Chapter 12 | The Dangerous Reasons

7 2 0
                                    

Seneng nggak upload 2 chapter? Demi kawandku semua dan pembaca setiaku, trabas aja lah kesibukanku buat nyenengin kalian <3

cukup bayar komen dan vote aja, kok <3 enjoy and happy reading guys!

_____

19 February at 13:20 PM, Hospital

Di dalam ruangan, mereka berdua hanya terdiam satu sama lain. Atmosfer yang tercipta diantaranya adalah kecanggungan sangat luar biasa hingga membuat keduanya tak mampu berkutik. Antara Luffy masih kalap atas apa yang sebenarnya terjadi atau Shean masih merasakan malu.

Karena tak kuasa dengan keheningan, Luffy mencoba membuka percakapan. "Kenapa kau—"

"Apakah anda—"

Tak sengaja, keduanya membuka suara bersamaan. Seketika mereka langsung terdiam di satu waktu yang bersamaan juga. Ada keheningan hingga beberapa detik lamanya sampai Shean membuka percakapan terlebih dahulu.

"Anda dulu yang berbicara," Shean memberi kesempatan Luffy berbicara.

Luffy mencoba membenahi posisi duduk dan berusaha terus terang terhadap apa yang sudah terjadi barusan, "kenapa petugas keamanan dan para perawat mengejarmu?"

Shean langsung membuang muka ketika mendengar pertanyaan barusan. "Pertanyaan yang tidak memerlukan jawaban," singkatnya tanpa menjatuhkan netra kepada lelaki tersebut.

Mereka terdiam kembali sepersekian detik dan keduanya juga bersamaan membuka suara lagi, "Kenapa kau−"

"Anda bukannya— Eh, anda dulu saja." Shean mengusap-usap lengan kanannya.

"Tadi aku sudah. Giliranmu," Luffy mempersilahkan Shean.

Shean menunjuk sesuatu yang ada di atas nakas sebelah ranjangnya, "buket bunga itu, apakah dari anda?"

Luffy menoleh pada objek yang dimaksud dan hanya menjawab dengan anggukan. "Baiklah, giliranku bertanya, kenapa kau seperti berusaha kabur?"

Shean menepuk jidatnya pelan. "Apa bedanya dengan pertanyaan pertama dengan pertanyaan barusan. Saya mohon untuk tidak bertanya mengenai hal tadi. Saya benar-benar malu untuk menjawabnya."

"Baiklah. Akan kuganti. Kenapa kau berlari mengejarku?"

"Saya mengejar anda sebab saya ingin berterima kasih telah memberikan buket bunga yang indah ini. Terima kasih, Tuan," Shean menundukkan kepala.

"Tuan? Bukankah kita sudah berkenalan sebelumnya? Sepertinya kau lupa. Wajar, dipertemuan sebelumnya memang singkat. Luther, ingat nama itu." Luffy mengulurkan tangan untuk berjabat.

Shean membalas jabatan tangan Luffy. Gadis tersebut merasa lega karena sudah mengetahui nama pria yang membantunya sekaligus pria yang memberinya buket bunga tersebut. 'Luther, aku akan mengingatnya. Terus, sampai kapanpun,' Shean tersenyum.

Baru juga mereka berdua ngobrol, perhatiannya terdistraksi pada notifikasi gawai. Luffy mengeceknya. Ternyata ada beberapa pesan masuk dari Don. 'Sial, kenapa mendadak begini semenjak aku mengundurkan diri,' Luffy berdecak kesal pada gawainya. Terpaksa ia harus beranjak untuk memenuhi panggilan tugasnya.

"Sepertinya ini pertemuan terakhir. Kuharap setelah kau keluar dari rumah sakit, kau bisa menjalani kehidupanmu seperti biasa. Untuk tagihan rumah sakit jangan kau hiraukan. Aku sudah meng-cover-nya. Selamat tinggal dan lekas sembuh."

Shean menarik lengan turtleneck Luffy. "Sesingkat ini?"

"Apa?"

Shean menundukkan kepalanya. "Sesingkat ini pertemuan kali ini? Dan anda bilang jika ini pertemuan akhir?"

Beautiful Flowers: Always Got Picked UpWhere stories live. Discover now