TIGA PULUH ENAM

86 15 0
                                    

"Huh?" Ailen berkedip ketika ia melihat Nando keluar dari ruangan itu. Lelaki itu memang melecehkannya akan tetapi tidak jadi memperkosanya.

Bukannya Ailen ingin diperkosa, tetapi ia heran ketika Nando tiba-tiba menatapnya tidak berminat. Ailen sangat bersyukur ketika lelaki itu tidak jadi memperkosanya.

Sebelum keluar dari ruangan itu, Nando sempat berkata pada Ailen dengan nada yang muak. "Kalau bukan suruhan mereka, aku tidak sudi menyentuh gadis pembawa sial sepertimu."

Begitu ketika Ailen masih mencerna apa yang lelaki itu katakan. Nando sudah lebih dulu menghilang. Nando sempat membuka ikatan pada tangan Ailen. Gadis itu segera turun dari ranjang dan segera merapikan seragamnya.

Ia keluar dari ruangan itu dan mencari Vania di sekeliling Rak buku yang sudah lapuk. Seseorang menepuk pundaknya membuat Ailen terkejut. Lalu tersenyum ketika yang menepuknya adalah Vania.

"Terimakasih atas handphonemu."

"Sama-sama."

"Kau baik-baik saja?" tanya Vania khawatir ketika melihat Ailen yang tampak pucat.

"Aku baik-baik saja," balas Ailen.

Mereka pun keluar dari gudang dan berpisah di persimpangan koridor, karena arah kelas mereka yang berbeda. Ketika kembali ke kelas, teman-temannya sudah berada di bangku masing-masing, begitu juga dengan Riana yang berada di bangku mereka. Guru masih belum datang.

Riana heran dengan Ailen yang begitu pucat. Ia segera bertanya begitu Ailen sudah duduk, "kau baik-baik saja kan?"

Ailen tersenyum, ia mengangguk pada Riana yang menatapnya cemas. "Aku baik-baik saja Riana."

Riana mengangguk walaupun masih ingin bertanya. Kelas menjadi hening, teman-teman sekelas Ailen yang sering membully-nya tidak ada yang berani membully Ailen karena Riana berada disamping gadis itu.

Tiba-tiba seorang siswi berteriak kaget melihat layar handphonenya. Siswi itu menunjukkan layar handphonenya pada teman-temannya.

"Lihat apa yang aku temukan. Tidak hanya tak tahu malu, dia juga seorang pelacur." Kata siswi itu sembari menunjuk pada Ailen. Tentu saja apa yang ia katakan membuat teman-temannya berdatangan pada bangku gadis itu.

Ailen sendiri kaget, ia mendadak tidak bisa bernafas dengan benar. Riana yang melihat itu marah pada siswi yang berbicara tadi.

"Kau jangan menuduh sembarangan."

Siswi itu tertawa melihat kemarahan Riana, "kau selalu saja membela pecundang itu. Jika kau tidak percaya, kemari dan lihatlah apa yang akan kutunjukkan padamu ini."

Riana berdiri dengan amarah yang meluap-luap, ketika handphonenya bergetar. Riana merogoh kantung roknya, dan melihat nomor asing yang mengirimkan sebuah video. Ia memutar video itu dan betapa kagetnya ia melihat Ailen yang diikat di atas ranjang sembari seorang lelaki menjamah tubuhnya. Wajah murid lelaki itu di blur, tak dapat dikenali.

Tak hanya Riana, beberapa teman sekelasnya juga mendapati kiriman yang sama dari nomor asing. Seketika kelas heboh. Video itu hanya berdurasi 1 menit. Mereka semakin benci pada Ailen yang terlihat seperti pelacur.

"Ketika dia tidak ada di kelas tadi, ternyata dia asik melacur."

Ailen yang dikatakan seperti itu, menangis. Ia tidak tahan jika berada di kelas ini berlama-lama. Ia memilih membawa tasnya dan keluar dari kelas. Tatapan mata tajam teman-teman sekelasnya masih Ailen Rasakan.

Sedangkan Riana geram, ia berteriak pada teman-temannya. "Ini pelecahan. Kenapa kalian malah mengatakan Ailen pelacur? Kalian tidak bisa membedakan pelecahan dengan melacur hah?"

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 12, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Riana & RalexTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang