21. Young Married

403K 41.2K 52.9K
                                    

haay, selamat datang kembali di radenmart 🌛
lagi ada obral nih beli 1 gratis 3 💁🏿‍♀️

sebelum baca chapter ini, aku minta bintangnya dulu yaa~

— THANK YOU & HAPPY READING —

— THANK YOU & HAPPY READING —

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

21. Young Married

Rambut Langit berantakan, ia baru saja terbangun dan langsung terbelalak melihat Alaia ada di sampingnya, masih tertidur pulas tanpa pakaian atas.

Jantung Langit tidak baik kondisinya. Seketika darah terasa naik semua ke muka Langit. Secepat itu dia mengubah posisi menjadi duduk dan menatap Alaia dalam diam.

Langit salah fokus karena Alaia sangat cantik ketika sedang terlelap. Pipinya pink, juga bibirnya yang kecil itu terlihat makin menggoda di mata Langit.

"Alaia," panggilnya.

Di detik berikutnya, pintu kamar Langit terketuk dan disusul suara lembut khas milik Bunda. "Langit, udah bangun belum, Sayang?"

Langit menelan salivanya dan rasa panik seketika menghampiri. Ia menjawab Bunda, "Baru bangun. Kenapa, Bun?"

"Kamu nggak liat Alaia, ya?" tanya Bunda.

Wajah Langit semakin panas. Bunda tidak tau bahwa Alaia ada di kamar ini sejak semalam. Langit yakin sekali, malam itu dia ketiduran dan lupa mengajak Alaia kembali ke kamarnya.

"Nggak liat, Bun," jawab Langit berbohong.

Ampun, Bunda. Ya Allah pagi-pagi udah boong, batin Langit meraung.

Di waktu yang sama saat Langit menjawab pertanyaan Bunda, Alaia bangun dan langsung meregangkan otot serta mengeluarkan suara eluhan. Langit terkejut dan spontan membekap Alaia agar suaranya tak didengar Bunda.

"Sst." Langit menyuruh anak itu diam.

Alaia yang baru bangun dan nyawanya belum terkumpul penuh, tentu terkejut karena tiba-tiba disuruh diam oleh Langit. Ia tidak tau salahnya di mana.

"Diem ya, ada Bunda di depan kamar lagi nyari kamu," ujar Langit bisik-bisik. "Kalo Bunda tau kamu di sini, nanti kita dihukum. Mau dihukum?"

Alaia menggeleng cepat.

"Kamu cepetan keluar kamar, sarapannya keburu dingin nanti. Kalo kamu liat Alaia, langsung ajak makan ya," tutur Bunda.

"Siap, Bunda!" Langit berseru.

Kemudian terdengar langkah Bunda menjauh dari kamar Langit. Setelah kondisi aman, Langit melepas bekapannya dari Alaia.

"Mau makan," celetuk Alaia.

Langit meraih piyama Alaia yang tergeletak di dekat kakinya. Ia juga mengambil kaus putihnya yang semalam dilepas lalu ditaruh sembarangan di kasur.

Alaia duduk, memakai piyama itu dan menutup seluruh kancingnya. Langit belum mengenakan kaus, malah diam mengamati Alaia.

ALAÏA Where stories live. Discover now