Lima | Pertemu, untuk perpisahan.

66 10 0
                                    

TAKSA, menyibukkan dirinya dengan berbagai kegiatan bersama teman-teman kerjanya. Outing toko yang seharusnya mereka adakan di hari jumat kemarin, akhirnya baru bisa di adakan hari ini.

Dan Taksa baru menyadari kalau sebenarnya, hari inipun dia ada janji untuk fitting baju dengan wanita yang akan menikah dengannya itu.

Sudah dua minggu setelah pertemuan mereka, Taksa belum juga menyempatkan diri untuk sekedar mengobrol dengan wanita itu, dia bahkan tidak mencoba untuk menghubungi wanita itu lebih dulu.

Hatinya masih belum bisa menerima, tapi tidak ada yang bisa dia perbuat. Menolak pasti kakeknya yang keras kepala itu tetap akan memaksanya, minta bantuan kedua orang tuanya sang Ayah saja tidak bisa membantu, apa lagi bundanya.

"Kak Taksa, jangan bengong aja nanti kesambet." tegur seorang wanita muda yang kini terlihat begitu repot dengan kantong-kantong belanjaan, berisi bahan untuk makan mereka selama di penginapan ini, gadis itu bernama Gauri.

"Tau-tauan aja lu kesambet." sambar seorang pria lainnya, Aldi salah satu rekan kerja Taksa lainnya.

Taksa berkerja di sebuah restoran, yang ramai. Lebih tepatnya, dia bekerja dengan seorang teman yang ia kenal sejak mengenyam pendidikan di perguruan tinggi.

Gentala, adalah head chef di restoran yang mempekerjakan Taksa, serta pemilik restoran itu, dan yang memang membuat Taksa berat untuk menerima perjodohan ini, selain ia sudah memiliki kekasih hati, wanita itu juga merupakan adik kandung dari Gentala.

Walaupun pria itu tentu belum mengetahui hubungannya dengan sang Adik sampai saat ini.

"Jangan kebanyakan main sama Aldi, Gau." nasihat satu orang lainnya.

Di restoran tempat Taksa bekerja meiliki 5 orang karyawan, 3 orang pria, dan 2 wanita. Untuk pria ada dia, Aldi, dan Rian yang bertugas di dapur, wanita ada Tita dan Gauri, Tita sebagai cook helper dan Gauri steweert tapi mereka biasa mengerjakan semuanya secara bergantian.

"Tau, jadi aneh bahasan lu." kini Tita ikut berkomentar.

"Jangan ikut-ikutan deh lu." kesal Aldi pada gadis tambun itu, situasi yang terlihat begitu kenal akan permusuhan.

Taksa hanya bisa menggeleng pelan mendengar pertengkaran kedua temannya itu, seraya berlalu denga box berisi buah-buahan di tangannya.

"UAHHH, GUE SAMA KAK TITA DI ATAS YA." ujar Gauri dengan begitu bersemangat, setelah meletakan kantong belanjaan di meja yang ada di pantry, gadis itu dengan cepat berlari menaiki tangga, menyusul Aldi yang sudah lebih dulu melangkah naik.

"Lu kenapa si Sa, lagi ada masalah ya?" Tanya Gentala, yang merasa agak aneh temannya itu terlihat tidak bersemangat dan lebih sering merenung, entah apa yang pria itu pikirkan.

"Ya ada sedikit masalah si, tinggal di jalanin aja nanti juga selesai." jawabnya pasrah, mungkin nanti malam saat mereka sedang dalam sesi mengobrol, Taksa akan memberikan teman-temannya itu undangan pernikahannya.

"Chef, saya tidur sama chef ya." suara Aldi terdengar begitu antusias, pria itu kini bahkan berlali kecil menghampiri ketiga pria yang sedang duduk di sofa panjang ruang keluarga vila itu.

"Kan kamarnya masih ada 4 yang kosong, saya mau tidur sendiri." tolak Gentala, karyawannya yang satu ini agak lain, hanya bertemu di tempat kerja saja sudah membuatnya lelah, kalau sedang ada acara bersama seperti ini, satu kamar dengan Aldi adalah hal yang harus Gentala hindari.
"Yaudah, sama lu aja ya Sa." kali ini Aldi merengek pada Taksa, dan terlihat kecewa setelahnya karena Rian sudah lebih dulu merangkul lengan Taksa.

"Sorry, Taksa udah gue lobi."

"Ck, chef tidur berdua saya yaaa, please."

"Tidur sendiri Aldi, jangan manja." ujar Gentala sebelum berlalu menuju kamarnya.

SERAPHICWhere stories live. Discover now