50. Hey, Baby

241K 27.3K 38.8K
                                    

50

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

50. Hey, Baby

"Bye-bye anak pungut!" Langit melambai tangan.

Air laut sedang tenang ketika satu makhluk baru masuk ke sana. Alaia membiarkan Lila kembali ke lautan dengan keadaan yang jauh lebih baik dari sebelumnya. Ekornya tidak cacat, juga ia tak akan menjadi incaran untuk dibunuh oleh siren lain. Jika nanti Lila pengin balik ke daratan, itu tak akan menjadi masalah.

Alaia membuatnya aman.

Di samping Alaia, Langit berdiri seraya merangkul bahunya. Lelaki itu membawa Alaia untuk dipeluk, dan berkata bahwa istrinya ini merupakan sosok paling luar biasa yang pernah ia kenal. Rengkuhan Langit selalu memberi rasa nyaman pada Alaia, apalagi senyum tulusnya yang menghangatkan dada.

"Lila udah ikhlasin kamu buat aku. Dia nggak akan cari pasangan selain kaum siren." Alaia berujar.

Langit terkekeh pelan. "Lagian nggak mungkin dia ngelawan dewinya, kan?"

Kini gantian Alaia yang tertawa kecil. Dia memejamkan mata ketika Langit menyentuh rambutnya untuk dibelai dan diselipkan ke daun telinga. Kecupan Langit pada dahi Alaia berlangsung lama karena mereka selalu menikmati tiap detik saat bersama. Alaia mengeratkan tangannya yang melingkar memeluk Langit, seakan enggan melepas.

"Jangan kenceng-kenceng. Baby Skyia kejepit, tuh," celetuk Langit yang menimbulkan gelak tawa Alaia.

Kemudian Langit menunduk seraya memegang perut Alaia. Tangannya selalu gemetar kala mengelus permukaan kulit itu. Terkadang Langit masih tidak percaya sebentar lagi ia akan menjadi seorang ayah di usianya yang masih muda. Ia tidak sabar menunggu hari itu tiba.

Hari di mana anak pertamanya bersama Alaia lahir ke dunia.

"Dia pasti sekeren kamu." Langit berucap.

"Dan sebaik kamu," tambah Alaia.

Di atas dermaga yang menjadi tempat favorit mereka sejak dulu, Langit dan Alaia mengisi waktu untuk duduk-duduk sembari membahas dan melakukan banyak hal. Mereka bercerita tentang kehidupan saat keduanya belum bertemu. Cerita Langit lebih berwarna, tak seperti Alaia yang kesehariannya hanya dikurung Kai.

Bicara soal Kai ... apa kabar ya om-om itu?

"Kalo dulu aku nggak ditemuin sama Paman, pasti sekarang aku nggak kenal kamu." Alaia menatap Langit cukup lekat.

"Seneng nggak ketemu aku?" Pertanyaan itu mendapat anggukan antusias dari Alaia.

Senyum Langit kembali terukir. "Itu bukti setiap kesedihan pasti ada hikmahnya."

ALAÏA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang