Twelfth~ Jangan Terlalu Benci

115 8 5
                                    

#Lapangan Basket

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

#Lapangan Basket

Plak!

Suara tamparan yang cukup keras seketika menggemparkan siswa dan siswi yang berada di sekitar lapangan basket. Terutama seorang pemuda yang membulatkan matanya terkejut dengan tindakan si pelaku. Pemuda tersebut tentu saja kesal dengan tindakan si gadis yang dengan mudahnya melayangkan tamparan pada sang teman.

"Giska, lo apa-apaan sih! Dateng-dateng main tampar Kaluna aja!" protes Zafran tidak terima dengan sikap Giska yang kasar. Mendengar protesan Zafran, amarah Giska semakin menumpuk di ubun-ubun dan siap meledak.

Gadis itu menatap Zafran dengan mata penuh kebencian. Tatapan tajamnya pada Zafran seperti akan membunuh pemuda itu. "Lo nggak usah ikut campur! Ini urusan gue sama Kaluna!" sentaknya marah sampai mata gadis itu melotot.

"Gue nggak ada niat buat ikut campur. Tapi kalau lo emang ada masalah sama Kaluna, nggak gini caranya dong." nasihat Zafran bijak. Entah kenapa melihat sikap Giska sekarang mengingatkan pemuda itu pada sikapnya ke Dava di masa lalu. Kenapa lagi-lagi ia harus mengingat peristiwa menyakitkan itu. Semua memori tentang peristiwa itu selalu saja menghantuinya kapanpun dan di manapun.

"Nggak usah sok bijak deh lo. Bikin gue ilfeel tau nggak!" ejek Giska habis-habisan. Ia sedang badmood ditambah Zafran lagi-lagi mencari masalah dengannya.
Lengkap sudah kekesalan Giska yang sangat menumpuk.

"Lo tuh ya---"

"Udah nggak apa-apa, Fran. Biarin aja Giska ngomong dulu." potong Kaluna cepat. Tidak ingin memperpanjang masalah.

"Tapi dia kasar sama lo," ujar Zafran masih kesal dengan sikap Giska yang kasar. Sementara Giska yang melihat Zafran begitu membela Kaluna membuat kadar kebenciannya pada Zafran semakin bertambah.

"Santai aja. Gue udah biasa kayak gini kok sama Giska." Kaluna mencoba untuk meredam kekesalan Zafran. Ia tidak ingin orang lain terkena masalah juga karena dirinya. Zafran memilih diam berusaha mengalah.

"Gimana? Sakit nggak tamparan gue? Itu masih belum seberapa sama rasa sakit Dava gara-gara mikirin lo!" marah Giska meledak-ledak saking kesalnya dengan sikap Kaluna.

"Terus mau lo apa?" tanya Kaluna jengah.

"Gue ke sini mau ngomong serius masalah Dava." Kaluna menghela napas kasar. Ia ingin marah tapi mereka sedang berada di lapangan dan banyak orang. Bisa-bisa imagenya rusak karena berantem dengan Giska.

"Masalah Dava apa lagi sih yang harus gue urusin?" tanya Kaluna semakin muak namun berusaha tenang. Kenapa Giska masih saja menyeretnya ke dalam masalah Dava. Ia sudah tidak ingin berurusan lagi dengan pemuda itu.

"Sekarang lo udah puas kan setelah bikin Dava menderita? Apa masih belum cukup lo nyakitin dia selama ini?" cecar Giska memojokkan Kaluna.

Kaluna tersenyum miring meremehkan. "Seharusnya lo tanya balik ke Dava. Kenapa dia masih aja narik ulur perasaan gue, setelah semua yang terjadi karena perbuatan dia sendiri?" tanya Kaluna tidak terima.

Our Youth (On Going)Where stories live. Discover now