61. Di Bawah Purnama

198K 24.1K 51.1K
                                    

Pada dasarnya, bintang tak akan meninggalkan langit, meski langit jatuh cinta pada bulan

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Pada dasarnya, bintang tak akan meninggalkan langit, meski langit jatuh cinta pada bulan.

61. Di Bawah Purnama

Langit menaruh sebuah kaleng susu di atas meja. Itu merupakan susu bubuk khusus ibu menyusui yang barusan ia beli setelah mengingat tidak ada persediaan susu untuk Alaia di rumah Bunda. Ia membuka penutup kaleng dan memastikan tak ada kecacatan di dalamnya.

Malam ini bulan tampak lebih terang. Angin yang berembus membuat hawa di dalam rumah menjadi lebih sejuk. Langit melirik jendela dapur sembari meraih gelas beling. Di luar sana terlihat bayangan pohon melambai-lambai pelan.

Suara teriakan terdengar dari luar dapur, sumbernya dari ruang keluarga. Di sana para anak muda berkumpul. Mereka menyaksikan film horror sesuai anjuran Bintang dan Ragas.

Langit tidak tau kapan dia dan Alaia serta bayi-bayinya kembali ke rumah mereka. Kemungkinan setelah keadaan Bunda membaik usai suasana duka yang menyelimuti. Langit tidak tenang meninggalkan Bunda di sini meskipun ada Ragas yang menemani.

Papa muda itu sedang menuang susu ke gelas ketika seseorang muncul di ambang pintu. Terjadi jeda beberapa detik ketika mata mereka saling bertemu. Alaia terkejut, membuat dia spontan mematung.

"A—Angit," sapanya, canggung.

Langit membuang napas panjang. Dia berbalik untuk mengisi gelas dengan air hangat. Usai itu, Langit kembali lagi ke meja sembari mengaduk susu.

"Em ... kamu dicariin mereka." Alaia memberitahu dan tentu 'mereka' yang ia maksud adalah sepupu-sepupu Langit.

"Iya." Langit menyahut.

Denting sendok yang menabrak dinding gelas berhenti kala Langit selesai mengaduk susu. Arah mata Alaia tertuju ke minuman yang ia suka tersebut. Dia mau, tapi sadar bahwa tak semua yang ia inginkan bisa menjadi miliknya.

Seakan paham apa yang Alaia pikirkan, Langit pun berujar, "Ini punya kamu."

Alaia masih terdiam dengan mimik setengah bingung. Pun Langit berkata lagi, "Buat kamu. Nih, minum."

Dada Alaia bergetar, seperti ada sengatan listrik statis di dalam sana. Matanya berbinar mendengar perkataan itu keluar dari mulut Langit. Maka Alaia mendekat, tapi takut-takut untuk berdiri di samping suaminya.

Senyuman manis Alaia membuat senyum sangat tipis muncul di bibir Langit. Rasa kesalnya akibat peristiwa di pantai kemarin seakan lenyap seketika. Ia membiarkan susu itu diteguk sampai habis oleh istrinya karena itulah yang Langit inginkan, yaitu nutrisi Alaia terpenuhi.

ALAÏA Where stories live. Discover now