07. Rencana kedua; kegilaan yang sebenarnya

172 3 0
                                    

Pagi seperti biasanya. bangun tidur, mandi, sarapan, dan bergegas pergi ke sekolah, dengan mobil diantar supir. Aku biasanya akan turun duluan sambil celingukan agar tidak ada orang yang tahu aku dan Redera adalah saudara tiri. Baru saja aku menginjakkan kakiku dikelas, wajahku sudah dilempar penghapus papan tulis yang sangat hitam itu hingga membuat wajahku juga sedikit terkena dibuatnya. Bukannya minta maaf, setelah melemparkan itu, mereka malah tertawa terbahak-bahak. Aku berusaha sabar untuk tidak membuat masalah lagi karena rencana yang kubuat juga akan hancur. Akhirnya, aku memutuskan untuk mengelap wajahku dengan tanganku tapi seseorang mencegahnya.

"Tanganmu akan kotor, ini sapu tanganku," ucapannya begitu manis, aku hampir terlena sedikit dan ingin mengambil sapu tangan itu tapi langsung aku tolak dengan raut tak suka dan mengelap wajahku dengan tanganku.

Leonil ternyata masih berusaha keras walaupun dia kesal dengan tingkahku. Mengikutiku sampai aku duduk di mejaku dan sampai aku meletakkan tasku tapi dia melempar sembarang tasnya lalu menatapku. "Aku ingin bicara." Aku tentu saja tidak memperdulikannya dan menjawab malas tanpa menatapnya lagipula, siapa dia dan apa pentingnya untuk hidupku. "Bicara saja, tidak aku larang."

"Tidak disini." Leonil berusaha sekali menurunkan suaranya agar tidak membuat keributan dikelas. Dimana, kelas sudah bisik-bisik melihat kami hingga aku merasa perlu menegaskan sesuatu padanya dan mulai menatap matanya. "Aku membencimu yang sok jagoan untukku padahal hanya mencintaiku karena fisikku dan selalu bersikap seperti pahlawan hanya untuk mendapat pujian."

Aku rasa kata-kataku sudah mempengaruhinya, dia mengepalkan tangannya dan memberikan tatapan tajam padaku dan lalu duduk di bangkunya. Disaat itu juga para wanita berusaha menghiburnya dan mendekatinya.

Berterima kasihlah padaku, aku membuat kau mendapatkan perhatian yang selalu kau sukai.

***

Waktu berjalan begitu cepat, pelajaran berakhir dan waktunya untuk istirahat tapi, aku tiba-tiba kebelet buang air kecil. Setelah keluar dari kamar mandi aku sempat berpikir apa pintunya akan dikunci. Ternyata tidak, aku salah berpikir ternyata mereka sudah menunggu diluar lalu menyiramku dengan air bekas pel-an. Aku benar-benar ingin marah saat ini apalagi dengan wajah mengejek mereka yang menertawakanku benar-benar menyebalkan.

"Kenapa mau marah jalang, ini akibatnya kau menolak Leonil."

Aku berkerut bingung dengan ucapan bodoh itu. Jika aku menerima ajakan Leonil juga mereka akan tetap membully ku. Dasar alasan saja untuk menyiksaku.

"Dan Leonil tidak akan menolong mu lagi, dia juga menyuruh kami untuk memberikanmu pelajaran yang tidak akan kau lupakan." Sudah kuduga, Leonil benar-benar brengsek. Aku ingin pergi dari sini tapi, wanita yang mengataiku jalang tadi menarik rambutku dan menyuruh orang yang disebelahnya yang dia panggi nami untuk mengunci pintu sedangkan yang lain memegang kedua tanganku sementara wanita yang menarik rambutku tadi mencuci tangan karena jijik dengan rambutku yang basah karena air bekas cucian pel. setelah itu, memakai sarung tangan dan membuka tas kecil yang berisi make up. "Buat dia duduk, aku akan membuat dia seperti yang Leonil suka dan Redera pasti juga suka."

Selama wanita itu meriasku dengan asal dan sambil tertawa aku tidak meronta sedikitpun karena percuma tapi setelah sesuatu mengenai rencanaku terlintas dipikiranku. Aku jadi ingin lepas dari mereka dan pergi ke atap sekolah. Seolah semesta berpihak padaku, mereka mulai melonggarkan pegangan mereka pada kedua tanganku karena mereka pikir aku sudah menyerah juga mungkin. Dan saat itu juga aku langsung menendang dia yang ada di depanku dan membuat dia terjengkang. Saat aku sudah berhasil membuka pintu yang terkunci ingin pergi, Tanganku tiba-tiba dipegang tapi langsung aku ludahinya dan pergi. Mereka benar-benar terpancing mengikutiku padahal, make up diwajahku sudah membuatku malu apalagi orang-orang yang berpapasan denganku yang tertawa melihatku.

Aku lelah, benar-benar lelah berlari dan sekarang menaiki tangga untuk ke atap berusaha untuk tidak tertangkap oleh mereka sebelum aku sampai ke atap. Tapi, tidak sampai setengah tangga aku sudah ngos-ngosan dan ingin ber istirahat. setelah mencoba melihat kebelakang yang tadinya hanya 6 orang mengejarku kini ada 8 orang aku langsung bersemangat untuk naik ke atap karena pion Redera sudah lengkap untuk aku musnahkan.

Sekarang tinggal aku berpura-pura lelah dan duduk di ujung atap dan mereka juga terlihat lelah untuk sampai disini dan mendekatiku. "Kau... Aku ingin mempermalukanmu didepan kelas, ikuti aku!"

Aku berdiri dan menarik tangan perempuan yang memegangku lalu menempelkannya ketubuhku. Aku berteriak keras sampai semua orang dibawah melihat, dia terlihat bingung juga panik. hingga akhirnya, aku menjatuhkan diriku sendiri dengan tangan wanita itu yang terlihat sudah mendorongku. Tubuhku bagai melesat begitu cepat dengan angin yang menusuk tubuhku, seolah tubuhku merespon secara langsung membuatku merasa takut tiba-tiba juga mengejutkan bagaimana benturan keras dikepala yang membuat kepalaku nyeri hebat, pegal, juga sakit, dan darah keluar dari kepalaku bahkan Pendengaranku terasa mulai berkurang seakan orang sekitar yang mengerubungi ku hanya bunyi nyamuk lalu selanjutnya, pandanganku buram.

Antagonis vs AntagonisWhere stories live. Discover now