25. Badai Rasa

313K 31.7K 31.1K
                                    

25

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

25. BADAI RASA

Matahari belum menampakkan wujud sepenuhnya ketika beberapa orang berlarian menghampiri lelaki yang terdampar di tepi pantai dengan kondisi tak sadar.

Badannya basah semua, matanya terpejam rapat, dengan luka di leher berbentuk dua bulatan kecil. Warga meyakini itu adalah gigitan makhluk laut, entah ikan atau apa.

Bibir Langit membiru, kulitnya dingin bagai mayat. Ketika tubuhnya hendak dibopong warga, ia tiba-tiba membuka mata dan tersentak melihat banyak wajah di hadapannya.

"Eh, udah sadar!" Seorang pria berseru lega.

"Syukurlah...." Temannya menyahut.

Alis tebal Langit bergerak hampir menyatu. Ia beranjak dari posisi telentang menjadi duduk. Matanya mengarah ke laut dan perahu kecil yang terombang-ambing di dekat dermaga. Lalu ia menengadah melihat orang-orang tadi.

"Saya gapapa," ucap Langit.

Pria baik hati itu menawarkan, "Kamu mau ke tempat saya dulu? Biar dibuatin sarapan sama istri saya."

Langit menolak dengan halus. "Nggak usah, Pak, makasih. Saya mau langsung pulang."

Kemudian Langit bangkit berdiri. Kepalanya sedikit pening, mungkin efek sehabis tiduran di atas pasir yang datar tanpa bantal. Apakah itu alasan logis?

Langit berpamitan, dia jalan menjauh dari posisi tadi sambil membersihkan butiran pasir yang menempel di lengannya. Langit juga meringis ketika ia menyentuh leher bagian kanan karena adanya luka di sana.

"Ngapain gue ke sini? Main perahu nggak jelas, ujung-ujungnya terdampar udah kayak apaan," gumam Langit.

Sambil menggaruk betisnya yang gatal akibat pasir-pasir itu, Langit menoleh ke kiri di mana ia lihat seseorang berdiri di sana sambil mengarahkan kamera ke arahnya.

"Mas, abis renang?" Orang itu bertanya.

Langit memincingkan mata, memperjelas indera penglihatannya ke arah orang tadi. Ketika dia menurunkan kamera dari depan wajah, saat itulah Langit langsung ingat orang itu.

"Lo yang waktu itu kan!" ceplos Langit.

Lelaki tadi bingung, ia mendekat ke Langit seraya mengamati wajah ganteng itu. Dia menatap Langit sambil mengingat sesuatu.

"Oh... lo yang ngambil kamera gue kan, Bro?" Lelaki itu berucap. "Gara-gara lo nih gue harus beli kamera baru!"

Seketika ekspresi Langit berubah menjadi linglung. "Kenapa gue ambil kamera lo?"

"Lah, malah nanya! Lo yang marah-marah ke gue, padahal gue cuma fotoin cewek itu. Sampe kamera gue lo ambil, ga tau lo kemanain tuh kamera." Lelaki tadi berbicara sampai bibirnya monyong-monyong alias sewot.

"Balikin dong! Tapi ga usah bawa-bawa jalur hukum. Gue males banget!" celoteh Si Lelaki.

Langit terdiam sejenak. Dengan heran ia bertanya, "Cewek mana?"

ALAÏA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang