ENAM

494 99 0
                                    

Hari minggu pagi Riana lari pagi di komplek perumahan rumahnya. Ia berlari kecil menuju taman dekat rumahnya. Seperti minggu sebelumnya, di taman banyak orang. Jadi walaupun Riana sendiri, ia merasa tidak kesepian.

Sesudah berlari kecil mengitari taman, Riana duduk disalah satu bangku taman. Ia mengelap keningnya dengan handuk kecil yang dibawanya. Riana juga membeli sebotol air mineral untuk diminum. Matanya memandangi seluruh taman. Banyak orang yang berlalu lalang. Ada yang sudah selesai berolahraga kecil seperti dirinya, ada yang bersantai dan ada yang hanya memandang taman.

Semuanya masih sama seperti minggu-minggu sebelumnya. Walau membosankan tapi Riana cukup menikmatinya.

"Boleh aku duduk disini?"

Riana mengangguk tanpa menoleh. Kalau mau duduk ya duduk saja, ini kan bangku umum, batin Riana. Kenapa harus repot-repot bertanya kepadanya?

"Kau Riana kan?"

Riana menoleh kesamping nya. Dahinya mengerut merasa tidak mengenali pria yang duduk disampingnya.

"Iya," jawab Riana. Tentu saja orang mengenalnya, dia salah satu anak dari pemilik perusahaan terbesar di Indonesia, jadi setiap orang mengenal atau pernah melihatnya bukanlah hal yang tidak biasa.

"Ternyata kau orangnya cuek tidak seperti digambarkan oleh publik." Orang itu mengomentari Riana.

"Apa maksudmu?"

"Hanya memberi tahu kau orangnya tidak seperti yang digambarkan publik selama ini."

"Lalu apa masalahmu?" Tanya Riana kesal.

"Tidak ada. Aku cuma penasaran padamu dan ketika aku melihatmu di taman ini aku menghampirimu."

"Oh!"

"Oh?" pria itu tertawa, "ternyata kau memang cuek. Aku pernah beberapa kali melihatmu di taman dan kau benar-benar tidak peduli pada sekitarmu padahal banyak orang yang melihatmu. Apa cuma di kamera saja kau tampak baik?"

Jari jemari Riana terkepal. Ia tidak suka orang lain mencampuri urusannya terlalu dalam. Dasar orang-orang kurang kerjaan.

Riana melihat seperti apa pria yang mencampuri urusan pribadinya itu. Pria itu memang tampan, alis matanya tebal, hidungnya mancung dan bibirnya tebal kecoklatan.Tapi matanya berbinar jahil dan Riana tidak suka.

"Kenapa kau memandangku seperti itu? Apa kau terpesona padaku? Ya aku tahu aku memang tampan."

Percaya diri sekali kau, Riana ingin berkata seperti itu. Tapi ia tidak mau perkataannya menjadi masalah baginya.

"Bukankah semua pria itu tampan? Kalau tidak tampan bukan pria namanya."

Pria itu menyeringai, "oh secara tidak langsung kau memujiku, tapi aku ingin mengatakan ini kepadamu. Ada juga pria yang cantik."

Pria itu mengedipkan sebelah matanya pada Riana.

"Maksudmu banci?" tanya Riana.

Pria itu tertawa. Ternyata Riana gadis yang menyenangkan.

"Ya memang, pria setengah pria."

Riana mendesah, "lalu kau sebut apa mereka? Cantik?"

"Tidak juga," jawab pria itu cuek.

"Kau membuatku penasaran."

Pria itu kembali tertawa, "kau pernah menonton drama korea?"

Riana berpikir. Ia memang salah satu penggemar drama korea. Lalu apa yang salah? Otak Riana mencoba berpikir. Perlahan ia tahu kearah mana pembicaraan pria asing itu.

Riana & RalexTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang