23

100K 15.7K 1.8K
                                    

Tandai jika ada typo!!

••••••••

Happy Reading 💜💜💜

••••••••

Bukannya takut atau apa dengan perkataan Frederick, Elle malah memutar bola matanya malas, tatapannya tanpa sadar berubah menajam dengan raut datar yang membuat semua orang menahan nafasnya.
"Dasar, si pangkat paling tinggi." Desisan tajam bernada rendah yang masih bisa terdengar oleh orang-orang di dekatnya.

Menelan ludahnya kasar, Andreas seolah-olah melihat sisi asli Elleza selama menjadi panglima walaupun hanya beberapa detik.
"Pangeran, kau benar-benar tidak ingin ikut?" Tanya Andreas menatap putranya dengan intens, mencoba mengalihkan perhatian.

Frederick yang sempat terpaku akan tatapan Elle padanya langsung tersadar dan menatap sang ayah, dengan memasang wajah dinginnya dia mengangguk lalu pergi begitu saja dari sana.

Elle menatap kepergian Frederick dengan tatapan yang tidak bisa di artikan.

"Kau membuat semua orang takut, Nura." Bisikan lembut di telinga kanannya itu mampu membuat Elle tersadar dan mendongak menatap Arsen yang tengah tersenyum tipis padanya.

"Takut?" Beo Elle tak mengerti, dia menoleh menatap mereka satu-persatu yang memang terlihat ketakutan? Tapi kenapa?

"Yang mulia mas bro, nggak berangkat?" Tanya Elle mencairkan suasana. Dia bersikap seolah-olah tidak terjadi sesuatu yang membuat mereka waspada terhadapnya.

"Ya. Kami akan berangkat sekarang." Ucap Andreas yang diangguki oleh Kimberly.

Berbeda dengan Putri Eliana yang berdiri kaku dengan keringat dingin yang menetes di keningnya. Aura membunuh yang terekam jelas di otaknya membuat nyalinya langsung menciut, tatapan tajam bagai samurai tak kasat mata itu benar-benar membuat Eliana terbungkam.

"Heh! nyai ronggeng, Lo nggak ikut? Udah mau ditinggal noh!"

Tersentak sampai tangan sedikit bergetar, tanpa menatap Elle, Eliana langsung berjalan cepat menuju kereta kudanya.

Elle menatap kepergian mereka dengan tanpa ekspresi, bingung juga mau berekspresi seperti apa. Tapi mereka yang melihat itu malah salah mengartikannya, mereka semua langsung bubar melarikan diri masing-masing.

Arsen tersenyum melihat ekspresi kebingungan Elle yang terlihat menggemaskan.
"Kau lapar kan? Mau makan apa?" Pertanyaan sekaligus kecupan di pelipisnya membuat Elle menoleh sedikit mendongak.

Senyumnya langsung mengembang layaknya teratai,
"Mau nasi goreng." Ucapnya yang diangguki oleh Arsen.

Mereka memutuskan berjalan kaki untuk menuju markas militer yang kira-kira berjarak lima ratus meter dari gerbang istana.

•••••••••

Tangan lentiknya mengusap surai pirang keemasan miliknya, netra coklat terang itu menatap pantulan dirinya di cermin dengan bibir yang tersenyum tipis.

Tangan lentiknya mengusap surai pirang keemasan miliknya, netra coklat terang itu menatap pantulan dirinya di cermin dengan bibir yang tersenyum tipis

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
Nyonya Duchess [END]Where stories live. Discover now