59. Rest in Love

187K 22.9K 40.7K
                                    

Terima kasih atas bahagia yang pernah kauberi

Oups ! Cette image n'est pas conforme à nos directives de contenu. Afin de continuer la publication, veuillez la retirer ou télécharger une autre image.

Terima kasih atas bahagia yang pernah kauberi.

59. Rest in Love

Pekatnya langit membawa pengaruh pada kegelapan lautan. Badai telah berlalu, berganti dengan keheningan yang tak nyaman. Laut kembali tenang, sama halnya hujan sudah berhenti. Alaia berdiri di sana dan mengamati dua orang di hadapannya tanpa berbuat apa-apa. Simbol bulannya menghitam, begitupun telinga dan giginya kembali normal.

Langit masih terduduk di atas pasir bersama Lila dalam rengkuhannya. Cowok itu mencoba membangunkan Lila, namun tidak ada reaksi darinya. Mungkin Langit pernah membenci Lila karena selalu ingin merusak hubungannya dengan Alaia. Tetapi untuk kasus yang sekarang, rasanya tak pantas membiarkan Lila tergeletak tanpa diberi pertolongan.

Jantung Lila berhenti berdetak, dan perlahan darah di sekujur tubuhnya membeku.

Mata Lila masih terpejam rapat ketika bibirnya bergerak mengatakan sesuatu. Langit spontan menunduk untuk mendengar lebih jelas suaranya yang samar. Bulu roma Langit meremang serempak, juga ia panik menghadapi situasi seperti ini.

"Langit," panggil Lila, suaranya nyaris tidak ada. "Air ... gue ga bisa napas di sini."

Segera Langit mengangkat Lila dan membawanya menuju air. Alaia beranjak dari posisi, dia mengikuti langkah suaminya yang berjalan ke dekat dermaga. Kini Langit menapak di air hingga badannya terendam sebatas pinggang.

Lila sengaja Langit jatuhkan dari gendongannya supaya kelelep di laut, namun ternyata wujud Lila tak berubah menjadi siren. Dia tetap memiliki kaki meski badannya disergap air secara menyeluruh. Kalung Lila mengeluarkan cahaya merah yang seperti kehabisan daya karena cahayanya nyala-mati berulang kali.

Saat kalung itu benar-benar redup, Lila meringis seraya menekan dadanya.

"No!" Alaia panik melihat kalung Lila berubah hitam, padahal awalnya emas.

Dia berlari menghampiri dua orang itu lalu menarik Lila ke tepian agar bisa duduk di atas pasir, dan tetap digenangi air setinggi dada. Alaia berlutut di dekat Lila, ia menyentuh kedua tangannya dan merasakan jemari Lila kaku. Di samping Alaia ada Langit, dan tentu Alaia lebih fokus pada Lila.

Alaia baru menyadari bahwa bila kekuatannya tadi mengenai Langit, itu bisa membuat suaminya mati dalam sekejap. Alaia pikir hanya akan bikin manusia pingsan ... ternyata lebih dari itu. Alaia seakan lupa jati dirinya sebagai Goddess yang memiliki tingkat kekuatan di atas makhluk bumi lainnya.

"Stay." Alaia memohon, dia menggenggam erat tangan Lila.

Alaia berusaha menyalurkan energi-energi dari tubuhnya ke Lila, namun tak memberi pengaruh besar. Lila tetap meringis akibat sakit yang menyiksa di bagian dada. Perlahan tapi pasti, kulit Lila berganti gelap kebiruan. Bibirnya hitam seperti bola matanya. Air mata yang meleleh juga berwarna hitam.

ALAÏA Où les histoires vivent. Découvrez maintenant