Chapter 9 | Debt Collector

44 17 7
                                    

17 February at 10:32 AM, Office

Luffy menyeruput segelas teh yang hampir dingin. Sedangkan matanya sibuk membaca beberapa artikel dan sosial media pada jendela-jendela laman internet. Yang jelas, dia mengumpulkan informasi mengenai pria bernama "Keith Anderson" dengan menelusuri secara pindai hingga menemukan rincian khusus informasi yang dirangkumnya dalam biografi dan riwayat perlakuan Keith Anderson dengan akses organisasi khusus terhubung langsung dengan data kependudukan yang ada di dalam departemen kepolisian.

Dering telepon dari gawai Luffy memecah fokusnya. Dia segera mengangkat panggilan tersebut dari Pak Yin. Pak Yin mengabarkan keadaan terkini dari Shean. Lawan bicaranya itu juga bercerita mengenai kunjungan yang baru saja terjadi dan keadaan Shean belum begitu stabil untuk menemui seorang pria. Hal traumatis masih menghantui Shean. Pak Yin menyarankan untuk tidak menjenguk Shean terlebih dahulu. Luffy hanya mengiyakan padahal dia sudah mengetahuinya terlebih dahulu mengenai hal itu. Kemudian, Luffy menutup telepon dan kembali fokus pada kegiatan sebelumnya.

Jari telunjuknya sibuk menggulir scroll tetikus. Semakin ditelisik data-data mengenai Keith, semakin geram dirinya. Keith Anderson-penipu ulung. Menipu ber-ratus ribu uang dolar dengan memalsukan sertifikat tanah serta membohongi beberapa klien dengan berjualan properti di real estate abal-abalnya. Yang membuatnya semakin heran, bagaimana Shean bisa terikat dengan bedebah macam ini?

Di tengah kacaunya pikiran Luffy, Don mengirim pesan melalui komputer dan di saat bersamaan Connor mengetuk pintu ruangannya. "Lutchain, kau mendapatkan tugas panggilan denganku. Menagih hutang para debitur dari daftar ini. Hanya 3 debitur."

Luffy hanya bungkam tidak membalas dan masih fokus pada komputernya. Karena merasa diabaikan oleh lelaki yang sibuk mengetik cepat dengan keyboard komputer, Connor berjalan mendekat dan melihat keheranan terhadap meja Luffy cukup berantakan dengan banyaknya kertas-kertas berserakan. Tak biasanya lelaki perfeksionis ini memiliki meja berantakan. Pasti Luffy menata mejanya sangat terorganisir.

Mata beriris amber itu melirik pada salah satu lembar kertas yang begitu terekspos di atas meja, "oh, bukannya ini yang kemarin? Keith Anderson, kan? Kudengar dia seharusnya menjadi target tapi karena dadakan, akhirnya time out

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Mata beriris amber itu melirik pada salah satu lembar kertas yang begitu terekspos di atas meja, "oh, bukannya ini yang kemarin? Keith Anderson, kan? Kudengar dia seharusnya menjadi target tapi karena dadakan, akhirnya time out. Tapi, kenapa kau masih berkutat pada kasus ini? Bukankah dia sudah mati?"

Karena ketahuan, Luffy tergesa membereskan mejanya dan memasukkan paksa berkas-berkas tersebut ke dalam laci. Hampir lupa ia menutup semua hasil penelusuran internetnya. "Pergilah terlebih dahulu untuk mengambil perlengkapanku. Ini kartu ID-ku. Aku akan menyusulmu di parkiran, masih ada beberapa hal yang perlu kubereskan."

"Awkeeyy (plesetan dari okey)." Connor tak membantah dan keluar dari ruang kerja Luffy guna menuruti kemauan sejawatnya tersebut.

***

Luffy merasa risih sebab ada sepasang netra yang sedari tadi terus menerus menatapnya. Tak hanya menatap, rasanya seperti sedang dianalisis. Karena tak nyaman diperhatikan, Luffy mengeplak bahu Connor. "Berhenti menatapku. Kau membuatku tidak nyaman."

Beautiful Flowers: Always Got Picked UpWhere stories live. Discover now