan kedua orang tuanya.

"Dava ke mana ya? Kok belum balik-balik?" seperti itulah Giska. Gadis itu sangat mengkhawatirkan Dava setiap saat.

"Ah elah nanti juga balik. Sabar dulu lah, Ka." sahut Intan

"Tapi nggak biasanya dia ke kantin lama banget. Kalau dia pingsan gimana?" tanyanya khawatir. Wajahnya pun terlihat tidak tenang.

"Pikiran lo negatif mulu sih. Dava itu cowok kuat." sahut Intan lagi menasehati Giska.

"Iya. Dava nggak selemah itu meski dia sakit. Tungguin aja dulu." timpal Michelle mencoba menenangkan Giska.

"Nggak bisa. Gue harus susulin dia." putus Giska final dan segera melangkah keluar kelas.

"Itu anak nggak bisa dinasehatin kalau udah masalah Dava." gumam Michelle heran sendiri melihat sifat sahabatnya yang satu itu.

"Lo lupa? Cinta itu buta, sis." Intan sok-sokan menasehati.

"Kayak lo nggak buta aja." timpal Lina santai.

"Kalau gue mah tetep stay sama bebeb Ardi." Intan malah senyum-senyum sendiri sambil membayangkan Ardi, cowok yang sedang ia dekati.

"Bebab bebeb. Belum juga pacaran. Lama-lama bisa ilfeel tuh si Ardi lo panggilin bebeb mulu." ejek Lina

"Biarin aja, yang penting kan gue bahagia."

"Terserah lo aja deh, Tan. Tapi entar jangan mewek kalau Ardi ternyata nggak mau sama lo." Michelle hanya menggeleng-gelengkan kepalanya heran dengan kelakuan temannya itu.

"Sirik aja sih lo. Makanya cari pacar sana." gantian Intan yang meledek Michel. Sedangkan yang diledek biasa saja. Michel anaknya memang santai sekali menanggapi apa pun. 

"Itu urusan gue ya mau punya pacar apa nggak."

"Udah-udah kalian ini kerjaannya cek cok mulu." ujar Lina menengahi. Panas telinganya mendengar kedua temannya itu ribut terus.

###

Nomor yang anda tuju, sedang tidak dapat dihubungi. Cobalah beberapa saat lagi.

Bukannya suara Dava, justru suara operator yang terus terdengar di gendang telinga Giska. Hal itu membuat Giska semakin frustasi. Tidak biasanya Dava tidak mengangkat teleponnya. Gadis itu benar-benar frustasi sekarang. Pikirannya hanya membayangkan bagaimana jika Dava pingsan dan tidak ada yang tahu? Bagaimana jika penyakitnya kambuh dan tidak ada yang menolongnya?

Our Youth (On Going)Where stories live. Discover now