20. Langit

375K 38K 61.8K
                                    

FOLLOW INSTAGRAM AKU: alaiaesthetic & radenchedid (cadangan). Biar engga ketinggalan info tentang ceritaku! 🤍

 Biar engga ketinggalan info tentang ceritaku! 🤍

Йой! Нажаль, це зображення не відповідає нашим правилам. Щоб продовжити публікацію, будь ласка, видаліть його або завантажте інше.

20. Langit — 🔞

Zito bisa saja membenci Kai yang telah menendangnya dari kapal sampai hampir tenggelam di laut. Tapi, Zito tidak akan berlaku sejahat itu.

Seperti yang sekarang ia lakukan, Zito menjenguk temannya yang terkulai lemah di brankar rumah sakit. Ada beberapa alat medis bergerayang di badan Kai. Kaki kanannya terbungkus perban akibat luka terbuka di bagian betis dan mata kaki.

Pria itu menaruh buah-buahan titipan istrinya, Nana. Ia meletakkannya di meja yang tersedia. Usai itu, Zito menghampiri Kai lagi dan berdiri di sisi kanan brankar.

"Ga sembarang orang bisa kendaliin kapal." Zito berkata. "Laut itu luas. Lo ga bisa sebebas itu main-main di sana."

Kai melirik Zito cukup tajam, tidak suka dibicarakan seperti itu. Ia sudah sangat kesal mengetahui kakinya terluka parah, kemudian Zito datang yang hanya membuat mood-nya makin hancur.

"Kalo lo dateng cuma buat ceramahin gue, pergi aja lo!" Kai berkata, suaranya lebih serak dari biasanya.

"Gue mau liat kondisi lo, Kai." Zito berucap.

"Ga perlu. Gue tau lo seneng liat gue begini," ungkap Kai.

"Muka gue nunjukin gue seneng?" balas Zito yang sejak tadi tampangnya sedikit murung.

Kai berdecih. Lagi-lagi dia nyeloteh, "Lo ke sini mau ketawain gue, kan? Muna lo, To. Temen macem apa lo?"

"Masih anggep gue temen?" Zito menyahut.

Kai tak menjawab, malah memandang nyalang Zito seperti tidak suka akan kehadirannya di sini. Lalu Kai buang muka, wajahnya nampak semakin masam.

"Lo buang gue ke laut. Masih bisa sebut gue temen lo?" Zito melanjutkan. "Mana ada temen buang temennya sendiri?"

"Gue ke sini cuma mau liat keadaan lo gimana. Syukurlah lo ga terlalu parah." Zito menambahkan lagi, dan Kai masih tidak merespons.

"Istri gue nitipin buah, tolong dimakan. Seenggaknya lo hargai," ungkap Zito.

Terjadi hening setelahnya. Kai memejamkan mata dengan terpaksa, padahal isi otaknya tak berhenti mengeluarkan kata-kata yang ingin ia sampaikan ke Zito. Zito membuang napas lelah dan mundur menjauh dari brankar.

"Lo istirahat deh. Kecelakaan kemaren jadiin pelajaran, biar lo ga gegabah mulu." Zito memberi pesan.

"Masih beruntung lo dikasih hidup. Coba kalo lo mati di tengah laut dan ga ada orang yang tau," tambah Zito.

Derap langkah Zito terdengar menuju pintu. Sebelum membukanya, ia menoleh dan mengatakan sesuatu pada Kai. "Satu lagi yang mau gue sampein."

Kai masih diam namun tetap mendengarkan.

ALAÏA Where stories live. Discover now