SEBELAS

335 72 0
                                    

Riana memandang ketiga sahabatnya satu persatu. Saat ini mereka tengah berada di kafetaria merayakan ulang tahun Riana kecil-kecilan. Tidak bisa di bilang merayakan sebenarnya karena pada kenyataannya mereka tengah mencicipi hidangan yang ada. Riana menghela nafas, dia tidak selera mencicipi hidangan diatas meja.

Sarly yang merasa aneh dengan Riana menepuk pundak gadis itu, "apa ada masalah?"

Riana menggeleng, "tidak ada," katanya.

"Jika ada sesuatu yang menggangu pikiranmu, katakan saja padaku," kata Sarly.

Riana mengangguk karena dia memang tidak punya masalah serius yang harus diceritakan pada sahabatnya itu. Hanya saja Riana merasa kesal dengan keluarganya yang bahkan tidak mengucapkan selamat ulang tahun padanya.

Berbeda dengan Sarly yang merasa ada yang aneh pada Riana, Tiani dan Misya malah menarik-narik tangan Riana.

"Hey jangan menarik tanganku seperti itu," protes Riana yang tidak dihiraukan oleh kedua sahabatnya itu.

"Riana," kata Tiani.

Riana mendengus, "apa?"

"Bagaimana apa kau senang?" Tanya Tiani.

"Senang apanya?" Sewot Riana.

Misya menepuk keningnya lalu membisikkan sesuatu pada Tiani. Riana dan Sarly saling pandang tidak mengerti.

Tiani mengangguk lalu menatap Riana dengan pandangan menggoda yang tentu membuat Riana merasa aneh.

"Kenapa menatapku seperti itu?" Lagi-lagi nada suara Riana terdengar sewot.

"Ada sesuatu," ucap Tiani yang di angguki Misya. Mereka seolah kompak merahasiakan sesuatu membuat Riana kesal.

"Hey apa yang kalian rahasiakan?" Tanya Sarly penasaran.

"Tidak akan ku beri tahu," Misya menjulurkan lidahnya membuat Sarly berdecak.

"Oh jadi kalian mulai berani bermain sembunyi-sembunyian denganku ya?" Sarly memasang wajah menakutkan.

"Bukan begitu, hanya saja ini rahasia." Tiani mencoba menjelaskan tapi malah medapat pelototan dari Sarly.

"Rahasia?" Mata Sarly menyipit lalu mengangguk, "baiklah, baiklah." Sarly mengangguk.

Tiani dam Misya saling pandang, lalu Misya membisikkan sesuatu pada Tiani. Tiani mengangguk menatap Sarly dan Riana yang hanya diam mendengarkan. Tiba-tiba Tiani berdiri dan mengajak Riana menemaninya ke toilet. Riana hanya diam ketika Tiani menarik pergelangan tangannya menjauh dari meja mereka.

Sembari menunggu Tiani yang masuk ke bilik toilet, Riana merapikan rambutnya di depan cermin kamar mandi. Menghela nafas, Riana bersandar pada dinding. Ia menunggu Tiani yang tak kunjung keluar dari bilik toilet. Riana menatap tajam pintu bilik toilet. Awalnya tadi saat Tiani mengajaknya ke toilet, Riana mengira Tiani hanya merapikan diri. Siapa tahu gadis itu malah buang hajat. Akhirnya pintu bilik toilet terbuka, Tiani keluar dari sana dengan wajah lega dan belum menyadari tatapan dari Riana.

"Ah lega sekali," Tiani berucap keras, untung toilet sepi.

"Sudah puas?" Nada suara Riana terdengar mengejek. Membuat Tiani salah tingkah.

"Maaf, kau sudah menunggu sangat lama ya?" Tanya Tiani dengan wajah cengengesan. Riana berdecak lalu keluar dari toilet diikuti Tiani.

"Hei, hei, tunggu..." Riana mengabaikan panggilan Tiani dan mempercepat langkahnya. Dia sudah terlalu kesal dengan gadis itu.

Riana mengaduh saat merasakan benturan keras di wajahnya, ternyata dia menabrak orang lain. Riana sekilas melirik Tiani yang berjalan ke arahnya. Lalu meminta maaf pada orang yang ditabraknya tanpa melihat wajah orang itu.

Riana langsung duduk setelah sampai di meja tempat mereka berkumpul. Merasakan kehadiran Riana, Misya dan Sarly mengerutkan kening mereka.

"Apa ada masalah?" Tanya Sarly yang tidak dijawab Riana. Gadis itu sudah terlalu kesal.
🌺🌺🌺

Hari ini sungguh hari yang menyebalkan bagi Riana. Seharusnya hari ulang tahun adalah hari yang menggembirakan. Tapi malah menjadi hari yang menyebalkan. Tadi pagi Riana tidak mendapat ucapan selamat ulang tahun dari keluarganya, dan juga sahabatnya yang membuat kesal. Sampai dirumah juga tidak ada keluarganya, hanya ada pembantu dan satpam.

Riana berdecak sungguh hari yang menyebalkan. Entah kemana orang-orang rumah saat ini. Ketika Riana menelepon mereka satu persatu. Alasan mereka sibuk semua. Semuanya sibuk, tidak ada yang mempedulikannya. Tidak ada yang perhatian padanya. Mereka semua terlihat menyebalkan. Riana benci tidak ada yang memperhatikannya, Riana benci mereka semua sibuk tanpa mengucapkan selamat ulang tahun padanya. Bahkan tunangannya juga hilang tanpa jejak.

Riana merasakan kekesalannya memuncak, ia memilih membuat jus mangga ke dapur. Setelah itu baru pergi menonton Drakor kesukaannya. Riana bangkit dari rebahannya dan membuat jus mangga dicampur dengan es. Riana sudah membayangkan dinginnya jus mangga masuk ke mulutnya.

Riana mempersiapkan semuanya setelah sampai di dapur. Setelah jadi, ia mengambil cemilan lalu naik ke kamarnya nonton drakor.

Hampir satu jam lewat Riana menonton Drakor kesukaannya. Dan selama itu pula orang rumah belum juga pulang. Riana akhirnya memilih menutup laptopnya dan berbaring di ranjang.
🌺🌺🌺

Suara mesin mobil membuat Riana terbangun, gadis itu menatap sejenak jam dinding. Sudah pukul enam malam. Riana menghidupkan lampu kamarnya lalu mengintip pada jendela kamar, kira-kira siapa yang datang. Ia kira mungkin saja itu kakaknya atau mama papanya.

Kening Riana mengerut melihat seorang pria berjas hitam dengan paperbag di tangannya. Riana tidak bisa melihat wajah pria itu, tak lama suara bel terdengar. Riana berlari ke luar kamar menuruni tangga. Sekali lagi Riana mengintip dari jendela setelah sampai didepan pintu. Riana menatap tak percaya dan segera membuka pintu.

"Hallo kakak ipar cantik," sapa orang itu setelah Riana membuka pintu. Riana menatap bingung dan mempersilahkan tamunya duduk di kursi teras.

"Ada apa?" Tanya Riana langsung.

"Tidak asik sama sekali, kau bahkan tidak membalas sapaan ku," pria itu protes.

"Hallo Alex," sapa Riana membuat mata Alex berbinar.

"Terimakasih calon kakak ipar, aku mendoakanmu supaya kau segera menikah dengan kakakku." Kata Alex membuat Riana melotot pada pria itu. "Katakan amin calon kakak ipar."

Riana mendengus, "cepat katakan mau apa kau kemari?"

"Baiklah calon kakak ipar, ini ku bawakan sesuatu untukmu." Alex menyerahkan paperbag yang di pegangnya pada Riana.

Riana menerimanya, "kau yang membelinya?"

Alex mengangguk lalu menggeleng.

"Siapa yang membelinya untukku?" Tanya Riana greget ketika melihat respon Alex.

"Mana ku tahu."

"Apa kau bilang? Jika kau tidak tahu kenapa memberinya untukku?"

"Aku hanya sebagai pengantar calon kakak ipar, jangan marah padaku." Wajah Alex tampak memelas.

Riana mengibaskan tangannya mengusir Alex. Pria itu pergi dengan wajah cemberut juga mendumel. Riana memilih tak peduli lalau masuk ke dalam rumah setelah menutup pintu.

"Apa ini?" Gumam Riana ketika membuka paperbag dan menemukan dua kotak bermerek. Karena penasaran Riana membuka salah satunya.

Gaun malam yang indah dan berkilau keemasan. Sangat cocok dengan kulit indah Riana. Riana membuka kotak yang satunya lagi, lagi-lagi Riana terpaku dengan hells yang senada dengan kilau keemasan gaun malam itu.

Tangan Riana meraih pertinggal dalam kotak Hells.

Aku menunggumu di Hotel xxxx pukul  tujuh malam. Jangan sampai terlambat atau tidak kau akan mendapatkan akibatnya.

Riana & RalexTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang