Chapter 2 | Going to Hospital

44 21 0
                                    

Hi kawand, hari ini aku mau upload 2 chapter. Wehehehe, Asik nggak nih 2 chapter sambil rebahan? Pokoknya cuz digulir layar hp-nya ngokhey. Janji ketagihan? wkwk :D

***

15 February at 00:06 AM, Ride to Hospital

Di dalam mobil, Luffy mencengkeram erat setir mobil. Telunjuknya mengetuk-ngetuk setir seraya menunggu lampu merah bersilih menjadi hijau. Atmosfer kecanggungan memenuhi sesak seisi mobil. Iris matanya berada di ujung mata mengerling ke arah gadis yang namanya masih belum diketahui.

Otaknya berpikir keras untuk mencari topik perbincangan agar kecanggungan bisa menyusut. Tahu sendiri Luffy merupakan seorang introvert sejati yang hanya berbicara seperlunya dan seadanya. Mencari topik pembicaraan bukan keahliannya kecuali jika bertemu orang se-frekuensi dan satu chemistry dengannya. Nanti bisa rasakan kegilaan serta humor recehannya.

"Ngomong-ngomong, siapa namamu?" tanya Luffy.

"Shean. Sheanne Lawson."

Akhirnya Luffy mendapatkan nama gadis itu. "Namaku Luther. Luther Giordon." Suasana menjadi senyap.

Luffy melirik kembali kearah Shean. Untuk kali ini, matanya tertuju pada kaki dan lengan Shean. Walau kini sudah tertutupi gaun, tapi sekelebat ingatan atas luka-luka di tubuh gadis itu masih membekas nyata. Di dalam benaknya ada banyak pertanyaan yang ingin ia ajukan kepada gadis itu. Bagaimana Shean mendapatkan semua luka itu? Sejak kapan luka itu ada? Apakah sudah diobati sebelumnya? Kenapa tubuhnya begitu kurus? Dari semua pertanyaan itu, dia ragu untuk mengutarakannya karena ditakutkan akan menyinggung Shean.

Akhirnya dia memilih sebuah pertanyaan yang lebih layak untuk ditanyakan. "Apa kau terganggu jika kuyalakan musik?" di dalam hati kecilnya memaki diri sendiri, 'bodohnya aku.'

Melihat Shean menggeleng, sesegera mungkin Luffy menyalakan music player dan memilih beberapa lagu dari flashdisk yang terpasang pada port USB. Bermacam lagu diputar dan keseluruhannya bertemakan percintaan dan penghianatan. Dengan menahan rasa malu, Luffy mematikan music player tersebut. "Musiknya kurang enak."

Shean hanya terdiam. Sedangkan di dalam batinnya berteriak, 'kumohon, rumah sakit segeralah sampai.'

***

00:16 AM, Hospital

Di depan meja resepsionis, Luffy mendaftarkan dirinya dengan mengisi formulir. Ia menyodorkan ballpoint kepada Shean. Tetapi gadis itu tidak segera menerima ballpoint darinya. Luffy menyodorkannya lagi. Kini lebih dekat, "ambil dan tulislah di kertas formulir itu."

Shean meminta Luffy untuk mendekatkan telinga padanya dan membisikkan sesuatu, "maaf, aku kurang mahir menulis dan membaca."

Luffy sedikit tidak percaya jika Shean ternyata buta aksara. Ia memutar otak untuk menemukan ide lain. "Berikan kami sedikit waktu, Miss." Pria itu melangkah terburu menuju ruang tunggu seraya membawa formulir miliknya dan Shean. Ia juga meminta Shean untuk duduk di samping.

"Nama?"

"Sheanne Lawson"

"Spell it, please."

"S-H-E-A-N-N-E, spasi L-A-W-S-O-N".

Luffy menulis seperti yang dieja Shean, "umur?"

"20 tahun."

Seketika Luffy menaruh ketidak pecayaan kedua kalinya pada Shean. Sempat terbesit di benaknya Shean terlihat lebih tua dari umur sesungguhnya. Luffy menampik kejanggalan itu dan memilih segera menuntaskan pengisian formulir. "Alamat rumah?"

"..."

Ia kembali menatap Shean karena tidak segera menjawab pertanyaannya. Saat ditanya alasan, Shean menjawab, "jika aku memberitahu alamat rumahku, aku akan dimarahi oleh seseorang." Luffy cukup kesal karena alibi tak rasional dari gadis di sampingnya. Untung saja, sisi kemanusiaan menahannya untuk tidak marah dan tetap bersabar membantu gadis tersebut dengan mengisi asal formulir tersebut dan menyerahkannya pada resepsionis.

***

Luffy mengeluhkan pada dokter jika tangannya seperti remuk. Saat dokter itu mengeceknya, dia hanya diberi penawar berupa antibiotik dan pereda nyeri. Dia hanya sakit akibat sedikit lebam di lengan. Berikutnya pemeriksaan beralih ke Shean. Saat dokter mengecek keadaan gadis itu, dokter langsung menyuruh untuk melinting lengan gaun dan juga menyingkap setengah gaun.

"Malnutrisi, luka memar, luka koreng dan bernanah, suhu badan rendah, dan anemia. Apakah anda mendapatkan kekerasan dari seseorang?" tanya dokter seraya meletakkan stetoskop di atas meja.

Shean mengangguk pelan.

Seisi ruangan terdiam. Luffy hanya menatap Shean tanpa berkomentar sepatah kata pun. Ternyata praduga yang terbesit merupakan sebuah fakta. Shean memang mendapat kekerasan dari seseorang. Seseorang yang sudah jelas berkaitan dengan yang melarang Shean memberi tahu alamat saat mengisi formulir.

"Oleh siapa anda mendapatkan kekerasan ini?" tanya dokter itu.

Beberapa detik, Shean hanya terdiam. Detak jantungnya berdegup cepat. Keringat dingin dari kedua tangannya membuat semua ujung jarinya terasa membeku. Diperparah lagi suhu ruangan ber-AC sekitar 24° yang membuat seluruh tubuhnya merinding, "sa-saya mendapatkan perlakuan ini dari, pacar saya."

Lagi-lagi keheningan mendominasi. Seketika dokter itu menargetkan pandangan pada Luffy seakan menaruh kecurigaan. Menyadari hal tersebut, Luffy lekas menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi untuk menghindari kesalah-pahaman. Menjelaskan runtun mulai bagaimana pertemuannya pertama kali dengan Shean secara tiba-tiba yang hampir bunuh diri hingga mereka menghadap dokter.

Dokter itu mengisyaratkan luka Luffy yang dapatkannya, "ada nenek tua memarahi kami berdua di tengah diskusi karena kami terlalu berisik. Benar, kan? Tadi kau lihat sendiri nenek itu memukuliku dengan rotan?" Luffy memberi isyarat kedipan mata pada Shean dengan maksud untuk menyetujui ucapannya. Shean yang peka langsung mengangguk setuju.

"Hah, saya tidak peduli masalah yang terjadi diantara kalian berdua. Tapi, dia mengalami masalah cukup serius. Saya menganjurkannya untuk opname sekiranya 3-4 hari di sini. Apakah anda tahu kontak orang tua anda, nona Shean?"

Shean menggelengkan kepalanya. Dokter melirik kepada Luffy barangkali pria di hadapannya tahu sesuatu. Luffy hanya mengangkat bahu. Kemudian dokter tersebut bertanya meminta kontak saudara Shean, dan lagi-lagi gadis itu hanya menggelengkan kepala. Sekalinya ditanya mengenai pacar, Shean semakin menundukkan wajah.

"Dok, jika semisal dia dipulangkan dan tidak diopname, apakah akan berpengaruh ke depannya?" tanya Luffy.

"Tanpa observasi, saya tidak yakin untuk menjawabnya. Tapi ada dua kemungkinan yang pasti. Pertama, jika diopname, dia berada di bawah pengawasan tenaga medis. Kedua, jika dipulangkan, jelas tidak ada penanganan medis yang memadai. Apabila bersikeras memilih untuk tidak opname, saya akan memberikan beberapa obat dan saran penanganan yang tepat," jelas dokter.

Luffy menawarkan pada Shean untuk opname atau pulang. Jelas gadis itu memilih untuk pulang karena Shean tidak memiliki ongkos untuk menebus biaya opname dan ada alasan sendiri yang tidak dapat dijelaskannya secara jamblang. Mendengar keputusan Shean, dokter memberikan resep obat untuk diambil di apotek dan beberapa saran perawatan medis kepada Luffy untuk penanganan Shean.

***

_____

Wah, sudah dipenghujung chapter 2!

Gimana nih kawand kasian banget Shean sampe dapet luka-luka banyak kek gitu dari 'pacar'nya. Wah Kenapa bisa gini, ya? Seberapa mengerikannya sih pacar Shean ini sampai dia nggak mau ngasih tahu alamat? 

Siapa yang penasaran? Lanjot scroll ygy? :v

Boleh ninggalik jejak kalian dgn slap vote dan di kolom komen <3

_____

Beautiful Flowers: Always Got Picked UpOpowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz