DUA PULUH DELAPAN

358 50 2
                                    

Riana memalingkan wajahnya melihat Ralex ketika ia bangun dari tidurnya. Gadis itu berusaha menahan tangisnya melihat keberadaan Pria itu. Melihat keadaan tunangannya, Ralex merasa sangat bersalah. ia merengkuh tubuh gadis mungil itu, berusaha menenangkan gadisnya.

Tapi Riana mendorong tubuh pria itu menjauh. Ia menatap nyalang pada Ralex. "Aku membencimu!"

"Aku tahu," balas Ralex.

Riana kembali menangis, gadis itu marah. "Kau pembohong, tukang selingkuh!"

"Honey apapun kau katakan itu sama sekali tidak benar." Ralex berusaha menyakinkan Riana.

"Bukti nyata sudah ada, kau mau menyangkalnya?"

"Semuanya adalah editan, mana mungkin aku berselingkuh dari gadis yang sangat kucintai," ucap Ralex.

"Cuih, gombalan mu sangat memuakkan," balas Riana.

Menghela nafas Ralex berusaha mengerti Riana. Ia tidak ingin membuat gadis itu semakin marah. "Aku tidak sedang menggombal honey."

Riana memalingkan wajahnya, "aku muak melihatmu," katanya.

"Sayang percayalah padaku semua bukti itu hanyalah editan." Ralex masih berusaha menyakinkan tunangannya.

"Editan katamu? Semuanya terlihat nyata. Kau dan dia bersetubuh," Riana emosi.

"Cukup honey! Aku sangat mencintaimu mana mungkin aku tega berselingkuh darimu."

"Jika kau mencintaiku mengapa kau berselingkuh dariku?"

Karena kesal Ralex berdiri dari pinggiran ranjang Riana. Ia menatap gadis itu datar, "kau lebih percaya semua editan itu daripada aku?"

Kepala Riana mendongak menatap pada Ralex, "buktikan jika itu memang editan. Jika kau tidak bisa membuktikannya, lebih baik kita batalkan pertunangan kita."

"TIDAK!" bentak Ralex. Pria itu mengepalkan tangannya dan menatap marah pada Riana.

Gadis yang ditatapnya menjadi gemetaran. Riana tidak percaya Ralex berani membentaknya. Pria itu sungguh keterlaluan.

"Kau tidak bisa memutuskan hubungan kita secara sepihak Riana," lanjut pria itu.

"Memangnya kenapa?" tanya Riana dengan berani. Ia tidak tahu kalau Ralex semakin marah.

"Kita tidak akan membatalkan hubungan kita sampai kita menikah," ujar Ralex.

"Memangnya kau siapa berani mengatur?" kali ini giliran Riana yang marah.

"Aku tunanganmu jika kau lupa!"

"Aku tidak peduli," bantah Riana.

"Tapi aku peduli," balas Ralex.

Riana semakin marah, "keluar dari kamarku!"

"Tidak sebelum kau memakan makananmu," ucap Ralex.

"Aku ingin kau keluar dari kamarku sekarang juga," kata Riana lagi.

"Honey makan makananmu. Setelah itu aku akan keluar dari sini," Ralex berusaha membujuk tunangannya.

"Aku akan memakannya jika kau keluar dari kamarku," usir Riana.

"Baiklah honey." Ralex menghela nafas dan keluar dari kamar Riana. Sebelum keluar, pria itu kembali berkata, "habiskan makananmu."

Sepeninggal Ralex, Riana menoleh pada nakas dimana makanannya berada. Tidak bisa dipungkiri Riana sangat lapar. Gadis itu meraih piringnya dan makan menggunakan sendok. Setelah satu suap makanannya masuk ke mulut, Riana dengan cepat menyuap makanannya lagi. Ia selapar itu setelah perbuatan tunangannya. Seharusnya ia tidak peduli pada pria itu tapi ia dengan bodohnya menangisi pria yang tega berselingkuh darinya.

Riana & RalexWhere stories live. Discover now