Chapter 10 | Resign as Hitman

40 14 3
                                    

Hi, kawand. Mau ngasih pengumuman dikit aja. Cerita ini akan ganti waktu publish. Yang dulu hampir tiap hari, trs ganti jadi 2 hari sekali, mungkin jadi seminggu beberapa kali tergantung kesibukan :')

Tapi tenang, tetap up kok🔥 Pokok pantengi terus ya jgn lupa slap vote dan komen🥺❤ TYSM
_____

15 February at 20:45 PM, Luffy's House

Luffy masih menekuri pada gawainya dengan posisi duduk di tepi kasur. Jemarinya berulang kali menulis sebuah nama dan menghapusnya. Seperti dilema dengan sebuah keputusan cukup krusial. Karena didesak kejenuhan, ia mencoba meletakkan gawainya di atas nakas dan meraih bingkai foto tepat di samping gawainya di letakkan.

Kini tubuhnya beringsut merebahkan setengah badan di atas kasur. Dipandanginya lekat-lekat setiap objek yang tergambar pada bingkai foto itu. Perlahan mengusap pada wajah perangai seorang wanita di foto tersebut. Foto pernikahan dengan istrinya. Raut wajahnya menjadi sedu. Direngkuhnya bingkai foto itu dalam-dalam. Kedua matanya terasa panas dan dadanya sesak setiap kali mengingat momen-momen bersama istrinya.

"Apakah aku sepenuhnya sudah gagal, Sayang? Aku benar-benar tak tahu apa yang harus kulakukan. Semakin lama aku terikat dengan organisasi itu, semakin besar rasa bersalahku padamu," suaranya terdengar parau.

Matanya kembali memandang bingkai foto itu. "Bagaimana aku membayar kesalahanku padamu? Jawab aku. Setidaknya kau bisa muncul dalam mimpiku atau kau berbisik dekat telingaku atau menampakkan dirimu sekali saja. Kau dengar aku?"

Bingkai foto itu diletakkan menjauh darinya. Lengan kemejanya digunakan untuk menyeka air mata yang tiba-tiba mengalir, "bodoh, aku berbicara sendiri."

Luffy mengembalikan bingkai foto tersebut kembali pada tempatnya dan meraih gawainya lagi. Kali ini ia langsung melakukan panggilan. Panggilan untuk Bos Xavier. Tak butuh waktu lama, panggilannya terangkat. Sebenarnya, ada sedikit keraguan untuk mengutarakan tujuan melakukan panggilan. Di sisi lain, ingin sekali memberitahukan tujuannya. Pilihannya sudah bulat. Presentase keyakinannya lebih besar dari pada keraguannya.

"Maksud keinginan yang saya tuturkan saat dikantor tadi...saya ingin mengundurkan diri dari pekerjaan saya."

Beberapa saat Bos Xavier tak menjawab perkataan Luffy. "Bos? Apa anda masih di sana?"

"Iya, Luffy aku masih di sini. Tadi aku sedikit skeptis. Aku ingin memastikan, apakah kau benar-benar ingin mengundurkan diri?"

"Ya, Bos."

"The reason?"

Alasan sesungguhnya untuk keluar dari pekerjaannya karena, ia tak ingin melibatkan diri lagi dengan organisasi itu dan yang terpenting baginya adalah dia ingin bisa lebih fokus menyelidiki kematian istrinya. Tapi, sangat tidak etis untuk mengutarakan maksud tersebut karena hal itu menyangkut masalah pribadi dan juga menyangkut nama Oberith sendiri. Luffy terdiam sejenak. Ia mencoba memikirkan alasan yang lebih rasional dan dapat diterima.

"Saya berdalih keluar karena saya ingin mengembangkan usaha kebun." Alasan sederhana. Sangat rasional dengan menyesuaikan keadaan sesungguhnya. Luffy memang memiliki usaha sampingan sebagai florist.

"Kau ingin berbisnis menjadi florist?"

"Ya, Bos. Modal yang terkumpul selama ini sudah lebih dari cukup untuk membuka usaha sendiri."

"Baiklah, aku mengerti. Sangat disayangkan sekali kau memilih untuk mengundurkan diri, padahal kau adalah kebanggaan Oberith. Tapi mau bagaimana lagi, itu sudah keputusanmu. Kau masih ingat dengan syarat jika ingin keluar dari Oberith teruntuk para eksekutif sepertimu?"

Beautiful Flowers: Always Got Picked UpWhere stories live. Discover now