12. kilas balik (2)

167 3 2
                                    

Kematian ayahku disebabkan oleh ucapanku membuat aku sangat menyesal hingga aku tidak bisa menerima seseorang yang akan menggantikan ayah di sisiku. Aku sangat-sangat marah mengetahui hubungan dia dengan ibuku, aku tidak menerimanya pada awalnya, dia memberikanku hadiah mahal pun, kutolak tak pernah kupakai. Pada akhirnya, keputusanku bukan hal penting bagi ibuku. Ibuku tetap menikah dengannya.

Sebelum pernikahan berlangsung, ibu dan aku diundang kerumahnya yang sangat besar, aku sempat terperangah melihatnya. Kami disambut olehnya dan satu anak perempuan yang sangat cantik sepertinya seumuran denganku. Senyumnya sangat manis menyambutku juga ibuku. Aku sempat berpikir apa dia tidak merasa kesal jika ibunya digantikan oleh ibuku seperti yang kurasakan. Memikirkannya membuatku kesal hingga aku mudah marah pada hal sepele.

Kami berempat benar-benar seperti keluarga bahagia malam itu, tapi aku kacaukan. Karena amarahku. Salah satu pembantu dirumah ini tidak sengaja menumpahkan minuman di bajuku, aku marah sekali hingga menyiramnya juga dengan minuman dan membuat ibuku marah, katanya aku tidak sopan. Tapi ayah tiriku itu berhati baik sekali, dia memaklumi sikapku dan menyuruhku mengganti baju pakai baju anaknya. Lantas dia menyuruh anaknya untuk membantuku.

Dia banyak berbicara denganku, sampai memperkenalkan dirinya duluan padaku, jika dia Whiter. Dia sangat ramah padaku, terlihat sangat menyayangiku tanpa sadar hatiku mulai merasa menghangat dan ingin masuk kekeluarga ini karena Whiter. Ya karena Whiter juga aku menerima Ayahnya sebagai Ayahku.

Kami sudah masuk didalam kamarnya, berbeda sekali dengan kamarku. Yang dindingnya kotor, bantal juga gulingnya sudah kudel, bahkan bau apek.

Whiter menyuruhku duduk dulu di kasurnya yang empuk dan lebar, bisa tiga sampai lima orang dewasa meniduri kasurnya. Berbeda dengan kasurku yang cukup untuk porsi tubuhku bahkan kasurku tidak se empuk ini, kasurku begitu keras terkadang aku bisa pegal-pegal saat bangun tidur. Whiter menyuruhku duduk tadi untuk mengambil baju yang kulihat dia sepertinya memilihkan yang paling bagus untukku. gaun itu sangat indah, warna putih dengan sedikit warna coklat menghiasi gaunnya, Whiter memberikannya padaku untuk kupakai. Aku menerimanya dan masuk ke kamar mandinya, aku sungguh dibuat terkejut lagi, kamar mandinya juga begitu luas dan panjang. Saat kau berjalan, akan ada kaca panjang yang lebar juga bermacam-macam sabun cuci muka, krim, dan segala macam tentang kecantikan tertata rapi juga disampingnya terdapat tempat untuk mencuci tangan. Dirumahku memang tidak ada tapi aku tau namanya saat melihat bentuknya, pasti ini wastafel namanya. Dan di ujungnya dapat terlihat bak mandi dari sini, sehingga aku penasaran berjalan menuju kesana dan wow, aku terkejut. Ada tv berukuran kecil juga disini, dan ada kamar mandi kaca berbentuk kotak disampingnya, kacanya tembus pandang hingga membuatku dapat melihat dari sini jika ada semacam tangkai yang tergantung aku sering melihatnya didrama jika dipencet pada suatu tombol itu akan mengeluarkan air dan didalamnya juga terdapat tempat pup aku tidak tau menyebutnya apa.

Setelah selesai melihat seisi kamar mandi Whiter dan mengganti baju aku keluar dan mataku langsung melihat Whiter yang sedang duduk juga menatapku terpanah. saat itu, aku sungguh yakin dengan ucapan Whiter, katanya aku sangat cantik juga memesona dengan gaun itu. Aku mengucapkan terimakasih dan ingin mengajaknya untuk kembali ke meja makan tapi sebelum mengucapkan itu dia membuka laci mejanya dan mengambil permen warna kuning lalu memberikannya padaku dan tersenyum menatapku. "Permen menenangkan penangkal amarah."




***




["Bukankah kau keterlaluan berbicara dengan Redera."]

Ucap Whiter langsung tanpa basa-basi saat melihat wanita yang selama ini mengambil alih tubuhnya berada didepannya.

"Sudah lama tidak terlihat, bahkan menyapaku dulu tidak," ucapannya sambil terkekeh sinis.

["Entahlah aku rasa kau sudah terlalu kelewatan, aku menyetujui rencanamu karena kurasa Redera juga sudah terlalu jauh berjalan mungkin karena memang teman-teman toxic disampingnya tapi...

Tapi tidak kusangka kau ingin membuat Redera menderita bahkan kata-kata mu dengannya sangat jahat."]

"Aku tidak perduli, yang memiliki tubuhmu sekarang juga aku," jawabannya terkesan tidak perduli.

["Jangan terlalu berlebihan dengan Redera kumohon."]

"Dan jangan pernah datang lagi dialam bawah sadarku, kumohon."

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Sep 26, 2022 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Antagonis vs AntagonisWhere stories live. Discover now