03 - Dibawa Pulang

428 90 5
                                    

Selamat membaca.
.
.

Prilly mengusap-usap kedua matanya pelan, bibir mungilnya menggerutu kesal sementara kedua kakinya berjalan pelan menuju pintu rumah. Bagaimana rasanya saat sedang asik tidur, ada yang mengetuk pintu dan parahnya jam menunjukan pukul 23.10 WIB?!

Prilly membuka pintu, melihat laki-laki yang baru saja ia temui tadi siang disebuah perusahaan. Iyap, siapa lagi kalau bukan Ali?!

Laki-laki tampan itu tengah berdiri sembari tersenyum didepan pintu dengan kedua tangan yang ia masukan kedalam saku celana bahannya. Rambutnya yang sedikit berantakan, jas yang sudah dilepas tanpa sadar membuat Prilly meneguk ludahnya. "Ganteng banget hiks!" batinnya menatap Ali tanpa berkedip.

Tidak ada cara lain, Ali benar-benar malas bertele-tele! Ini adalah cara yang ia maksud main ganteng. "Prill?"

"Prilly!"

"Aaa--- i-iya pak Ali?"

"Boleh saya masuk?"

Awalnya Prilly mengangguk tapi saat sadar keadaan diluar rumah sudah gelap, gadis itu segera menggeleng menjawab- "jangan!" cegahnya mendorong tubuh tegap Ali.

"Kenapa?"

"Bapak ga lihat ini udah malem?"

"Jangan memanggil saya bapak, karena saya bukan bapak kamu!" ujarnya kesal.

"Ga sadar diri," cibir Prilly pelan.

Ali mendengus dalam hati, mendekatkan diri dan memperhimpit jarak antara wajahnya dengan wajah Prilly --yang kepalanya sudah benar-benar menekan pintu. "Menikahlah dengan saya, atau saya akan masuk dan membiarkan warga melihat kita berdua dimalam hari."

"Hah?!"

"Cepat berfikir, sayang." Ali mengedipkan salah satu matanya, menjauhkan wajahnya lalu masuk dan duduk begitu saja.

Prilly dengan bodoh terdiam, masih tidak paham oleh perkataan Ali. "Melihat kita berdua? Dimalam hari? Memangnya kenapa?" tanyanya menghampiri Ali.

Ali mendengus lagi dalam hati, ketika Prilly mendekat laki-laki itupun menarik tubuh mungil Prilly dan membiarkan gadis itu terduduk kaku diatas pangkuannya.

"Menikah atau saya perkosa?" tanyanya membuat bulu kuduk Prilly merinding.

"Le-lepas!" Prilly berontak, bermaksud turun tapi pelukan Ali terasa erat dan cukup susah dilepaskan. Selain Ali mengunci pergerakannya, tenaga Prilly jelas tidak sebanding dengan laki-laki itu. "Lepas bapak Ali!" geramnya hampir saja menggigit lengan Ali, untung Ali cepat tahu dan menghindar.

"Tidak! Apa susahnya menjawab? Saya menyukai kamu!"

"Gila!!!" Prilly memekik nyaring.

Hingga tak berapa lama, 2 orang hansip menghampiri rumah Prilly. Mereka keheranan saat melihat sebuah mobil mewah terparkir didepan rumah yang biasa saja, apalagi saat melihat pintu rumah Prilly terbuka dan mendengar pekikan Prilly. Saat masuk, mereka membulatkan matanya melihat Prilly dengan laki-laki begitu intim dimalam hari.

"Astaga!"

Prilly tersentak, nyaris mengeluarkan matanya karena terkejut. "Lepas!"

Ali tetap diam, malah dengan begitu ringan laki-laki itu mencium bibir mungil Prilly sebentar.

"Saya pastikan ini akan sampai ke telinga RT!" hansip itu menyahut.

Prilly mencubit perut Ali, dan bergegas turun menghampiri kedua hansip itu. "Jangan, saya mohon!"

"Kalau begitu cepat pergi dari sini! Ini akan menjadi aib dikampung ini."

Prilly terdiam, menoleh pada Ali yang malah tersenyum ketika ditatap. Tampak sekali tidak ada penyesalan dimatanya.

"Tapi saya harus kemana?" Prilly menunduk sendu. "Ini rumah saya, rumah kakak saya!"

"Pulanglah kerumah KITA." sahut Ali menekan kalimat kita.

Ali berjalan mendekat, dalam sekejap mata Prilly sudah ada didalam gendongannya. Berjalan keluar dari rumah Prilly, menghampiri mobil mewahnya.

"Ishh! Enak aja! Rumah kita maksudnya apa hah?!"

"Gamau! Gue gamauuu!"

"Tolong!!!"

"Heh, ini gara-gara lo ya!"

"Untuk itu saya bertanggung jawab."

"Bacod, turunin gak?! Dasar brengsek!"

"Woi!"

"Budeg lo?!"

Tanpa menghiraukan semua itu, Ali mendudukan Prilly di dalam mobil. "Diam disini! Kamu tahu? Diluar sana banyak pria mabuk yang menunggumu!" mendengar itu Prilly bergidik ngeri.

"Buat apa mereka nunggu gue?!"

"Untuk dijadikan hidangan malam!"

"LO PIKIR GUE DAGING AYAM, HAH?!"

"KAKU LO KAYA KANEBO KERING! BERENDEM SONO."

Ali mengabaikan itu lalu menutup mobilnya, menghampiri 2 hansip yang sudah keluar dari rumah Prilly. Prilly fikir Ali minta maaf, namun Prilly salah!

Ali malah berterimakasih dan memberikan mereka uang dengan syarat tidak memberitahu kepada siapapun masalah tadi.

"Calon istri saya, dia keras kepala. Tidak mau ikut pulang." Ali berujar dengan raut wajah yang dingin. Keduanya sudah paham, walaupun Ali banyak berbicara tapi laki-laki yang mereka ketahui penerus Wirama adalah laki-laki yang dingin dan irit senyum. Tapi yang membuat mereka terkejut, Prilly adalah calon istrinya! Calon istri dari penerus Wirama! "Anggap sebagai bayaran karena sudah mau membuatnya pulang. Tolong jangan sampai ketelinga siapapun kalau kalian masih mau hidup damai."

Ali mengunci pintu rumah Prilly, berlalu pergi tanpa mengucapkan apapun kepada 2 hansip itu. Saat masuk kedalam mobil pandangan pertama yang ia lihat, wajah mengantuk milik gadis disampingnya.

Beberapa kali Prilly hampir terbentur dashboard, beberapa kali juga Prilly mencoba menajamkan matanya alih-alih agar tidak ketiduran.

"Tidur saja."

"Ga ngantuk!"

Ali terkekeh dalam hati, tidak mengantuk tapi sebentar-sebentar memejamkan matanya.

Hingga saat diperjalanan, Ali menoleh sedikit melihat gadis itu yang ternyata sudah tertidur pulas dengan dengkuran halusnya. Itukah yang dikatakan Ga ngantuk? Ali tersenyum kecil, gengsinya tinggi ternyata!

"Cantik, sayang sekali kakakmu jahat."

.
.
-Tbc

Sebuah DENDAM [Every Day]Where stories live. Discover now