56

84.4K 17.3K 1.4K
                                    

Happy Reading 💜💜💜

•••••••••

Matanya memanas tapi segera dia menggelengkan kepalanya. Untuk apa juga dia menangis hanya karena diabaikan oleh Arsen? Ingin menyusul ke kamar tapi Elle mengingat jika Amber memintanya untuk menunggu sampai Amber selesai membuat air jahe.

Kembali duduk dengan perasaan tidak karuan memikirkan bagaimana jika Arsen terus mendiaminya. Apakah dia akan baik-baik saja? Sungguh, dia lebih suka Arsen marah daripada diam seperti tadi. Sangat menyakitkan rasanya.

"Duchess,"

Elle menerima uluran gelas berisi air jahe buatan Amber.
"Terimakasih, ibu. Aku akan ke kamar kalau begitu. Ibu juga harus istirahat, jangan tidur terlalu larut." Elle mengusap tangan Amber dengan lembut lalu pergi dari sana.

Setetes air mata jatuh di pipi tirusnya, tapi segera Amber hapus. Senyumannya merekah melihat kepergian Elle.
"Kamu memang putri ibunda yang sangat baik, El. Maafkan ibunda selama ini dan terimakasih sudah tumbuh menjadi wanita yang luar biasa walaupun tanpa adanya dukungan keluarga."

Sedangkan di lain tempat, Elle meremas gelas yang ada di genggamannya. Dia berdiri gugup di depan pintu kamarnya yang tertutup rapat. Menggigit bibir bawahnya kuat-kuat untuk melampiaskan rasa gugup serta takut yang menyerang hatinya.
"Oke. Gapapa Nurul, bayangin aja ini ujian suami istri." Mengangguk mantap dan beberapa kali mengatur nafasnya agar lebih rileks.

Brak!!

"Waduh!" Elle menutup mulutnya begitu tak sadar jika kakinya menendang kuat pintu kamar hingga terbuka.

"Duh, gak rusak kan? Gak punya duit gue buat ganti rugi." Elle memperhatikan pintu itu dengan seksama, wajahnya begitu serius.

Setelah dirasa keadaan pintunya baik-baik saja. Elle melangkah menuju ranjang dimana Arsen berada. Pria itu sudah tidur dengan membelakangi dirinya.

Langkah kaki Elle memberat, hatinya terasa sangat sesak melihat itu. Selama menikah, ini adalah pertama kalinya Arsen tidur dengan membelakanginya. Dia sangat tidak suka melihat hal itu.

Mata Elle akhirnya memanas dan berkaca-kaca. Tidak menangis tapi hidungnya memerah tanda jika dia tengah menahan tangisnya.
"Kenapa tidurnya gitu..." Bibirnya bergetar menahan isakan.

"Mas Dukee," panggil Elle setelah meletakkan gelasnya di meja kecil samping ranjang.

Arsen tidak menjawab, dia justru menaikkan selimutnya yang semula hanya sepinggang hingga sebatas lengan.

Kedua sudut bibir Elle semakin tertarik ke bawah.
"Kok jahat..?" Lirihnya dengan menghapus air mata yang mengalir di pipinya.

Duduk di tepi ranjang dan menatap Arsen dengan berbinar. Melihat pundak kekar Arsen yang begitu indah membuatnya tanpa sadar bergeser mendekat. Elle meneguk ludahnya kasar begitu pikiran-pikiran berbau adegan dewasa memasuki otaknya.

Dug!

"Sadar Rul! Sadar!" Serunya pelan dengan memukul kepalanya.

Tapi, matanya lagi-lagi menatap Arsen yang membelakanginya. Punggung tegapnya sangat menggoda di mata Elle. Tangan ramping itu terulur mengusap samar baju tidur yang Arsen kenakan, tapi sedetik setelahnya ia langsung menarik tangannya kembali.

Nyonya Duchess [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang