Chapter 6 | Fight The Devil

41 17 6
                                    

FYI, gegara nulis bab kemarin jadi mimpi buruk, kawand :'( Kebawa mimpi wkwk. Pokoknya pantengi terus dah usaha Shean ngelawan Keith ngokhey. Jamin asik asli :v

_____

15 February at 02:15 AM, Inside Gardandila Apartment

Mata nampak sayu dengan lingkar mata menghitam itu mengerjap-kerjap perlahan menandakan kesadarannya sudah kembali. Dari kejauhan, terlihat punggung besar pria membelakanginya tengah sibuk melakukan sesuatu. Shean mengamati sekeliling tanpa membuat gaduh untuk mencerna apa yang terjadi.

Ada beberapa keadaan dan situasi diperoleh. Poin pertama, ia berada di dalam kamar. Poin kedua, posisi kedua tangannya terikat ke belakang pada salah satu kaki ranjang kasur. Poin ketiga, luka tembak yang bersarang di perut kiri dan pinggul kanannya terkebat perban. Batinnya yakin jika nyawanya masih terancam.

Seperti permainan escape or die. Otaknya berkali-kali dibuat pening untuk memikirkan cara kabur. Pertama, bisa saja dia sedikit mengangkat kasur, menarik kebawah ikatan tangannya dari kaki kasur dan kabur. Namun terlalu beresiko sebab akan menimbulkan kegaduhan yang mampu menarik atensi Keith. Kedua, jika ia berusaha menendang-nendang meja rias dengan harapan laci meja rias terbuka dan meraih sesuatu untuk dijadikan senjata, terlalu beresiko karena sama saja memancing atensi Keith dan luka di pinggulnya tidak memperbolehkannya untuk terlalu bertindak anarkis. Sepertinya memang tidak ada celah untuk kabur.

Sayup dari jauh terdengar langkah kaki Keith semakin mendekat. Shean menoleh ke arah sumber suara yang hanya terlihat seperti bayangan hitam karena kilat cahaya dari luar berlawanan membelakangi sosok pria yang wujudnya kini di mata Shean bagai jelmaan iblis.

"Apakah kau tahu, Shean? Aku cukup terkejut ketika kau berkata kau bukanlah pacarku," Keith menaruh segelas teh di samping Shean terlihat sangat panas dengan kepulan asap menguar di udara. Dia mengelus dadanya, "sakit hati saat kau berucap seperti tadi."

Keith mencoba untuk menyodorkan teh tersebut pada Shean. Namun, gelas teh itu dibalik dan menumpahkan isinya dengan segaja tepat menyiram pada luka Shean. Saat itu juga Shean berteriak kencang dan meronta-ronta.

"Ah, aku sangat suka ketika kau berteriak. Mengingatkanku ketika pertama kali kau bersetubuh denganku. Suaramu benar-benar enak didengar saat merintih seperti ini."

"PSIKOPAT!" kaki Shean menendang Keith hingga tubuh pria itu terjungkal ke belakang. Kemudian jari kakinya meraih gelas kosong tersebut. Dengan sekuat tenaga, dibantingnya gelas itu berkali-kali hingga pecah menjadi beling-beling kaca. Salah satu beling dirasa cukup tajam diapit dengan jari kaki kanannya, dan mengoper kepingan kaca itu ke belakang agar tangannya yang terikat mampu meraih beling tersebut.

Untai demi untai tali yang mengikat dipergelangan tangannya terlepas. Tapi cerobohnya, dia tak sengaja menggores pergelangan tangannya. Entah kanan atau kiri. Belum juga tali itu terlepas sepenuhnya, Keith sudah terlanjur bangkit dan menyadari jika Shean berusaha kabur.

Bukannya marah atau memaki, Keith justru ikut serta membantu Shean melepaskan tali ikatan. Benar, Keith membantu Shean melepaskan ikatan tali tersebut. Entah apa yang Keith pikirkan karena tindakannya terkesan ambiguitas.

"Kaburlah. Lari sekencang-kencangnya. Pintu depan tidak terkunci. Jangan ragu-ragu karena aku tidak akan mengejarmu atau mencegahmu. Kau bisa ambil uang-uang yang berserakan di depan lift dan hiduplah bahagia," suara melas Keith justru membuat Shean bergidik ngeri.

'Lagi-lagi gertakan halus!' Tipu daya iblis di hadapannya kali ini tidak bisa mengecohkannya untuk kesekian kali. Shean sudah tahu bagaimana permainan pria busuk itu. Memainkan psikis berlagak seperti anjing melas agar dikasihani padahal wujud sebenarnya adalah Kerberos berkepala tiga. Si manipulator ulung.

Beautiful Flowers: Always Got Picked UpWhere stories live. Discover now