Seventh ~ Jiwa Raga yang Berkecamuk

159 9 2
                                    

*Heaven Cafe

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.


*Heaven Cafe

Kedua anak manusia berbeda jenis kelamin itu masih saling diam membisu. Tidak ada yang membuka suara untuk memulai obrolan. Suasana canggung menyelimuti keduanya. Entah karena status hubungan mereka yang tidak seperti dulu lagi atau karena sudah tidak mungkin hubungan keduanya akan baik-baik saja.

"Kamu ke sini bareng Zafran?" tanya Dava memulai pembicaraan. Kaluna memainkan jemarinya untuk mengusir rasa gugup karena untuk yang pertama kalinya ia berbicara berdua dengan Dava setelah mereka putus.

"Iya. Tadi Zafran jemput di rumah." jawab gadis itu singkat. Ia membuang pandangan ke arah luar cafe. Menghindari bertatapan dengan laki-laki yang pernah membuatnya bahagia itu. Laki-laki yang sekaligus membuat hatinya sakit tidak karuan.

"Kenapa ngajakin dia?" nada bicara Dava terdengar cemburu. Kaluna sendiri menatap kecewa pemuda itu. Pemuda yang dulu senantiasa membuat hari-harinya terasa berwarna. Meskipun saat ini status hubungan mereka sudah tidak seperti dulu lagi.

Sebenarnya Kaluna juga tidak ingin berhubungan lagi dengan Dava. Namun, ia harus tetap menjaga imagenya sebagai perempuan yang masih punya hati nurani. Ia juga tidak sejahat itu mengabaikan Dava yang berniat baik.

"Bukan urusan kamu aku mau ngajak siapa. Kita udah nggak ada hubungan apa-apa lagi, jadi kamu nggak berhak tau urusanku." jawab Kaluna datar. Dava menatap sedih Kaluna begitu mendengar penuturan gadis itu. Ternyata gadis itu benar-benar sudah tidak memiliki perasaan lagi padanya.

"Segitu bencinya kamu sama aku sekarang, Lun? Sampai kamu ngajak cowok lain padahal aku cuma pengen ngomong berdua aja sama kamu." ujar Dava kecewa. Ia tidak menyangka jika Kaluna sebegitu bencinya pada pemuda itu.

Kaluna yang merasa Dava tidak sadar diri, hanya tersenyum meremehkan.
"Kamu juga ngajak Giska. Kenapa aku nggak boleh ngajak Zafran? Dari dulu kamu emang egois ya, Dav." balas Kaluna sewot. Dava menghela nafas pelan. Ia harus ekstra sabar menghadapi sikap Kaluna yang mudah marah.

"Giska kan sahabatku. Kamu juga udah tau sendiri kalau aku harus selalu sama dia. Mama nggak akan ngizinin aku pergi kalau nggak sama Giska." jelas Dava mencoba memberi pengertian pada Kaluna yang sejak dulu selalu salah mengartikan hubungannya dengan Giska.

"Selalu aja Mama kamu yang dijadikan alasan. Kamu bahkan selalu ngajak Giska padahal jelas-jelas kita lagi kencan!"

Untuk kali ini, Dava akan menuruti semua kata-kata Kaluna supaya mereka dapat berbaikan kembali.
"Terserah kamu mau nilai aku kayak gimana lagi. Tapi aku mohon, kita jangan musuhan ya. Meskipun kita udah putus, nggak seharusnya kita jadi musuh." mohon Dava tulus. Wajah melasnya membuat hati Kaluna sedikit melunak. Ia selalu merasa tidak tega jika disuguhi wajah memelas Dava. Namun, rasa marah dan kecewanya saat ini lebih besar menguasai hati gadis itu.

"Bukannya ini yang kamu mau? Biar bisa bebas berduaan sama Giska!" marah Kaluna menggebu-gebu. Emosinya sudah di ujung kepala. Entah kenapa ia selalu cemburu pada Giska sejak ia dan Dava masih pacaran. Menurutnya ia menjadi tidak penting bagi Dava karena ada Giska yang selalu mengikuti Dava ke mana-mana. Padahal Giska juga hanya menunggu di luar atau di dalam mobil kalau mereka sedang berkencan. Giska hanya ingin menjaga Dava atas perintah Diana.

Our Youth (On Going)Where stories live. Discover now