SEMBILAN |Pisah Ranjang

45 8 0
                                    

SAAT matahari pagi menyingsing tinggi, Vaira mengerjap pelan merasakan hangatnya sinar yang mengintip dari balik jendela yang tertutup tirai transparan berwarna putih itu.

Hari pertamanya menjadi seorang istri, yang dia rasa tidak ada bedanya, karena terlalu lelah semalam dia tertidur sehabis makan malam, dan karena itu dia tak bisa menunggu Taksa pulang.

Tapi kalau memang pria itu berniat tidur dengannya, Taksa pasti sudah masuk kedalam kamar ini, karena pintu sengaja tidak ia kunci.
Dan nyatanya pagi ini, Vaira terbangun seorang diri. Pria itu pasti tidur di kamar sebelah, dia bisa menjamin pikirannya sendiri ini.

Malas memikirkan hal yang membuat hatinya sakit, Vaira segera bangun dari tidurnya, berjalan malas ke kamar mandi, membasuh wajahnya yang masih terasa begitu mengantuk.

"Semangat Vaira, tunjukan senyum paling lebar, kamu selalu mampu tersenyum bahkan di saat paling menyakitkan sekalipun." ujarnya seraya menatap pantulan dirinya di cermin.

Ya, selama hidupnya sekalipun ia tidak pernah merasa bisa tersenyum begitu lepas.

Vaira bukanlah wanita yang senang berlama-lama di kamar mandi, wanita itu terbiasa di buru-buru saat berada di rumah sang Ayah, dan hari inipun begitu, walau tidak ada yang mengetuk kamar mandinya.

"Non, ayo sarapan." ajak Mbok Sum, yang kini sudah menyediakan dua lembar roti gandum yang sudah di tost, serta secangkir kopi hitam, pasti itu untuk Taksa bukan. "Eh si Aden juga udah siap mau berangkat, kopinya baru Mbok seduh Den." perkataan Mbok Sum sontak membuat Vaira menghentikan langkahnya dan sedikit terkesiap karena Taksa berjalan cepat melewatinya.

Mereka menyantap sarapannya dalam diam, tidak ada kata yang terucap, hanya gesekan meja dan  gelas yang terus terdengar, karena mereka bergantian menyesap  minumannya masing-masing.

"Eumm, semalam kamu pulang jam berapa?" tanya Vaira, memulai percakapan pagi ini.

"Jam 10." singkatnya, masih dengan mata yang terfokus pada ponsel yang ada di tangan kiri pria itu.

"Kalau boleh tau, kamu kemarin ada urusan apa?" tanya Vaira lagi, pertanyaannya yang ini mebuat pria itu perlahan mengangkat wajahnya, menatap Vaira dengan tatapan yang begitu dingin.

Dan pria itu hanya diam, tanpa berniat untuk menjawabnya.

"Non Embun baik-baik aja kan Den?" tanya Mbok Sum yang tiba-tiba saja datang dengan sepiring jeruk yang ia letakan di meja.

Ah, jadi dia di tinggal karena Embun.

"Baik Mbok, aku berangkat." pamitnya begitu saja, meninggalkan Vaira dengan rasa asing di hatinya.

"Mbok sudah sarapan belum?" tanya Vaira mengalihkan perhatiannya, dia tidak ingin rasa asing itu menguasainya.

Dia belum berhak merasakan cemburu pada Taksa, belum. Nanti kalau saatnya tiba, pria itu tidak akan bisa lepas darinya.

***

VAIRA berjalan santai memasuki butiknya dengan tas jinjing berwarna hitam miliknya itu. "Loh, Ibu gak jadi cuti?" tanya  Uci salah satu karyawatinya yang terlihat sedang merapihkan baju-baju yang di telatakan tidak pada tempatnya.

"Ngapain cuti, saya bosen di rumah. Alsi sudah sampai?"

"Sudah, Bu Alsi ada di ruangan Ibu." mengangguk pelan, seraya berjalan menuju ruangannya yang ada di lantai 1 butik miliknya itu.

Vaira harus bersiap mendapati cercaan pertanyaan dari Alsi,  dia yakin temannya itu pasti memiliki segudang rasa penasaran pada pernikahannya ini.

"Selamat pagi menjelang siang, Bu Alsi." sapa Vaira seraya membuka pintu ruangannya.

Alsi yang sedang sibuk dengan Tab miliknya, perlahan mengangkat wajahnya, kedua mata wanita itu membola kaget mendapati Vaira yang ada di hadapannya saat ini.

"Katanya lu mau cuti, kok masuk?"

"Gak jadi deh, boring gue di rumah, mendingan di sini gangguin lu." jawab Vaira seraya menjatuhkan bokongnya ke sofa.

"Suami lu gak ada rencana ngajak lu honeymoon gitu?"

"Kerjaan dia masih banyak Si, udahlah gak penting juga honeymoon." mendengar jawab tanpa minat dari Vaira, membuat Alsi memicing curiga seraya berjalan mendekat.

"Lu udah di unboxing?"

"EMANGNYA GUE PAKET!!" pekik Vaira kesal  mendengar pertanyaan dari temannya itu.

"Santai aja kali, pecah deh gendang telinga gue."

"Ya abis pertanyaan lu gak bermutu."

"Ya maaf, kan gue penasaran." ujar Alsi dengan wajah cemberut. "Oh iya, si Prisilla mantan Juan, lu ingetkan?" tanya Alsi mengalihkan pembicaraan.

"Iya, yang selingkuh itu?"

"Iya, semalem tuh cewe nyariin Juan ke club."

"Mau ngapain lagi dia?"

"Nangis-nangis dia, katanya Juan blokir semua medsos sama kontaknya dia." cerita Alsi begitu berapi-api, ada rasa bangga juga Juan kini bisa lepas dari wanita tidak tau diri seperti prisilla itu.

"Bagus deh kalo si Juan pikirannya udah kebuka."ujar Vaira penuh syukur. "lu udah bilang sama Juan kalo ketemu sama tuh cewek Kakao?"

"Belum ketemu gue sama dia, abis nikahan lu kemarin kan dia pamit duluan." Vaira merespon dengan anggukan pelan.

Juan pantas mendapatkan wanita yang lebih baik dari mantannya yang tukang selingkuh itu.

***

TBC

SERAPHICTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang