46

91.4K 18K 2.2K
                                    

Happy Reading 💜💜💜

•••••••••

"Tuan putri..." Bibirnya bergetar dengan air mata yang kian menderas.

"Hah?" Elle cengo. Dia bingung. Dia tidak tau apa-apa.

Nana mendekat dengan kaki yang melemas, tangannya bergetar ingin meraih Elle yang berdiri di depannya sekitar sepuluh langkah.

Elle tentu bingung, dia tidak mengenal wanita itu. Tetapi, respon tubuh ini begitu membuatnya terasa rapuh, hatinya tersayat melihat air mata yang turun melewati pipi pelayan itu. Matanya memanas siap menumpahkan air matanya. Tanpa Elle sadari, kakinya melangkah mendekati pelayan itu dengan begitu pelan dan ragu. Saat sudah benar-benar berhadapan, keduanya bertatapan dengan tatapan yang sangat sulit diartikan. Tatapan rindu yang terlihat menyakitkan begitu mendominasi keduanya.

"Nana..." Entah mengapa nama itu keluar dengan sendirinya dari bibirnya.

Tangis Nana pecah mendengar itu, dia langsung berhambur menubruk tubuh Elle dan memeluknya dengan begitu erat. Menyalurkan kerinduan yang selama bertahun-tahun lamanya dia pendam dengan begitu sakitnya. Penantiannya selama ini tidak sia-sia, keyakinannya yang menolak fakta kematian temannya itu akhirnya terbukti.

"Tuan putri..." Suaranya seakan menghilang, hatinya terasa begitu sakit. Dia menangis sampai sesegukan.

Elle hanya diam tidak membalas pelukan itu, air mata mengalir di kedua pipinya. Perasaannya campur aduk antara senang, sedih, lega dan kerinduan yang luar biasa itu menjalar di tubuhnya begitu Nana memeluknya.

Elleza, seenggaknya Lo harus kasih ingatan tentang orang-orang yang berarti dalam hidup Lo. - batin Elle dengan tangan yang mulai membalas pelukan Nana dengan perlahan. Menepuk punggung bergetar itu untuk menenangkannya.

"Udah besar masa nangis." Ejek Elle dengan pelan dan sumbang.

Tidak juga berhenti, Nana masih menangis dan bergumam 'tuan putri' berkali-kali.
"El..."

Elle tersenyum, entah mengapa dia menarik senyumnya mendengar panggilan itu.

Sialan lu Elleza, gue jadi bingung ini mau bersikap gimana. - batinnya dengan menahan kesal.

"Maaf, aku melupakan mu." Ucap Elle akhirnya. Berpura-pura lupa lebih baik daripada mengatakan jika dia tidak mengenalnya.

Nana melepaskan pelukannya, dia membolak-balikkan tubuh Elle seolah-olah mencari sesuatu. Mengabaikan perkataan Elle yang mengatakan jika wanita itu melupakannya.
"Ini. Apa yang terjadi dengan lengan Anda tuan putri?" Nana menggenggam tangan kiri Elle, menunjuk lengan Elle yang dililit oleh perban. Dia mendongak menatap Elle menuntut jawaban dengan sesegukan yang masih saja keluar di bibirnya.

Elle tersenyum tipis melihat tatapan khawatir dari wanita asing di depannya ini.
"Panah."

Jawaban Elle sontak membuat Nana melototkan matanya terkejut.
"Panah?! Bagaimana bisa? Siapa yang membuat anda sampai terluka seperti ini? Katakan pada ku!"

"Aku juga tidak tau, panahnya tiba-tiba saja sudah menancap di lenganku saat itu."

Lagi. Wanita itu kembali menangis membuat Elle bingung harus bagaimana selain diam dan terus menatapnya.

Nyonya Duchess [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang