04 - Ayah?

428 82 11
                                    

Selamat membaca.
.
.

Ali memarkirkan mobilnya didepan pintu mansion, membuka seatbeltnya lalu beralih menoleh pada gadis disampingnya. Menarik dagu gadis itu agar menatapnya dan ternyata gadis itu masih memejamkan matanya.

Apa saat tadi membunyikan klakson-pun Prilly tidak terusik sama sekali? Nyenyak sekali ternyata.

"Rasanya liat dia kaya liat seseorang versi dewasa." Ali membelai pelan pipi chubby Prilly, lembut dan begitu bersih. "Aih omong kosong apa yang sedang kau bicarakan Ali?!"

Ali berlalu keluar, membuka pintu mobil sebelah Prilly lalu menggendongnya masuk kedalam mansion.

Rumah besar nan mewah dengan warna putih dan hitam yang mendominasi. Rumah dengan 5 lantai ini didesain dengan begitu modern, beberapa barang terlihat masih baru dan bersih seperti jarang dipakai.

"Malam tuan,"

"Siapkan makan malam, saya lapar."

"Baik tuan,"

Ali menghela nafas, mengangguk kecil dan berjalan kearah lift untuk sampai menuju lantai 4. Hanya 5 lantai tapi luas, didepan rumah ada danau buatan yang memang sengaja papahnya buat. Sementara dibelakang rumah ada 2 kolam renang ---untuk dewasa dan anak-anak--- dengan taman kecil yang diisi oleh beberapa mainan anak-anak, dan gazebo disudut taman. Disamping kanan kolam renang berjajar 9 buah kamar yang dibagi menjadi 3 lantai-khusus maid-maid dan para pekerja dirumahnya-. Sementara disamping kirinya ada garasi dengan beberapa mobil mewah. Jika membuka pintu kayu diantara garasi dengan taman, akan terlihat 3 paviliun-untuk tamu yang mungkin membawa keluarga- mengelilingi lapangan kosong.

Dilantai 5 ada apalagi kalau bukan rooftop, sementara dilantai 4 ada kamar pribadi Ali, 3 kamar kosong dan ruang kerja pribadinya. Beralih lagi dilantai 3 ada sebuah ruangan yang didesain seperti bioskop, tempat gym, dan ruangan billiard kesukaan Ali. Dilantai 2 beberapa kamar yang bisa digunakan saat sanak-saudara berkunjung dan menginap ---kamar tamu--- sekiranya ada 6 kamar dengan kamar mandi dimasing-masing kamar. Dan terakhir dilantai bawah ada dapur, ruang keluarga, ruang tamu dan toilet untuk tamu.

FYI 'Lantai 4 khusus Ali beserta keluarga kecilnya.'

Lanjot...

Ali membuka pintu kamar, menutupnya lagi lalu membaringkan tubuh mungil Prilly. Karena kurang seimbang membuat tubuh laki-laki itu nyaris jatuh menimpa Prilly, untung kedua tangannya cepat menyangga.

"Hampir saja," gumamnya merasa lega.

Kelopak mata Prilly terbuka, "aaahhhhh!" lalu Prilly memekik, mendorong tubuh Ali hingga terjatuh dan gadis itu duduk spontan diatas ranjang. "Ngapain lo?!"

"Awsh! Kamu tahu ini sakit?!" Ali ikut memekik tanpa sadar, matanya mengkilap tajam dan seketika membuat Prilly terdiam. Apa Ali sebenarnya semenyeramkan itu?

"Ma-maaf," Prilly menunduk. Sebenarnya ia tidak suka dibentak-bentak apalagi disalahkan tapi didepan Ali, Prilly hanya mampu berujar maaf. Apalagi melihat kilatan mata Ali yang semakin tajam saat marah. "Kok gue takut?"

Melihat itu Ali terdiam, ia lupa jika harus berbuat manis pada Prilly agar gadis itu tertarik dan suka padanya.

Ali berdiri, duduk disebelah kanan Prilly diikuti helaan nafas kecilnya. Ali menggapai tangan Prilly, menariknya untuk ia genggam. "Maaf, ak-aku ga sengaja. Aku refleks karena sakit." ujarnya pelan.

Merasa tidak direspon, laki-laki itu membawa tubuh Prilly kedalam pelukannya. "Sial! Kenapa senyaman ini?!" batinnya mendengus kesal.

"Gapapa, gue yang harusnya minta maaf." Prilly buka suara, tapi tetap diam didalam pelukan Ali karena iapun merasa sangat nyaman.

"Tidurlah dan selamat malam. Aku menyayangimu!" Ali membaringkan tubuh Prilly seperti semula, menarik selimut sebatas dada Prilly dan membiarkan gadis itu terlelap.

***

Prilly terlelap nyaman dengan dengkuran halusnya, mungkin sudah lama tidak merasakan kasur empuk nan besar seperti ini.

Sementara Ali, memilih beranjak keluar dari kamar menuju ruangan kerjanya. Duduk diatas meja dan menggulung lengan kemejanya dengan tergesah-gesah.

Drtt drttt

Olivia calling

Ali menarik nafas, baru mau me-istirahatkan otaknya. Dengan terpaksa, ia mulai menerima dan membawa ponselnya kesamping telinga.

"Hallo?"

"Kamu kemana aja sih? Sehari ini aku telponin kamu sibuk terus."

"Aku memang sibuk,"

"Ya seengganya kabarin aku dong, aku nungguin tau! Btw bulan depan aku ada cuti pemotretan dan mau pulang ke Indo. Kamu bisa jemput aku?"

Ali terdiam beberapa saat. Apa mungkin rencananya akan selesai sampai bulan depan? Lagian kenapa dari 8 bulan yang lalu baru mau pulang bulan depan? Dan setelahnya kembali menghela nafas.

Kek orang bengek lu:v

"Ya,"

"Aaaaa i miss you! Oillen pasti seneng banget ketemu ayahnya!"

"Aku mau bicara dengan Illen,"

"Illen! Ayah telpon nih."

"Yah, yah!"

"Hallo baby."

"Yah, yah aow!"

"Aow?"

"Hallo Li."

"Oh, Aow ugha baby. Bobo gih?"

"Dah dah!"

"Yasudah, aku akan tidurkan Illen. Selama tidur sayang."

"Ya,"

Tut tut

Ali mengusap kasar wajahnya, entahlah pusing memikirkan bagaimana caranya berbicara kepada Ollivia tentang Prilly. Ollivia pasti akan marah, tahu dirinya membawa gadis lain kerumah pribadinya- ralat, kamar pribadinya!

"Pusing sekali! Dan sekarang aku harus cari orang yang siap menjadi orang tua pura-puraku."

.
.
-Tbc.

Ali bapac-bapac ternyata:v

Sebuah DENDAM [Every Day]Onde as histórias ganham vida. Descobre agora