Pizza For Lunch

140 23 0
                                    

Laisa mendengar ketukan samar dari dinding kaca di hadapannya. Dia mendongak, terkejut ketika menemukan Gavin berdiri di depan pintu kantor Jalan-jalan.com.

"Ada apa, Gav?" tanya Laisa setelah membuka pintu.

Gavin mengedarkan pandangan pada ruang kantor yang dua kali lebih besar daripada ruangannya, lalu membalas, "Kenapa lo di kantor sendirian? Sudah makan siang?"

Setelah ditanya begitu, Laisa baru sadar teman-temannya sudah pergi lebih dulu. Sepertinya tadi Jana sempat mengajaknya, tetapi Laisa terlalu fokus pada konten marketing yang harus dibuat untuk minggu ini.

"Bentar lagi," jawab gadis itu. "Lo ngapain ke sini?"

Gavin mengulurkan boneka kecil di tangannya, membuat Laisa mengerjap.

"Kok, bisa ada di lo?" tanya Laisa seraya mengambil gantungan tas Ice Bear dari kartun We Bare Bears. "Thanks, ya, sudah balikin ke gue."

"Ketinggalan di mobil. Kayaknya jatuh semalam," sahut Gavin. "Lo belum makan siang? Irham lagi turun ke bawah buat ambil piza. Kami beli lumayan banyak. Gabung aja."

Laisa memikirkan tawaran itu selama beberapa saat. Penolakan sudah di ujung lidahnya ketika Gavin kembali membuka suara.

"I don't take no for answer."

Membuka bibir, Laisa bersiap mendebat Gavin. Sayangnya, Ricky memotong kesempatan Laisa karena rekannya itu langsung sibuk menyapa Gavin. Melalui pembicaraan mereka, Laisa dapat menarik kesimpulan bahwa Ricky adalah teman bermain gim Adnan. Ternyata Ricky pun sering menumpang main di kantor Thumb A Ride.

"Eh, gue nggak tahu kalian saling kenal," kata Ricky. Dia menatap Laisa dengan alis terangkat. "Laisa ini orang paling giat kerja yang pernah gue kenal. Totalitas tanpa batas. Memang lo sering main sama anak-anak TAR, La?"

Laisa mengangkat bahu. "Gue baru kenal sama mereka."

"Tim gue makan piza siang ini, kami pesan banyak," timpal Gavin. "Gue lagi ngajak Laisa gabung. Lo mau ikut?"

Ricky mengangguk antusias. "Pas banget nih, bisa hemat maksi. Ayo, La!"

Merasa percuma melawan, Laisa pun mengikuti langkah Gavin dan Ricky menuju kantor Thumb A Ride. Makan siang sudah tiba dan mereka sibuk mengambil piza yang tersedia di meja. Pembicaraan bergulir dari gim, ke promosi tiket pesawat, sampai pada rencana jalan-jalan akhir tahun.

"Lo berdua sebagai orang yang kerja di situ nggak dapat diskon?" tanya Fajar pada Laisa dan Ricky. "Lumayan, kan, kalau ada potongan 50 persen gitu."

"Lo pikir perusahaan nenek moyang?" seloroh Adnan.

Laisa tertawa. "Nggak ada diskon segitu. Kalau kebetulan lagi ada campaign besar-besaran kayak kemarin, bisa ikut, sih."

"Yah, nggak ada bedanya sama customer biasa itu mah," balas Fajar kecewa. "Tapi seriusan nih, jadiin nggak jalan-jalan akhir tahunnya?"

Fani menggelengkan kepala. "Akhir tahun masih sepuluh bulan lagi, Bambang."

"Makanya direncanakan dari sekarang biar nggak jadi wacana, Marimar." Fajar menyahut tak mau kalah.

Laisa tertawa geli melihat perdebatan yang berubah sengit di antara Fajar dan Fani. Mereka berdua sungguh lucu. Meski bertengkar seperti anjing dan kucing, keduanya tetap kompak. Seperti sekarang, mereka sibuk mengejek Adnan yang mengusulkan untuk liburan di rumah saja.

"Susah ngomong sama bapak-bapak," sungut Fajar.

Fani menambahkan, "Kegiatannya benerin genteng bocor sama motongin rumput selama liburan."

Painting Flowers (Pain Series #1)Where stories live. Discover now