00 - Awalan

996 96 14
                                    

Selamat Membaca.
.
.

Seorang gadis menghempaskan tubuh mungilnya begitu saja kearah sofa. Membuang nafas dan mulai memejamkan matanya. Rasa lelah menyerang bersamaan dengan rasa kantuk yang begitu tiba-tiba, padahal ia baru bangun.

Masih memejamkan matanya, ingatannya berputar pada kejadian tadi siang ditempat kerjanya.

Flashback on

"Prilly, lagi-lagi kamu membuat kesalahan!" laki-laki dengan perut buncitnya menatap gadis dihadapannya dengan marah.

Prilly, gadis mungil itu membuang muka dengan kasar. Lagi-lagi ia dipanggil keruangan manager cafe hanya karena kesalahan kecilnya. Bukan kesalahannya yang menjadi masalah, tapi orang yang melaporkannya. Kenapa orang itu begitu menjengkelkan?!

"Pak, suer tekewer-kewer! Tangan saya cuma terlalu cepat menyimpan karena ada pesanan lagi yang harus saya antarkan. Airnya juga ga tumpah, cuma muncrat dikit doang." jelasnya dengan mencoba menahan kekesalan.

"Prill, kamu kan tau dia itu pelanggan besar dicafe kita." manager menyahut dengan gelengan kepalanya. Prilly benar-benar gadis yang tidak bisa diberitahu.

Prilly menghela nafas kasar, dan berlalu dari sana tanpa memperdulikan manager yang terus memanggilnya.

Berhenti sebentar untuk berbalik dan menatap Managernya itu kesal, "saya keluar aja!" ucapnya begitu ringan. Karena baginya tidak susah untuk mencari pekerjaan. Apalagi ia sudah lulus S1--- tidak sehebat S2 tapi ya untuk kalangan waiters tidak susah.

Flashback off

Prilly begitu menyesali keputusan secara dadakannya itu. Memang tidak susah, tapi Prilly malas. Selama sebulan ia bekerja disana dan menurutnya tempat itu adalah tempat paling lama.

Entah kenapa, setiap Prilly bekerja ada saja orang-orang yang sepertinya ingin membuatnya jengkel, marah juga kesal. Seperti pelanggan besar cafe tadi itu.

"Besok cari kerja lagi!" gumamnya berambisi.

Dulu sebelum bekerja disana pun Prilly sempat bekerja disebuah restoran. Sama seperti itu, pelanggan yang katanya besar alias sudah langganan selalu ingin dilayani olehnya. Dan ketika dilayani mereka begitu menjengkelkan. Tiap pekerjaan pasti orangnya berbeda, jadi Prilly tidak bisa menyimpulkan bahwa itu semua memang disengaja!

Entah memang ada yang sengaja atau memang mereka menyebalkan! Prilly benci mereka!

***

Sementara disebuah mansion besar, laki-laki dengan perawakan sempurnanya itu menatap tajam pada sebuah dokumen yang baru saja ia terima--- bukan, bukan marah tapi memang sorot matanya yang menusuk dan tajam. Bibir merah menggodanya malah tersenyum, merasa puas dengan hasil kerja sahabatnya.

Mengangkat ponselnya tinggi, setara dengan posisi wajah lalu mendial nomor seseorang diponselnya.

"Besok pastikan semuanya berjalan baik! Jangan seperti yang sudah-sudah!" perintahnya dengan nada dingin yang begitu kentara. Tidak mau berbasa-basi dengan segera mematikan sambungan telpon dan meluruskan pandangannya.

"Dendam ini akan terbalaskan, baby girl. Aku akan membuatnya mencintaiku, lalu menjatuhkannya seperti pengkhianat itu melakukannya padamu."

Wajah tampannya menyeringai, jari lentiknya mengetuk-ngetuk meja seolah-olah tidak sabar menantikan misinya berjalan.

.
.
-Tbc

Btw cerita sebelah lama up karena lagi nyelesain cerita ini. Nah berhubung udh beres, dipub deh sambil nungguin om Alivan ditulis. Bagi-bagi waktu aja ya... Wkwk

40 part + awalan ini

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.


40 part + awalan ini. Hmmm

Sebuah DENDAM [Every Day]Where stories live. Discover now