Chapter 8 | Visiting

44 18 0
                                    

Upload lagi nich! Skuy di gulir layar hpnya dan jgn lupa vote ngokhey <3
_____

16 Februari at 11:56 PM, Hospital

Was wes wos...

Alam sadarnya mulai kembali. Terdengar sayup di telinga Shean seperti orang-orang tengah berbincang. Perlahan kedua matanya terbuka. Pertama kali yang terlihat adalah kelambu putih yang berkibar di sisi kiri ranjang. Di balik kelambu itu, terlihat siluet tiga orang berdiri. Gelagat orang-orang tersebut seperti sedang membicarakan sesuatu yang krusial. Ada yang berkacak pinggang dan ada yang tangannya bergerak sesuai apa yang diucapkan.

Ekspresi Shean mencangah tak mengerti. Otaknya masih belum mampu mencerna keadaan. Dia ada dimana? Mereka siapa? Bagaimana dengan Keith? Ya, Keith. Mengingat nama itu membuatnya seperti menerjang masuk ke dalam neraka. Seketika tenggorokannya mengeluarkan suara alfabet A secara tak sadar.

Sontak orang-orang yang ada di balik kelambu itu pergi mendekatinya. Mereka terdiri dari: seorang wanita dengan dress terusan hitam terbalut jaket parka cokelat, rambut bob rapih dan syal abu-abu melilit leher wanita itu; pria bercambang, mengenakan kemeja flannel dan denim lengkap dengan sabuk taktis; terakhir, pria gagah, berbadan bidang mengenakan seragam polisi lengkap dengan topi baret dan ada bunyi statik dari walkie talkie yang terpasang pada dada kiri pria itu. Shean begitu tidak familiar terhadap ketiga wajah di hadapannya.

Wanita itu menaruh sentuhan tangan hangatnya di atas telapak tangan Shean, "apakah kau baik-baik saja, nona Lawson?" bibir berlipstik merah itu melambungkan senyum pada Shean.

Shean hanya mampu tercangah melihat wanita itu. Karena paham gadis ini tidak mengenalinya, wanita itu mengulurkan tangan untuk mengajak berjabat tangan, "sepertinya kehadiran kami membuat anda sedikit kalap. Perkenalkan, saya adalah Amanda, seorang detektif. Di kanan saya ada Tuan Parker, rekan kerja saya. Di belakang saya ada Opsir Jeff dari kepolisian. Maksud kami kemari untuk melakukan beberapa penyelidikan mengenai kasus yang menimpa anda. Jadi, kami mohon kerjasamanya."

Shean hanya mengamati secara bergantian. Ia mencoba untuk mengingat wajah orang-orang asing tersebut. Lalu matanya terpatri bergantian pada Parker dan Opsir Jeff. Ditunjuknya dua pria itu. "Bisakah kedua pria ini keluar? Saya sedikit kurang nyaman jika berhadapan dengan seorang pria," ucap Shean.

Amanda meminta rekan kerjanya dan polisi itu untuk keluar ruangan. Wanita itu memahami karena gadis malang ini sedang trauma berkaitan dengan kejadian mengerikan yang menimpa Shean.

Amanda mendekatkan kursi dekat ranjang Shean. Ia merogoh saku tas jinjingnya dan mengeluarkan perekam suara serta buku yang tersematkan pena. "Saya akan merekam semua pembicaraan kita berdua dengan alat ini. Aturannya simpel. Anda hanya perlu menjawab pertanyaan yang nanti saya lontarkan. Tak perlu anda ceritakan sesuatu yang menurut anda terlalu berat. Saya tahu anda baru saja mengalami hal yang sangat buruk. Jadi, cukup beri tahu saya informasi secara garis besarnya, usahakan juga menjawab dengan sejujur-jujurnya. Apakah anda bersedia?"

Shean mengangguk.

Amanda menekan tombol aktif pada perekam suara, "baiklah, pertanyaan pertama. Sejak kapan anda pindah ke apartemen Gardandila?"

Shean mengedikkan bahunya, "tidak ingat kapan saya pindah."

"Pertanyaan kedua. Kapan, dimana, dan bagaimana anda bertemu dengan pria yang bernama Keith Anderson ini?"

Shean sedikit ragu untuk menjawab pertanyaan itu, tetapi sebisa mungkin ia membantu detektif untuk menyelidiki kasusnya. "Emm, Red Flamin' Club. Saya bertemu dengannya di sana. Saat itu, saya tengah diganggu oleh pria lain. Lalu muncul-lah pria yang menolong saya dari gangguan tersebut. Kami berkenalan, lalu menjadi dekat. Memberiku berbagai macam kebutuhan primer, sekunder bahkan tersier.

Beautiful Flowers: Always Got Picked UpWhere stories live. Discover now