07 - Ketawa Aja Dulu

558 79 11
                                    

Selamat membaca.
.
.

Prilly menatap dirinya sendiri pada pantulan cermin besar dihadapannya. Gaun putih yang tidak terlalu mewah melekat indah ditubuhnya. Laki-laki itu benar-benar menepati ucapannya.

Hari ini adalah hari pernikahan Ali dan Prilly. Prilly sebenarnya tidak mau, tapi Ali seolah-olah tuli untuk hanya sekedar mendengarkan penolakannya.

Acara digelar tidak mewah, Prilly juga tidak paham. Padahal Ali orang kaya, uangnya banyak tapi acara penting ini tidak diselenggarakan dengan mewah ataupun besar-besaran.

Tidak ada pikiran buruk sama sekali diotak cantiknya, yang ada hanya rasa gerogi berujung tidak mau memikirkan apapun. Ali bahkan tidak banyak mengundang tamu. Sepertinya benar-benar ditutup.

"Sayang, ayo mamah giring." suara Farida membuatnya menoleh.

Prilly menuruni tangga, melihat sekitar yang begitu sepi. Hanya ada Ali, Bima, Yoan, penghulu dan satu saksi yang entah Prilly tidak kenal. Tidak ada sanak sodara, pintu rumah tertutup rapat dan para pekerja berjajar untuk menyaksikan. Seketika Prilly terdiam---

"Pernikahaan macam apa ini?!"

***

Setelah acara akad tadi, Prilly dan Ali sama-sama terdiam kaku didalam 1 kamar. Tidak ada percakapan atau 1 patah katapun yang keluar dari mulut keduanya. Cangung? Sangat. Mereka belum kenal lebih dari sebulan, tapi sudah terikat pernikahan seperti ini.

Hingga tak berselang lama sebuah notifikasi diponsel Ali berbunyi memecahkan keheningan kamar.

Ting!

Ting!

Ting!

Fokus Ali seketika pada ponsel dan Prilly mengabaikan itu, ia memilih beranjak menuju walk in closet untuk mengganti pakaiannya. Tidak perduli Ali mau chatan bersama siapapun, karena sedikitpun belum ada rasa cemburu dihatinya--- gatau besok, tunggu aja:v.

Yoan

Li,

Kalau dia belom mau jangan dipaksain.

Tunggu tanggal mainnya aja!

Maksud lo?!

Skhkssjsjjs Dahlah 21+

Dasar kotor!

Ali mematikan ponselnya, menyimpan ponselnya dan memilih mengabaikan pesan dari si otak kotor Yoan.

Ali terdiam, menatap jendela kamarnya dengan resah. Entahlah, dendam ini benar atau tidak.

Drttt drttt drttt

Sebuah panggilan masuk membuat Ali mengeram dan mengangkatnya tanpa melihat nama dari sipemanggil.

"Cukup Yoan! Gue tau."

Baru mau menekan tombol matikan panggilan sebuah suara membuatnya terdiam. Suara lembut perempuan, bukan kasar milik Yoan!

"Kamu kenapa Ali? Kamu ngobrolin apa sama Yoan? Kok kayanya kamu kesel banget."

Ali menjauhkan ponselnya, melihat nama Olivia tertera disana. Dengan cepat laki-laki itu berlalu dari kamar, meninggalkan Prilly yang baru selesai dan mengerutkan dahinya bingung.

Prilly dibuat penasaran, saat melihat Ali sepertinya takut ketahuan. Bukan cemburu! Tapi Prilly kepooo.

Prang!

Sebuah DENDAM [Every Day]Where stories live. Discover now