10 - Hamil!

279 40 1
                                    

Aga-aga dewasa dikit.
Selamat Membaca.
.
.

Prilly berjalan pelan menghampiri suaminya yang tengah duduk menunggu diruang makan. Laki-laki itu nampak sedang fokus pada laptop hingga tidak menyadari kehadiran Prilly.

"Ali?" dan barulah laki-laki itu menoleh, tersenyum lalu mengulurkan tangannya kehadapan Prilly. Penghargaan! Ali berhasil berbuat manis kepada Prilly dalam waktu 1 bulan.

"Kenapa?"

"Kepala aku pusing."

Ali mengangguk, mendudukan Prilly diatas pahanya lalu mulai memijat pelan kepala Prilly. Prilly diam, menikmati perlakuan lembut suaminya.

"Masih?" Prilly tersenyum lalu menggeleng, berpindah duduk menjadi disamping Ali. "Makasih."

Ali mengangguk, menyingkirkan laptopnya dan membiarkan maid-maidnya menyiapkan makanannya.

"Sini, kamu mau pake apa lauknya?"

"Gausah, kamu duduk aja." Ali berdiri, mengambil alih sendok nasi dan mendudukan kembali Prilly. "Kamu bilang ga enak badan, pusing. Mending kamu duduk aja ya?" ujarnya sembari fokus menyiapkan makannya dan makanan Prilly.

Prilly terdiam, memilih fokus memandangi suami tampannya itu. Prilly benar-benar tidak menyangka, hubungan yang awalnya sebuah keterpaksaan menjadi sedamai ini. Selama sebulan tidak pernah ada pertengkaran, Ali selalu mengalah. Aneh memang, harusnya Prilly curiga tapi Prilly bahagia! Karena Ali selalu mengalah padanya.

"Ali?"

Ali menoleh, melihat istrinya yang hanya diam, mengaduk-aduk sarapannya. "Kenapa ga dimakan?"

"Aku gamau capcay, aku maunya mie."

"Ga, mie ga bagus buat kesehatan." Ali mengalihkan pandangan, memilih kembali fokus memakan makanannya.

Prilly menyimpan sendoknya, berdiri dan berniat melangkah pergi dari sana. "Aku kenyang!"

Ali yang melihat itu menghela nafas. Iya memang dulu Prilly tinggal sendirian. Mie instan jelas lebih mudah, enak, murah dan kenyang! Tapi sekarangkan bukan? Sudah ada makanan sehat kenapa harus mie?

Bruk!

Mata Ali membulat, ia berlari tergesah-gesah menghampiri Prilly yang tiba-tiba pingsan didepan tangga. Berutung belum naik! Lagian kenapa tidak naik lift?!

***

Ali terdiam, masih memikirkan perkataan dokter yang baru saja memeriksa istrinya. Bagaimana ia bersikap setelah ini? Setelah mengetahui bahwa istrinya tengah hamil!

Ali membuang nafas, setelahnya beranjak mendekati Prilly. Tangannya dengan lihai memijat kedua kaki Prilly. Sementara matanya sibuk menatap wajah Prilly yang begitu polos saat tertidur.

Merasa Prilly akan bangun, Ali mengubah mimik wajahnya menjadi bahagia. Bibirnya ia tarik keatas untuk tersenyum. "Kamu gapapa?"

Prilly menatap Ali lalu menggeleng alih-alih menjawab tidak apa-apa. Wanita itu mendudukan dirinya, menyandarkan punggungnya pada kepala ranjang.

"Dokter bilang kamu harus banyak istirahat, makan-makanan sehat dan ga boleh makan mie." nasehat Ali dengan berlaga-laga seperti dokter yang menasihati pasiennya.

Prilly hanya mengangguk kecil, tidak terlalu memikirkan kemauannya toh memang benar mie tidak sehat.

"Tapi gapapa kalau baby yang mau, kali ini aja." sambung Ali membuat Prilly seketika menatapnya dengan bingung. "Kamu hamil,"

"Ha-hamil?"

Ali mengangguk sembari tersenyum kecil, sementara Prilly diam. Ia ingin makan mie bukan karena ngidam, tapi moodnya memang akan kembali baik dengan mie. Tapi apa mungkin ngidam ya? Tidak! Usianya belum 1 bulan.

"Aku keluar bentar, kamu mau titip apa?"

Prilly mengalihkan pandangannya pada Ali, wanita itu menggeleng disertai senyuman kecil.

Ali mengangguk keluar dari kamar meninggalkan Prilly yang merenung. Kenapa Ali nampak biasa saja saat tahu Prilly hamil? Tidak ada pelukan atau kata-kata lain. Seketika dada Prilly berdenyut... "A-apa Ali ga suka aku hamil?" batinnya bertanya-tanya.

Mencoba mengabaikan itu dan memilih menutup kelopak matanya untuk tertidur karena Prilly memang kelelahan.

3 jam berlalu begitu saja, dan Ali belum kembali sama sekali. Apa sebentar yang dimaksud Ali itu setara dengan 3 jam? Kalau iya, tolong pukul Prilly! Untuk menyadarkan bahwa 30 menit ia mandi itu secepat kedipan mata Ali.

Prilly turun kelantai paling bawah, duduk disofa ruang tamu dengan gelisah. Beberapa kali melirik jam dinding dengan rasa khawatir.

***

Sementara disebuah kamar, laki-laki tampan tengah memaju mundurkan tubuhnya menghantam wanita yang ada dibawahnya. Wanita yang nampak sedang mendesah juga meliuk-liukan tubuhnya keenakan.

"Mendesahlah sialan!"

Wanita itu mendesah, menuruti kemauan laki-laki diatasnya karena tidak mau salah sedikitpun. Wanita itu tidak mau membuat laki-laki diatasnya marah dan berujung fatal nantinya.

"Ahhh dasar jalang!" desis laki-laki itu tajam.

"Babynya ketindih kamu."

.
.
-Tbc

Suruh di next smpe end, gas nih.

Sebuah DENDAM [Every Day]Where stories live. Discover now