~f i r s t~

5.7K 367 26
                                    

Terlihat seorang pemuda yang tengah terbaring di ranjang king size miliknya, dengan nebulizer yang terpasang di wajahnya. Serta infus yang tertancap apik di punggung tangan kirinya.

Tidak ada suara lenguhan terdengar, tapi mata biru yang tertutup itu kian mulai Bernai menampakkan diri. Meskipun terlihat malu-malu.

Mata biru indah itu terbuka secara perlahan, menyesuaikan cahaya yang masuk ke dalam retinanya.

Dahinya berkerut, saat melihat ruangan yang asing baginya.

'dimana?'

Matanya mengeliar menatap setiap sudut ruangan, takut-takut jika ia tidak sadarkan diri terlalu lama. Hingga keluarganya merenovasi baru kamarnya.

"Agrrhh"

Erangan kesakitan terdengar dari pemuda itu, kala sebuah memori memaksa masuk ke dalam otak cerdasnya.

Bagai kaset rusak yang di putar secara acak, membuat rasa sakit itu kian membuatnya tidak karuan.

Bahkan keringat sudah membasahi dahinya, membuat rambutnya terasa lepek.

'Berlino Laskar Adijaya?'

'Siapa?'

'Transmigrasi?'

'Konyol sekali'

'Mana mungkin'

Pemuda itu tak lain dan tak bukan adalah Angkasa Oscar Dwinata, ia mengalami transmigrasi ke dalam jiwa bocah yang jauh lebih muda dari pada dirinya terpaut dua tahun, ia yang berumur 18 tahun harus bertransmigrasi ke dalam tubuh bocah 16 tahun, yang mana selalu diabaikan oleh keluarganya dan orang-orang sekitar.

Menyedihkan sekali.

Bahkan ia selalu mendapat makian, pukulan, kekerasan dari kelurganya hanya karena ia ingin meminta haknya sebagai seorang anak, dimana semestinya anak seusia dirinya mendapatkan kasih sayang tanpa harus mengemis-ngemis.

Bukan malah mendapatkan cacian pukulan dan hinaan, bahkan dia tidak memiliki seorang teman padahal dia di kenal sebagai murid yang ramah dan juga pintar.

"Menyedihkan sekali."

"Lebih baik kau pergi dari sangkar neraka ini Lino, kau bisa mati kehausan oleh kasih sayang nanti."

Dahinya berkerut, memegang alat yang terpasang di wajahnya.

Seperti alat bantu napas?

Merasa tidak penting, Angkasa melepas alat itu paksa serta infus yang masih tertancap di punggung tangannya.

"Bodoh, dia sudah mati. Dan sekarang di gantikan oleh jiwamu sialan," makinya sendiri.

Mengguyar rambut Grey ash milik tubuh barunya, merasa harus ekstra untuk melanjutkan kehidupan sebagai seorang Berlino Laskar Adijaya.

"Kalau begitu lest try, akan ku buat keluarga mu mati kehausan oleh permintaan maaf Lino."

"Semoga beruntung."


*

*

*

*

*

Setelah menimang-nimang kembali akhirnya Angkasa memutuskan untuk keluar dari kamar barunya ini, ia ingin menghirup udara segar dan melihat bagaimana keadaan di luar, apakah ada yang menarik atau tidak.

Semoga saja ada.

Kakinya ia langkah kan keluar dari kamar Berlin, membuka pintu dan langsung di suguhkan dengan dua bodyguard yang berjaga di pintu kamarnya.

_CHANGE_Where stories live. Discover now