Fifth ~ Rumit

196 14 4
                                    

*Petra Senior High School

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

*Petra Senior High School

Lapangan basket SMA Petra cukup ramai dengan siswa-siswi yang sedang berolahraga pada jam mata pelajaran penjaskes. Ada yang bermain basket, bulu tangkis, voli, dan lain-lain. Salah satunya adalah kelas Dava dan Giska. Entah takdir atau bagaimana, mata pelajaran kelas mereka sama dengan kelas Zafran. Sungguh sangat kebetulan yang tidak disangka-sangka. Dava tidak ikut berolahraga karena Giska yang melarangnya. Gadis itu takut Dava kelelahan dan akhirnya membuat kondisi pemuda itu drop lagi.

"Inget kata om Farid. Jangan kecapekan. Kondisi lo masih lemah. Jadi, lo nggak usah ikut olahraga dulu." jelas Giska panjang lebar sepanjang rel kereta api.

"Iya Giska bawel." jawab Dava malas. Giska tersenyum puas.

"Anak pintar."

Dava mengerucutkan bibirnya. "Nyebelin lo ya," Giska terkekeh puas.

"Ya udah, gue ke anak-anak dulu. Lo duduk yang manis di sini." Giska berlari menuju teman-temannya. Zafran yang sedang mendribble bola tanpa sengaja matanya menangkap Giska yang sedang tertawa bersama teman-temannya. Pemuda itu menyunggingkan senyum ketika melihat wajah cantik Giska yang sedang tertawa. Biasanya dia hanya disuguhi wajah dingin dan jutek gadis itu.

Ketika akan menghampiri gadis itu, Zafran justru sudah keduluan dengan Dava. Pemuda itu tentu saja terkejut melihat Dava ternyata sekolah di SMA Petra.

Dengan langkah pelan, Zafran melangkah mendekati Dava begitu pemuda itu sudah menjauh dari Giska. "Waaah, dunia ini sempit banget ya. Nggak nyangka kita bakalan ketemu lagi, Dava Reynaldi." sindir Zafran pada pemuda yang dulu pernah menjadi orang terdekatnya.

"Lo---kenapa bisa---sekolah di sini?" tanya Dava terbata-bata. Ia terlihat gugup melihat Zafran di sekolahnya.

"Kenapa? Lo takut ketemu gue?"
tanya Zafran menyindir lagi.

Raut wajah Dava masih terlihat  gugup. Pemuda itu tampak tidak nyaman melihat Zafran. Seperti baru saja melihat hantu yang tiba-tiba muncul dihadapannya.

"Bukan gitu. Gue cuma nggak nyangka masih punya kesempatan ketemu lo lagi." sahut Dava jujur. Pemuda itu tidak ingin mengingat masa lalu menyakitkan itu lagi. Jika melihat Zafran, seketika membuatnya kembali teringat pada masa lalu pahit itu.

"Gue nggak akan ngelakuin hal yang sama kayak dulu lagi. Tenang aja." tutur Zafran seolah memahami apa yang ada difikiran Dava. Dava menatap Zafran sendu.

FLASHBACK ON

Suasana kelas yang cukup ramai membuat Dava bahagia karena ia tidak akan bisa merasakan hal itu ketika berada di rumah. Setiap ia berada di sekolah, ia selalu merasa bahagia karena hanya di sekolah ia memilki banyak teman. Pemuda itu jadi sedikit melupakan bahwa hidup yang ia jalani sebenarnya hanya berkutat dengan rumah dan rumah sakit. Dava sudah sangat bosan dan lelah ketika penyakit itu menyerang, dan membuatnya ingin menyerah saja. Untung saja ada Mama dan Giska yag selalu menjadi kekuatannya untuk bertahan.

Our Youth (On Going)Where stories live. Discover now