twelfth

2.7K 215 14
                                    

"Ukiran tanpa sketsa, bagaikan dunia yang fana tanpa adanya campur tangan tuhan" Angkasa

¢

¢

¢

¢

¢

¢

¢

¢

¢

¢

¢

Setelah Angkasa memaafkan Doris karena Berlin yang meminta, membuat dirinya sedikit risih dengan kelakukan tua Bangka itu.

Dirinya diperlakukan layaknya seorang bocah, tak boleh melakukan kegiatan yang ia suka dengan bebas, selalu ada yang mengikuti dan mengawasi.

Sangat menyebalkan memang, ditambah lagi dengan anak-anaknya yang super menyebalkan, selalu mengikuti dirinya entah itu di rumah atau bahkan di sekolah sekali pun.

Oh, ayo lah! Dia sirih brader kalo mereka ingin mendapat maaf dari dirinya yang sekarang sebagai Berlin, tidak seperti itu, itu semua malah membuat dirinya risih.

"Berhentilah mengikutiku, uruslah urusanmu sendiri!"

"Lo urusan gue,jadi Lo harus gue selesain"

Berlin menyerit heran, apa katanya?! Dia sama sekali tak faham dengan ucapan kakak ke 4 nya itu, sulit di mengerti.

"Gue gak ngerti Lo ngomong apa, yang jelas stop buntutin gue"pergi dari sana, tapi...

"Lo kok jadi sombong tengil gini si! Mau gue baikin Lo malah gini, seharusnya Lo bersyukur gue mau baikkin Lo! Ini kan yang selama ini Lo mau! Dapat pengakuan dari Daddy dan semua, dan lihat! Lo udah dapet kasih sayang dari Daddy"

"Tapi Lo malah gini! Belaga sok paling tersakiti, Lo tu emang dari awal anak pembawa sial!!

"Nyesel gue ngejar-ngejar Lo buat minta maaf!!"ujar Alon panjang lebar, dan sepertinya dirinya tak sadar dengan apa yang ia ucapan tadi, dapat memperkeruh keadaan.

"Cih!"Berlin mendecih kala mendengar ucapan Alon tadi

Apa katanya? Menyesal mengejar dirinya untuk meminta maaf! Hahahaha yang benar saja, ia tak pernah menyuruh si Alon mengejar dirinya.

Hanya karena ingin meminta maaf, apakah dengan Alon meminta maaf dengan dirinya ia akan memaafkan begitu saja.

Tentu saja tidak, si mulut lemes itu sangat lah menyebalkan, dengan tingkat gengsinya yang luar biasa tinggi membuat diri angkasa ingin sekali mencekik pemuda itu.

Dan lihat! Dia melakukan nya, seperti apa yang ia perkirakan, memang dasar pemuda labih gak jelas.

"Gue gak pernah nyuruh Lo buat ngejar gue karena maaf Lo"

"Bukan kah bang Dylen sudah mengatakannya semalam, sedari awal bukan salah gue"

"Seharusnya Lo sadar, jangan cuma gedein ego Lo yang gak seberapa"berbalik dan memilih melanjutkan langkahnya menuju kelasnya.

_CHANGE_Where stories live. Discover now