44

93.9K 17.1K 4.8K
                                    

Happy Reading 💜💜💜

••••••••

"Pangeran Frederick." Sapa Diana begitu melihat seseorang yang familiar baginya.

Frederick menoleh, tubuhnya menegang begitu melihat seseorang yang selama ini ia anggap berarti dalam hidupnya.
"Putri Diana.." lirihnya.

Wanita itu berjalan dengan senyuman manis di bibirnya.
"Lama tidak bertemu pangeran. Anda semakin tampan saja." Kekehnya anggun.

Frederick terdiam dengan pikiran berkecamuk, mengapa debaran-debaran yang selalu muncul saat berdekatan dengan Diana itu menghilang? Mengapa dia menjadi biasa saja saat melihat Diana? Justru debaran itu muncul ketika dia berada di dekat seseorang yang sangat menyebalkan baginya. Apakah perasaannya itu sudah berpindah hati? Jika memang iya, mengapa harus pada seseorang yang tidak bisa dia miliki?

Kesadarannya kembali saat Diana mengayunkan tangan rampingnya di depan wajah Frederick.

"Ah, ya. Terimakasih, Putri Diana." Jawab Frederick dengan senyuman tipisnya.

"Aku sudah menyiapkan hadiah khusus dari ku untuk mu."

"Benarkah? Saya sangat menantikan hadiah menakjubkan itu dari Putri."

"Emm, sepertinya pangeran tidak begitu senang saat melihatku. Atau pengelihatan ku yang bermasalah?" Diana terlihat memasang wajah sendunya yang membuat Frederick sedikit merasa bersalah.

"Tidak, bukan seperti itu. Hanya saja saya sedang ada janji setelah ini, maaf tidak bisa berlama-lama. Mungkin kita bisa berbincang nanti, saya permisi."

Diana menatap kosong kepergian Frederick, mengapa dia merasa jika pria itu tengah menghindarinya? Padahal sebelumnya dia sudah sangat merasakan bagaimana rasa suka pria itu terhadapnya. Apakah Frederick menyadari jika yang dia suka adalah Arsen sehingga pria itu mencoba melupakannya dengan cara menghindar?

Senyuman tipis dengan sedikit prihatin dia tampakkan.
"Pangeran yang malang." Lirihnya kasihan.

••••••••••

"Wake up, honey!"

Elle hanya menggeliat pelan, bahkan saat tubuhnya diangkat pun dia masih memejamkan matanya dan malah melingkarkan kedua tangannya di leher Arsen.

Arsen dengan wajah bengisnya, dia membawa Elle untuk mencebur bersamanya ke dalam kolam dangkal yang tersedia di dalam kamar mandi untuk berendam.

Elle sontak langsung sadar dan gelagapan serta berteriak bahwa dirinya tenggelam.
"Tenggelam! Gue tenggelam!" Pekiknya panik dan semakin mengeratkan pelukannya di leher Arsen.

"Sudah bangun heh?" Sindir Arsen memasang wajah datar tanpa ekspresinya.

Elle berdecak, ia melepas pelukannya dan segera menjauh dari Arsen.
"Jail banget! Nggak kawan lagi kita!" Sungut Elle yang merasa sangat sebal karena keadaannya yang basah kuyup.

"Siapa yang memerintahkan mu untuk menjauh? Kemari."

Elle terkejut mendengar suara dingin nan tegas dan terkesan menuntut dari Arsen yang sudah pasti ditujukan untuknya. Entah mengapa ia menjadi sedikit takut sekarang, kepalanya seolah berat saat akan menatap Arsen yang memasang wajah dingin tanpa ekspresi.

Nyonya Duchess [END]Where stories live. Discover now