02. rencana dimulai

414 8 0
                                    

"Whiter telah berubah banyak ya, Ibu."

Senyum licik redera menerka, memikirkan perubahan saudara tirinya yang begitu pesat hingga membuatnya tertarik untuk melihat sendiri perubahan itu. Hingga suara pintu terbuka dan suara sepatu yang sepertinya berlari.

"WHITER."

itu Ayah Whiter, wajahnya terlihat cemas dan saat melihat Redera dan istrinya duduk santai di ruang tamu dengan secangkir teh. "Istriku bagaimana keadaan Whiter."

Wajah si Ibu tiri langsung bingung, dan menjawab seadanya juga bertanya. "Dia di kamar suamiku, sedang tidur dan memangnya dia kenapa?"

Ayah Whiter langsung kesal dengan jawaban istrinya dan pergi ke kamar Whiter untuk melihat keadaan anaknya yang tadi menelpon dengan suara lemah. Dan dibalik itu semua, Redera sadar akan situasi sekarang, tersenyum karena pada akhirnya dia bisa menonton langsung perubahan Whiter saudara tirinya itu.

"Ternyata, sudah pintar bersandiwara juga yah."

Redera berdiri di depan pintu mengamati situasi, situasi dimana Ibunya yang sudah akting cemas dengan kondisi Whiter dan Ayah tirinya yang tidak kalah cemas memegangi kening Whiter memastikan apakah anaknya itu panas atau tidak.

Tapi ternyata, Whiter lebih pintar daripada itu. "Ayah, aku tidak demam tapi semua tubuhku rasanya lemas Ayah, lihat ini."

Whiter menyingkap pakaian lengan panjangnya dan dapat terlihat memar memar merah kebiru-biruan di lengan yang membuat Ayahnya panik bukan kepalang. "Oh tidak anakku, sakit sekali pasti."

"Iya Ayah," jawab Whiter dengan suara lemas dengan wajah yang melengkapinya. Padahal dibalik itu semua, Whiter sedang tertawa kegirangan.

Ayahnya Whiter melihat istrinya sinis. "apa saja sebenarnya perkerjaanmu selama dirumah? Makan, minum, dan tidur saja. Anakku tidak kau urus?"

"AKU MENIKAH DENGAN MU BUKAN UNTUK JADI BENALU DI HIDUP KU." Lanjut ayah whiter dengan nada tinggi.

Whiter benar benar puas, rasanya ingin tertawa lebar sekali sekarang tapi, dia masih memiliki rencana.

"Sudah Ayah, aku memang salah, aku tadi memakan makanan yang membuat aku alergi jadi memar begini."

"Tapi, Ayah."

Ayahnya Whiter berubah seketika, wajahnya begitu manis menatap anaknya, menunggu apa yang ingin diucapkannya.

"Boleh tidak aku punya dua pelayan yang sudah dewasa untuk berada di sisiku dan mereka bertugas melaporkan apapun yang terjadi kepadaku pada Ayah."

Ayahnya tanpa berfikir panjang langsung menyetujui sesuai perkiraan, dan sekarang Whiter tidak perlu lagi takut dengan si Ibu tiri ini karena sekarang ada dua pelayan yang akan menjaganya.

Jujur Whiter yang sekarang pun agak sedikit takut dengan si Ibu tiri karena kekuasaan yang ada dirumah jika tidak ada Ayahnya, sepenuhnya milik si Ibu tiri ini.

Dan rencana terakhir untuk hari ini. "Ayah, boleh aku minta sejumlah uang."

Tanpa pikir panjang, Ayahnya mengeluarkan ponsel dan mengirimkan uang kepada dua pelayan yang sudah Ayah Whiter pikirkan dari tadi untuk mempercayakan Whiter kepada mereka.

"Ayah sudah kirimkan kepada dua pelayan pengasuh mu, mulai besok, kamu bisa minta berapapun kepada mereka, mereka akan selalu memberikan uang tunai. Ayah tadinya ingin memberikan cek, tapi kamu akan repot untuk menukarkan uangnya nanti." Dapat terlihat wajah kesal yang tertahan oleh si Ibu tiri tapi tidak dengan Redera, dia seperti bangga akan sesuatu hal.

Dan setelah berbicara seperti itu, Ayah Whiter langsung pergi melewati istrinya tanpa menoleh sedikitpun tapi tetap tersenyum kepada Redera.

Antagonis vs AntagonisWhere stories live. Discover now